Akhirnya Alden dan Chika resmi jadian, keduanya tersenyum sipu saling menyenggol bahu di kursi taman.
"Mmm, Chika nanti pulang sekolah ada acara gak?" tanya Alden, dia harus menepati janji membawa Chika ke hadapan Peru sebagai bukti dia bukan pengecut.
"Kenapa? Alden mau ajak Chika jalan?" tanya wanita itu dengan antusias, wajahnya sedari tadi terus berbinar tanpa henti.
"Mmm, mau ngajak ke suatu tempat" Chika tersenyum mendengar ucapan Alden, dia memeluk lengan Alden erat dan menyenderkan kepalanya.
"So sweet banget sih beby, aku gak nolak. Kemana aja dibawa Chika selalu ready asalkan bersamamu!" ucap Chika senyum-senyum sendiri. Tidak berapa lama bel mendadakan pelajaran akan segera dimulai membuat jika mendengus kesal.
"Nanti pulang sekolah tunggu di gerbang ya"
Alden pergi meninggalkan Chika yang tak kuasa mengangkat sudut bibirnya.
"Okey" ucap Chika.
"Oh ya, selama ini aku gak pernah lihat kamu markir di sekolah" kaki Alden terhenti melangkah saat mendengar ucapan Chika, Chika menyeimbangi jalan mereka berdua.
Alden tersenyum kecut, memang dirinya tidak pernah parkir di sekolah.
"Mmm kamu aja kali yang gak pernah lihat!" bohongnya.
"Masak sih? Padahal aku selalu nungguin kamu di parkiran" Sekali saja Alden tidak pernah parkiran disana, alasannya sudah jelas tidak bebas dan tidak bisa masuk sekolah jika lewat gerbang. Bisa-bisa barabe.
"Okey, gue pergi dulu" kata Alden berlari duluan.
"Bye" tersenyum riang.
Kejadian yang baru terjadi antara Chika dan Alden sudah menyebar di penjuru sekolah padahal kejadiannya baru 30 menit yang lalu namun sudah menjadi tranding topic sekolah. Seluruh wanita di kelas IPA 3 sudah berkumpul melingkari Chika, padahal dia IPA 4 namun dia sedang berkelana ke negri seberang untuk sekedar pamer. Mereka sedang konfrensi pers dadakan.
Semuanya fokus mendengarkan ucapan Chika yang menceritakan semuanya dengan semangat, yang lain antusias mendengarkan penjelasan Chika.
"Heh!" teriak seseorang dari depan pintu, mereka semua berdiri. Wanita yang berteriak mendekati Chika dengan tatapan sinis, dua wanita di sebelahnya juga tidak kalah sinis.
"Lo beneran jadian sama, Alden?" tanyanya dengan nada ketus ciri khas orang tidak suka.
Seisi kelas memberikan sedikit ruang kepada Chika dan Pika, Pika adalah kelas 12 yang terpikat kepada Alden.
"Kalau iya kenapa? Gak suka?" tanya Chika sedikit menantang.
Pika menghempaskan rambutnya ala-ala iklan sampo anti ketombe.
"Gak usah halu ya, Alden itu punya gue!" katanya menunjuk dirinya sendiri.
Chika memutar kedua bola matanya.
"Punya lu? In your dream" kata Chika.
Pika mendekati langkahnya ke arah Chika, ia mendorong kening Chika dengan jari telunjuknya.
"Banyak tingkah ya"
"Dengarin gue, jauhin Alden atau lo nyesal seumur hidup!" bentaknya, Chika hanya terdiam sama seperti yang lainnya.
Melihat hal itu Chika menepiskan tangan Pika dengan kasar.
"Malu aja kali ya, Alden milih aku jadi pacar dia. Aku rasa kamu sadar posisi aja ya, dan gak usah ancem-ancem aku. Ingat satu hal, aku pemenang mendali olimpiade taewondo tingkat SMA, jadi gak usah ngancem. Kaki lu duluan yang patah!" Pika melebarkan matanya, dia lupa walaupun kelihatan lembek, Chika adalah wanita paling kuat di sekolah ini dibuktikan banyaknya mendali yang ia dapat dari olahraga bela diri taekwondo. Chika juga sudah sabuk hijau, di angkat sebagai asisten pelatih. Pika pergi begitu saja dengan rasa malunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...