Pukul 11 malam, Alden baru pulang dari tempat tongkrongan baru yang lumayan jauh dari lokasi kompleks dan tongkrongan biasa. Bukan tempat tongkrongan baru, melainkan tempat beberapa teman STMnya yang selalu mengajak Alden nongkrong disana akhir-akhir ini. Alden tidak melupakan sahabat lamanya seperti Didot dkk. Yah numpung lagi tanggal tua juga, anak kosan selalu nolak di ajak kemana-mana, mau di traktir juga sama-sama kempes.
Alden memberhentikan motornya di sebuah swalayan, dia ingin membeli stok untuk kebutuhan dirinya seperti rokok, parfum, minyak rambut dan tak lupa beberapa minuman soda. Ketika Alden menarik sebungkus rokok, sebuah tangan juga mengarah kesana. Alden menoleh
"Olif...." kata Alden karena Olif adalah orang yang ingin mengambil sebungkus rokok itu, keterkejutan Alden bukan karena bertemu Olif tetapi yang membuat anak itu terkejut adalah penampilan Olif yang berbeda, sangat jauh berbeda dari penampilan biasanya.
Olif mendrong tubuh Alden dengan kasar, membuat Alden memundurkan langkahnya. Wanita itu berlari keluar dari swayalan dengan terburu-buru seperti baru melihat setan.
Tidak seperti biasanya Olif seperti ini, rasa penasaran Alden muncul mengapa wanita itu menghindar? Dan penampilannya? Apa yang dia lakukan? Alden berlari mengejar Olif, pasti ada hal yang dia sembunyikan selama ini. Alden menitipkan belanjaannya kepada kasir dengan motor sebagai jaminan. Weh kemahalan Al!
Alden mengejar wanita yang lumayan jauh berlari dari dirinya, namun dari fisik sudah dapat di lihat bahwa kekuatan laki-laki jauh lebih luar biasa dari pada wanita. Olif bersusah payah berlari mengenakan hells merahnya, dia merlirik kebelakang. Alden semakin mendekat! Olif berlari sekuat tenaga, alangkah lebih baik jika tadi dia melepaskan terlebih dahulu hells sialan itu.
Olif terkejut ketika sebuah tangan mencekal lengannya dan dia adalah Alden.
"Ngapain lu kabur?" tanya Alden manarik tangan Olif yang berusaha melepaskan tangan. Alden merilik penampilan Olif dari atas sampai bawah, rambut yang bergelombang padahal biasanya lurus, bedak yang sedikit tebal padahal biasanya tanpa bedak, bibir merah menggoda. Dan pakaiannya yang membuat Alden bertanya-tanya, dress merah tanpa lengan yang mencetak indah lekuk tubuhnya, lebih parahnya lagi belahan Olif terlihat membuat Alden terdiam sesaat.
"Pakaian lo kok kaya gini?" tanya Alden curiga.
Olif mengajak Alden duduk di halte buss pinggir jalan, dia menangis di samping Alden. Kenyataan sebenarnya harus dia ceritakan kepada lelaki yang menemaninya akhir-akhir ini, hidup pahit yang Olif alami selama ini pasti akan membuat siapa saja merasa miris.
Mata sayu itu menatap Alden.
"Ini pekerjaan gue selama ini Al, silahkan lu benci dan merasa jijik ke gue!" kata Olif menghapus air matanya kasar.
Sulit di artikan namun sepertinya Alden paham kalimat yang dilontarkan Olif, dia tidak bodoh mengartikan kalimat itu.
"Almarhum papa lu, tau ini?" tanya Alden, Olif menggeleng. Dia menatap mata Alden berusaha menjelaskan semuanya.
"Kalau gue gak kerja, apa yang harus gue makan? Hahaha" ucapnya tertawa garing.
Alden semakin penasaran, kerja? Bukankah dari penampilan dia bisa dikatakan anak yang berada, bahkan kesekolah dia membawa mobil bahkan gonta ganti. Bisa dikatakan misalkan hari senin dia membawa BMW, selasanya Pajero bahkan besok-besoknya lagi bawa Fortuner. Hanya terkadang aja tingkah anehnya timbul yang mendadak meninta di antar Alden untuk pulang bersama. Jadi kok masih kerja? Dia juga sering mentraktir anak-anak di kantin ilegal.
"Tapi...." belum sempat Alden menjelaskan ucapanya langsung di potong Olif.
"Yang kalian lihat selama ini bukan milik gue!"ucapnya, Alden hanya bisa terkejut dan terkejut. Dia sadar kehidupan Olif sekarang banyak kejutan, masih banyak yang tidak dia ketahui tentang wanita misterius ini. Tapi apa benar bahwa Olif kerjaannya sebagai.........
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...