Malin Kundang

308 25 0
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘

.
.
.
.

Alden merebahkan badan di sofa rumah Olif, pas pulang sekolah langsung kesini karena dia lapar. Jarak sekolah dan rumah Olif jauh lebih dekat dibandingkan rumahnya. Jadi wajar dia singgah sebentar mengisi daya terlebih dahulu, bonus juga setiap hari bisa bertemu mama muda.

Asekkk

Salma numpang lewat

Aku suka body goyang mama muda
Buat kasih uang sejuta nana nana nana nanana......

Sedangkan Olif memandang kesal pria yang sedang bermain game,  wanita beranak satu itu disibukkan dengan memijat-mijat kepala Alden yang terasa nyeri. Selesai makan Alden mengeluh kesakitan di bagian kepala.

Di sela-sela pijatannya, Olif selalu memperhatikan gerak-gerik Alden yang bermain game.

Dia cemas, cemas karena Alden tidak akan menerima mamanya, tapi dia akan berusaha semaksimal mungkin.

"Al, lu benar-benar benci sama mama lu?" tanya Olif yang membuat Alden langsung menghentikan aktivitasnya.

Dia meletakkan ponselnya di atas meja dan memejamkan mata.

"Gue lagi gak mau bahas itu, Lif"ucapnya.

Tangannya menarik kepala Alden agar menyandar di pahanya.

"Al, dengarin gue!"

Mengapa Olif niat sekali membahas tentang itu, padahal Alden sedang tidak mood. Dia cuma mau tidur dan menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

Alden tidak openi perkataan Olif, matanya terus saja tertutup seolah-olah enggan untuk mendengar. Mau marah? Silahkan!

Ambyar

Pijatan itu terhenti berubah menjadi elusan lembut di jidat Alden.

"Bersyukur karna mereka masih ada di dunia ini, lihat gue, Al.... " nada bicaranya melemah,

"Gue gak punya siapa-siapa lagi"

"Tidak ada manusia yang sempurna, Al. Lu harus minta maaf sama mama lu...."

Jujur Alden mulai kesal dengan sikap Olif yang terus saja membahas tentang ibunya. Dan kata-kata Olif seolah tidak berpihak kepadanya lagi. Alden membuka mata dan melirik wajah Olif dari bawah.

"Kenapa gue yang harus minta maaf? Mereka yang salah, Lif! Lu gak tau apa-apa" ucap Alden.

Dia bangkit dari tidurnya dan menyandarkan tubuh di sofa.

"Memang gue gak tau apa-apa, karna gue gak ngerasain hal yang lu rasakan"

"Tapi sosok ibu, Al. Tempat syurga lu ada disana, seorang ibu cuma menginginkan hal terbaik untuk anaknya"

Bibir Alden berdecih,

"Hal terbaik? Ninggalin gue maksudnya?"

Segitu kecewanya Alden sampai hatinya sudah keras seperti batu. Olif akan terus berusaha, karena kunci kebahagiaan Alden ada disana.

"Itu semua punya alasan, Al. Jangan egois! Tanya baik-baik, semua pasti punya alasan!" bentak Olif yang beranjak dari sofa.

"Gue gak bisa, Lif. Hati gue kecewa!" balas Alden tak kalah sengit.

Tubuhnya bergemetar, untuk pertama kalinya Alden membentaknya dengan suara tinggi.  Dia kembali duduk untuk menenangkan hatinya, tidak apa-apa it's okey dia memberanikan diri menoleh ke samping.

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang