Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘
.
.
.Alden berjalan mondar mandir di depan pintu ruangan Olif, saat dirinya memeluk Olif erat tiba-tiba wanita itu tidak sadarkan diri. Apa karena Olif sesak nafas? Ah rasanya tidak, Alden tidak terlalu memeluknya habis-habisan. Tapi, kenapa semua terjadi. Jelas jika terjadi sesuatu Alden akan menyalahkan dirinya.
"Tenang dulu, Al" ucap kak Feby.
Dia dan Ruby duduk di kursi tunggu dengan raut wajah gelisah tapi tetap tenang beda jauh dengan Alden yang panik luar biasa.
"Gimana gue bisa tenang" balasnya kembali mondar mandir tidak jelas.
Klek
Dokter yang memeriksa keluar dari ruangan, sontak Alden berlari menghampirinya.
"Kondisinya semakin parah, kita harus melakukan tindakan sekarang juga" jelas dokter Hidayat.
Kak Feby beranjak dari kursi dan ikut menghampiri.
"Tindakan apa?" tanyanya heran.
"Operasi"
Kaget, bahkan kak Feby menutup mulut dengan telapak tangan.
"Saya mohon lakukan sekarang" ucap Alden gugup dengan mata sudah berkaca-kaca.
"Segera urus registrasinya"
"Biar saya yang mengurus" kata kak Feby memotong ucapan dokter Hidayat.
"Baiklah bu, ikut saya" kak Feby menepuk bahu Alden dan pergi menuju administrasi.
***
Pandangan mata tertuju pada langit biru yang bersih tanpa dihiasi awan. Hisapan rokok sebagai penenang juga tak mampu menghilangkan pikiran kacau luar biasa.
Alden dan Ruby merebahkan tubuh mereka di atas rumput taman rumah sakit, operasi sedang berlangsung. Perkiraan dokter mengatakan bahwa operasi akan berlangsung sekitar 6 jam.
"Dia bakalan baik-baik aja kan, Rub?"
Mana mungkin bakalan baik-baik saja, Ruby juga tidak sanggup mengatakan bahwa kemungkinan Olif sembuh hanya 20%. Sepertinya Olif tidak menceritakan apapun kepada Alden, sekarang bukan membahas itu. Ruby tidak ingin Alden semakin panik, dia harus menunjukkan kepeduliannya kepada Alden.
"Berdo'a aja, Al" jawab Ruby.
Alden beranjak duduk melipat kedua tangannya di atas lutut, matanya menoleh ke Ruby yang terlentang dengan mata tertutup dan rokok menempel di bibir.
"Rub,....?"
"Mmm... "
"Sedekat apa lu sama Olif?"
Perkataan Alden membuat Ruby membuka matanya.
"Gue udah pernah cerita" ucapnya cuek kembali menutup mata.
Alden terdiam memperhatikan wajah Ruby. Percuma kalau memang Ruby tidak mau menceritakan, ancaman pembunuhan juga tidak akan mempan. Baginya sekali tidak tetap tidak, memang susah tapi itulah sifat sahabatnya itu.
"Gue gak mau kehilangan Olif, Rub" jelas Alden memandang kosong kedepan.
Waktu terus berjalan sudah lebih dari enam jam mereka menunggu tapi dokter tidak kunjung keluar dari ruangan operasi. Saking lamanya kak Feby juga sudah pulang bekerja dan membawakan makanan untuk Ruby dan Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...