Tobias dan Ruby sedang mengintrogasi Alden dirumahnya, sabagai sahabat yang baik mereka adalah supehero staf khusus untuk menangani masalah, problema dan percintaan yang dihadapi Alden.
"Suer dah, lu kenapa dekatin Olif terus?" tanya Tobi menatap Alden serius. Alden, Tobi dan Ruby sedang berbincang di balkon rumah Alden, mereka melakukan perbincangan serius tentang Olif. Mereka curiga karena anak remaja itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan Olif ketimbang pacarnya sendiri.
Alden menyandarkan tubuhnya ke kursi, mereka tidak tau yang sebenarnya tentang Olif.
"Gue harus jagain dia" kata Alden.
"Gak bisa sekali dua Al, harus pilih salah satu!" jelas Ruby, dia ingin mengatakan bahwa Chika sudah mengetahui masalah ini. Namun tahan Rub, tahan.
"Ahhhh, gue juga mau gitu. Tapi gue gak bisa!" ucap Alden melempar kertas yang berisi lirik lagu. Kalau dia menceritakan sebenarnya, apa mereka percaya?
Tobi mendekatkan posisi kepada Alden. Tuh kan feeling Alden benar, sahabatnya tidak akan percaya dan meminta penjelasan lebih, sesulit itukah tanpa dijelaskan langsung mengerti.
"Kok gak bisa?" tanya Tobi.
"Gue sayang sama Chika, tapi di sisi lain Olif harus gue jaga" kata Alden tegas. Hubungan nya dengan Chika entah bagaimana sekarang, kalau lanjut ya lanjut kalau gak ya sudah, itulah yang ada di pemikiran Alden. Wanita memang membuat hidup Alden yang awalnya lurus menjadi keriting.
Tobi menggaruk kepalanya.
"Tau ah, jadi bingung"
"Ngerokok dulu lah, siapa tau seger" ucap Ruby melempar sebungkus rokok ke atas meja, saat seperti ini hanyalah rokok yang sedikit membantu.
"Chika udah tau!"
Alden dan Tobi menoleh ke arah Ruby yang meneguk minuman coca cola.
"Maksud lu?"
"Dia lihat lu berpelukan di kelas Olif" ucap Ruby santai.
Alden memukul meja dengan keras.
Brak
Minuman soda Ruby terjatuh dilantai karena kaget.
"HAH? LU SERIUS???" tanyanya, Ruby hanya mengangguk mengahapus pasrah celananya yang tersiram air soda.
"Siapa yang bilang?"
Ruby menoleh sekilas.
"Ara" Tobi dan Alden terkejut,
"Wah gawat!" ucap Tobi panik menatap Alden, walaupun ini perihal hubungan Alden namun mereka berperan besar menuntun Alden agar jalannya tetap lurus, tidak putar balik.
Raut wajah Alden langsung berubah menjadi panik, bagaimana tidak panik jika Chika sudah tau wah bisa-bisa jadi barabe. Alden berdiri dari duduknya berjalan kocar kacir mengelilingi Tobi dan Ruby.
"Jadi gimana, Al?" tanya Tobi panik, hmm ikutan panik guys.
"Lu yang mulai, lu yang selesaikan! Dari awal udah gue bilang, wanita serba salah bro" kata Ruby menghisap rokok sangat santai layaknya di pantai di hembus angin laut. Tobi mengarahkan pandangannya ke Alden yang berkeringat dingin.
"Jadi gimana, lu bakal di tendang dah" kata Tobi menakut-nakuti, bukannya dikasih saran yang baik. Tapi ya begitulah teman yang sesungguhnya.
"Set dah, war world III. Gue mau sholat dulu lah"ucap Alden menepuk jidatnya lalu pergi.
"Hah?" kata Tobi mengolongo mendengarkan ucapan Alden. Sholat? Kagak salah?
"Tumben"
Alden tidak memperdulikan ucapan temannya, dia hanya ingin menenangkan diri dengan cara sholat. Jarang-jarang nih Alden sholat! Alden meminta diberikan kelapangan di setiap langkahnya, tidak seperti ini diberikan sebuah problema yang sangat membingungkan jiwa raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...