Alden dan Olif sampai dirumah sakit tempat papa Olif di rawat, tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan selama perjalanan, Alden cendrung diam. Lagian apa yang harus dibahas, pikirannya selalu tertuju pada Chika ntah mengapa melakukan hal seperti ini membuatnya merasa bersalah kepada Chika, memang Alden tidak jujur pada Chika bahwa dia menemani Olif ke rumah sakit, dia hanya izin pulang duluan. Chika percaya begitu saja membuat Alden merasa bersalah karena telah berbohong.
"Ayo Al...." Olif menarik tangan Alden membuat mata pria itu tertuju pada pergelangan tangan yang di lingkari tangan Olif.
Mereka sampai ke ruangan papa Olif di rawat,
"Papa!!!" teriak Olif memeluk papanya, Alden cukup prihatin melihat kondisi pria yang sudah beruban dengan beberapa bekas luka di wajah dan tangannya. Ternyata benar papa Olif mengalami kecelakaan.
"Olif...." ucap papanya parau, Olif memeluk ayahnya erat sembari menangis. Alden hanya terdiam memandang moment ini, dia tidak sedih, dia hanya kasihan akan keadaan Olif dan papa.
"Maafkan papa Lif" lanjut ayahnya dengan suara terbata-bata, Olif menggeleng kepalanya dengan cepat.
"Papa gak perlu minta maaf, papa gak salah" Olif menangis tersendu-sendu di pelukan papanya, sedangkan Alden yang memandang dengan kebingungan tidak tau harus berbuat apa. Firasat Alden mengatakan, jika orang sudah berbicara seperti itu bertanda tidak akan lama lagi. Alden menggeleng kepala dengan cepat. "Pikiran kurang ajar ini!", batinya.
Papa Olif melonggarkan pelukan membuat Olif juga mepelaskan pelukannya,
"Kamu baik-baik saja kan?" kata papa Olif, wanita itu mengangguk menghapus air matanya.
Tatapan papa Olif tertuju pada Alden, sial! Alden yang menyadari itu langsung salah tingkah. Dia mengalihkan pandangan menuju objek lain, namun nihil pandangan papa Olif belum beralih.
"Dia siapa?" tanya papa Olif.
"Teman Olif pa" ucap Olif yang juga menatap Alden.
"Hai om...." sapa Alden dengan kaku, pria itu menatapnya tajam membuat Alden menelan savilanya.
"Bisa tinggalkan papa dengan dia?" Alden melebarkan matanya, tinggalkan? Maunya apa?. Olif mengangguk langsung keluar dari ruangan perawatan.
"Olif lu mau kemana? Jangan tinggalin gue!" bisik Alden namun tidak di ubris Olif.
"Siapa namamu nak?" Alden melirik papa Olif dengan cengiran khasnya, sebenarnya jika tau hal seperti ini akan terjadi dia akan nolak Olif mentah-mentah. Alden paling malas berurusan dengan orang tua, mengingatkannya pada orang tua yang meninggalkannya, membuat dendam dihati kecil itu semakin bertambah setiap saat.
"Alden om"
Papa Olif berusaha bangkit dari tidurnya, Alden langsung sigap membantu.
"Om sebelumnya minta maaf, uhuk....uhukk" Alden mengerutkan keningnya, mengapa papa Olif minta maaf, dia gak ada salah apa-apa sama Alden.
"Setelah om tiada, Olif tidak akan punya siapa-siapa lagi" Alden melebarkan matanya, tuh kan firasatnya benar.
"Maksud om!"
Papa Olif kembali merebahkan tubuhnya, dia mengelus-ngelus dada.
"Saya udah tidak kuat nak" ucapnya dengan nada lemah,
"Om, om kuat kok" kata Alden berusaha menguatkan papa Olif, hati nurani Alden keluar, dia menenangkan papa Olif yang mulai sesak nafas.
"Saya mohon sama kamu, jaga anak saya!" tanpa pikir panjang Alden langsung mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...