Dua insan sedang duduk di taman sekolah. Mereka sedang menyampaikan perasaan satu sama lain. Alden menjelaskan semua tentang kedekatannya, kejadian dan kehidupan Olif yang sebenarnya.
"Jadi namanya, Olifia?" tanya Chika.
"Iya" kata Alden.
"Gue udah cerita semua, gue harap gak ada kesalah pahaman lagi!" ucap Alden kepada Chika.
Chika menangkat kepalanya menatap Alden dengan senyuman manisnya.
"Iya, Al" jawab jika menyandarkan kembali kepalanya di bahu Alden.
Chika sudah mendengarkan penjelasan tentang kejadian sebenarnya antara Alden dan Olif. Wanita itu sempat terkenjut mendengar cerita kelam Olif, dia hanya tidak menyangka ada kehidupan sepahit itu.
"Jangan pernah ceritain ke siapapun" Chika mengangguk.
"Al, Chika sayang banget sama Alden! Jangan tinggalin Chika ya?" kata Chika, Alden mengelus kepala Chika.
"Sejauh ini gue belum ngebayangin itu, Ci" Kata Alden.
Hubungan Alden dan Chika sudah kembali normal seperti biasa, raut wajah Alden sudah memulih menjadi semangat tidak kusut seperti sebelumnya. Alden heboh di kantin ilegal, melepar kartu remi ke atas meja karena lagi-lagi dia menang. Sudah 3 kali memasang dan dia menang, sebuah permulaan yang manis.
"Hahaha, siapa lagi yang punya mental?" kata Alden.
Semua menunjukkan ekspresi masam dan tidak beruang, ludes sudah uang jajan mereka lain dengan Alden yang sedang wadiwu.
"Gue!" kata Muklis mengeluarkan uang 30 ribu dari sakunya.
"Berani juga lu?"
Alden dan Muklis sedang beradu pikiran mengeluarkan kartu terbaik.
"Hahaha...." Alden tertawa puas menarik uang Muklis.
"Kok rezeky lu hari ini bagus?" tanya Muklis curiga menyipitkan mata.
"Lu pake ilmu hitam ya?" sambungnya tidak terima akan kekalahan.
"Bacot lu, gue mau minum dulu!"
Alden berdiri memasukkan uangnya ke saku celana, dia duduk di sebelah Ruby sibuk memperbaiki tali gitar yang putus karena tangan kasar Ilham.
"Rub, gimana?" tanya Alden.
"Tangan kasar! Perbanyak aja teman kaya dia, mana cicilan belom lunas!" sindir Ruby melirik Ilham.
Bocah yang asik main catur bersama Jack merasa sindiran menusuk di telingnya.
"Kagak ikhlas lu?" tanyanya menantang.
"Kagak!"
"Btw, si Olif kemana ya? Kok kagak pernah muncul lagi?" kata Jack kepada Ilham.
"Mana gue tau"
"Giliran gue aja yang gak datang, lu kagak nanya tuh" Jack melirik sumber suara, Sambri yang sibuk memakan gorengan sedang menyindir keras.
"Cogor mbah lu!" kata Jack melempar tutup botol air mineral ke arah Sambri.
"Kagak kena, wekkk" Sambri menjulurkan lidahnya.
"Eh, ada guguk"
Sambri tidak terima, dia berdiri dari kursinya lalu menarik krah baju Jack.
Terjadi pertengkaran di antara mereka berdua membuat kantin ilegal heboh. Alden langsung melerai keduanya, perkelahian itu hampir saja berujung maut.
Alden menatap miris kedua sahabatnya yang duduk terdiam di meja introgasi kantin ilegal. Anak-anak yang lain berdiri mendengarkan klarifikasi Jack dan Sambri.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...