Hari sudah pagi, Alden, Ruby dan Tobi sedang tertidur pulas di karpet depan tv ruang tamu. Syukur hari ini tanggal merah membuat mereka bertiga begadang dan subuh baru pulang dari kosan Didot. Mereka bertiga sedang berkelana dalam mimpi buruk, Ruby memeluk lengan Alden mungkin dia sedang bermimpi indah.
Feby melebarkan matanya saat melihat tiga remaja terlentang tanpa baju di depan tv, puntung rokok dimana-mana dan bentuk rumah tidak seperti rumah lagi. Feby menarik nafas dalam, Feby berjalan memengang kepalanya ke arah dapur.
Dia berangkat subuh dari Medan dan mendapat sambutan semacam ini, Feby tersenyum kecut."Ya Allah, cobaan macam apa ini" Feby menyandarkan tubuhnya ke dinding dapur, tubuhnya langsung meluncur ke lantai.
"Alden....., Alden! " kata Feby menatap langit-langit dapur. Dapur yang saat Feby tinggalkan sangat tertata rapi kini sirna sudah, piring kotor bertumpukan di wastafel setinggi gunung, kuali kotor dimana-mana. Lantai berminyak, meja makan bertembaran bungkusan jajanan, galon kosong, kulkas sudah bau busuk.
Feby keluar dari dapur dengan tubuh lemas, tangannya menarik koper besar menuju kamar.
Jam menunjukkan 12.30 siang, Feby baru bangun dari tidurnya. Dia tidak sempat membersihkan rumah, badannya terlalu remuk karena selama acara di Medan benar-benar full time membuatnya kekurangan istirahat.
Feby melebarkan mata, ternyata mereka belum juga bangun. Feby menggeleng kepala, dia berjalan dengan wajah membara.
"BANGUNNN!!!!" Teriak Feby sekuat tenaganya.
Tak ada respon
"ALDEN, BANGUN!"
Tetap tidak ada respon, Feby mengambil remot AC.
Tet
AC mati, Feby tersenyum sebentar lagi mereka pasti kepanasan.
Feby mulai membersihkan rumahnya.
"Panas banget sih!" umpat Alden melempar selimutnya, Alden menarik remot AC yang ada di sofa.
"Siapa yang matiin?" Tanya Alden, tidak mungkin Tobi atau Ruby. Alden menatap kedua sahabatnya, bahkan suatu hal yang mustahil mereka terbangun. Jadi siapa yang mematikan AC?
Brak....
Alden melebarkan matanya, ada suara piring jatuh di dapur.
Brak....brak....brak...
Suara air wastafel berbunyi?
Alden menelan savilanya, tangan Alden mendorong-dorong tubuh Ruby dan Tobi."Woi...., bangun!!! Ada maling!!!" ucap Alden dengan suara sangat pelan.
Tidak ada respon, Alden mencubit lengan Ruby dengan kasar.
"Arkkk...." Pekiknya, Ruby membuka mata dengan malas.
"Ada maling, bangun!" Ruby langsung terduduk dari tidurnya.
"Mana maling?" ucapnya panik.
"Husst! Diem!, ada di dapur" Ruby dan Alden saling menatap satu sama lain, kemudian mereka saling mengangguk.
Mereka berdua berdiri secara hati-hati, Ruby mengambil vas bungan yang ada di dekat tv sedangkan Alden mengambil kemoceng rotan. Secara perlahan mereka melangkah ke arah dapur dengan hati-hati.
Brakkk
"Ha lu dengar gak?" tanya Alden kepada Ruby, anak itu mengagguk ketika mendengar suara piring.
"Langkah lu jangan kedengeran!" kata Alden kepada Ruby, mereka berdua sudah sampai kedinding pinggir dapur. Mata Alden berusaha mengintip sedikit di sela-sela tirai pintu dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...