Maaf

501 38 0
                                    

Olif turun dari motor membuka helmnya, jarak parkiran Alden dengan rumah memang sedikit jauh karena dia tidak ingin istri tua melihat Olif datang bersama pria lain.

"Yah, dia udah datang" kata Olif.

"Lu tunggu disini" sambungnya berlari ke arah gerbang rumah.

Olif memperlambat langkahnya ketika sudah sampai di gerbang, dapat dilihat Olif berjalan ragu mendekatinya.

"Maaf mba, say-....."

Plak

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Olif.

"Dengar, ya! Saya gak mau terus mengambil resiko! Mana janji kamu?" ucap wanita itu dengan suara keras.

Olif mengelus pipinya yang terasa panas.

"Maaf mbak, tapi...."

Plak

Tamparan itu kembali mendarat di wajah Olif, tidak ada air mata yang keluar. Olif menarahan rasa sakitnya sendiri, dia tidak akan pernah menunjukkan kelemahannya di mata orang lain.

"Saya tidak menyuruh kamu menjawab pertanyaan saya!" ucap wanita itu dengan nada tinggi, tangannya menunjuk ke arah wajah Olif.

"Denger Olif, semua yang kamu butuhkan selalu diberikan suami saya! Cuma itu yang sama mau!" ucapnya.

"Iya mbak...." kata Olif lirih menundukkan kepalanya.

"Ingat itu, secepatnya!" bentaknya kembali.

Wanita itu menatap Olif dari atas sampai bawah, dia menarik baju Olif.

"Lagian, apa-apaan ini? Berhenti sekolah!" ucapnya, dia memasuki mobil lalu pergi tanpa berpamitan. Meninggalkan Olif yang mematung di posisi.

Alden terdiam sesaat melihat kejadian yang baru saja terjadi, tidak ada yang mampu mengartikan kecuali Olif yang akan menjelaskan semuanya. Alden turun dari motor berlari ke arah Olif.

"Olif"panggilnya.

Olif mengangkat kepanya.

"Hiks.....hiks....." Olif menangis menatap Alden, wajah sudah basah karena air mata dan kedua pipi yang merah bekas tamparan. Detik itu juga Alden langsung memeluk Olif.

"Dia nampar lu?" tanya Alden.

Olif tidak menjawab, dia mempererat pelukannya.

"Al....." panggil Olif menatap Alden.

Tidak bisa di biarkan, Alden merasa marah dengan kondisi ini.

"Kenapa dia nampar lu?" kata Alden menyentuh wajah Olif yang memerah.

"Hiks....hiks....." Olifia kembali menangis mempererat pelukannya.

Pelukan itu terlepas ketika ponsel Olif berdering.

"Al, lebih baik lo pulang" kata Olif mendorong tubuh Alden.

"Kenapa?"

"Dia udah mau datang" kata Olif.

"Suami yang tadi"

Olif tidak menjawab, dia mendorong tubuh Alden agar pergi menjauh.

"Pergi, Al" teriak Olif,

Dengan terpaksa Alden pergi meninggalkan rumah itu tanpa penjelasan Olif, namun Alden tidak bodoh. Dia hanya sedikit menggeser posisi motornya agar tidak terlalu tampak oleh Olif atau tampak sedang memata-matai. Jujur, Alden tidak bisa meninggalkan Olif saat ini. Ingin rasanya dia menendang wanita tadi.

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang