Tepat

301 26 0
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘

.
.
.
.

Tubuh Alden tercegat dari tidurnya, ternyata semua mimpi? Dia menoleh ke sebelah, tunggu ini bukan kamarnya. Matanya melirik kesana kemari, ini dimana?

"Alden, lu udah sadar?"

Matanya menoleh ke arah pintu, Olif?

Wanita berpakaian daster merah jambu itu berlari ke ranjang dan memeluknya erat.

Yang dirasakan Alden tidak ada selain masa lalu yang menggema di dimana-mana. Pelukan Olif sama sekali tidak membuatnya bereaksi, pikirannya sudah diracuni kebencian yang sempat meredam.

"Kok gue ada disini?" tanya nya tanpa melepaskan pelukan.

Jelas Olif sudah mengetahuinya, dan alasan mengapa Alden juga berada dirumahnya itu akan dijawab kalau Alden bertanya. Bayu menghubunginya dan pria itu menceritakan kejadian sebenarnya. Saat mengetahui kondisi Alden yang pingsan, Olif menjemputnya dan mendapatkan kebanaran yang tidak masuk akal. Ibu tiri Bayu adalah ibu kandung Alden? Jelas Olif terkejut dan tidak percaya, tapi dia tidak peduli akan hal itu. Dirinya hanya ingin menjemput Alden dan tidak ingin berlama-lama disana.

Dia (Olif) melepaskan pelukannya secara perlahan, matanya menatap Alden sendu.

"Lu sama sekali gak ingat?"

Gelengan yang sudah terartikan itu membuat Olif menghembuskan nafasnya.

"Lu pingsan, Al. Mas Bayu yang nelfon gue, tadinya gue kira setelah lu ketemu Bayu kita sama-sama jenguk Adryan.  Tapi, gue dengar kabar kalau lu pingsan dirumah sakit" jelasnya.

Kepala Alden tertunduk lemas, baginya semua ini tidak nyata. Sangat mustahil dia bertemu ibunya dalam kondisi seperti ini, apalagi Bayu kakak tirinya. Drama hidup yang tidak lucu!

Perlahan kepalanya terangkat dan tatapannya tertuju pada Olif, bukan mata yang bahagia ataupun sedih. Tetapi mata memohon meminta pertolongan.

"Bantu gue keluar dari semua ini, bilang ke gue kalau ini mimpi" ucap Alden meremas kedua bahu Olif.

"Bilang ke gue kalau ini gak nyata! Bangunin gue, Lif!" teriak Alden.

Dia melepaskan tangan dari bahu Olif, kakinya beranjak dari kasur empuk yang di tiduri tadi. Dia menarik nafas dalam melirik sekelilingnya. Ntah iblis dari mana yang telah mempengaruhi pikiran Alden, hati dan pikirannya ingin marah dan melampiaskan ke semua yang ada. Dan itu, vas bunga mawar menjadi sasarannya.

Brakkk

Lemparan benda hias ke dinding kamar itu membuat suara pecahan di penjuru ruangan, Olif menutup matanya ketika Alden melakukan itu. Bukan karena takut, tapi memberikan waktu untuknya adalah keputusan tepat.

Brak
Brak
Brakkk

Entah berapa kali Alden melempar semua benda yang ada di kamar itu ke dinding, yang jelas semuanya telah hancur. Kondisi kamar tidak lagi terbentuk, lebih tepatnya ruangan seperti bekas gempa bumi.

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang