Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘
.
.
.
.Sesuai mimpi Tobi, semua telah kembali normal. Kasus yang mereka terima bisa diselesaikan secara kekeluargaan, pihak Vino juga mengakui kesalahan dan orangtuanya menerima keadaan agar anak mereka jera untuk melakukan hal-hal yang berbau negatif.
Yang berbeda adalah Ruby, setiap hari dia menghabiskan waktu untuk berolahraga dan hal positif lainnya. Cara itu dilakukan untuk mengontrol emosionalnya dan menormalisir kondisi tubuh.
Lain halnya dengan Imbra yang tidak pernah memunculkan batang bidungnya setelah pertempuran itu. Kabar yang beredar dia tengah ke luar negeri untuk berlibur dan itu cukup membuat Alden syok setengah mati pasalnya dia membawa Chika. Berusaha ikhlas dan menerima keadaan sekarang itulah yang harus di pegang teguh.
Bermacam-macam jenis peragai remaja membuat kantin ilegal penuh, semua kembali seperti semula. Alden dan yang lainnya tertawa ria dikantin. Padahal ini adalah jam masuk kelas, tapi keputusan untuk menenangkan pikiran juah lebih penting dibandingkan mengikuti pelajaran yang membuat otak penat.
"Ayo keluarkan, diem aja lu" bentak Alden kepada 3 orang yang berwajah kusut.
"Lu curang!" ucap salah satu dari mereka.
Plak
Plak
PlakAlden menjitak kepala mereka beriga yang protes.
"Udah 3 kali lu menang terus, udah belajar sono" sambung adek kelas yang ikut bermain judi.
"Berani nyuruh abang lu ini?" ledek Didot menunjuk Alden.
"Hajar, Dot! Kesel gue" pinta Alden mengompori Didot.
"Waduh, waduh si penghuni jeruji besi ternyata disini. Pantas gue cari ke kelas kagak ada" Sindir Tobi yang datang secara tib-tiba. Dia menggeser bangku plastik dan duduk di samping sahabatnya.
"Ruby mane?" tanyanya, tangannya diam-diam menarik bungkus rokok Alden.
"Gue lihat ya, Bi! Walaupun mata gue fokus ke kartu!" Tobi menyengir padahal dia ingin mencuri sebatang rokok Alden, ternyata dalam keadaan main judi Alden mampu melirik hal-hal yang merugikan sepihak, Tobi mendengus kesal niatnya sangat disayangkan.
"Miskin!!!" Ledek Alden.
"Gue juga miskin gara-gara lu ye, 1 bulan full jajan gue bakalan pas-pasan!" kata Tobi kembali menjelaskan. Dia dihukum akibat kejadian lampau, selama satu bulan jatah jajannya sehari hanya 7rb, lain biaya motor. Berbeda dengan Alden yang setiap hari menikmati uang haram hasil judinya. Sesekali dia menyumbangkan dana kepada sahabat miskin yang gagal di medan perjudian seperti, Tobi, Didot dan Jack.
"Jadi Ruby dimane?" tanyanya lagi, tanpa peduli omelan Alden tangannya langsung menarik rokok dan menyalakannya.
"Lagi belajar lah, emang kaya lu!" jawab Alden ketus, matanya tetap fokus menatap kartu remi.
"Heang!!! Gak ngaca" umpat Tobi.
"Al, gue kemarin ketemu sama Eksel" perkataan Tobi membuat Alden terdiam dan menoleh ke arahnya, siswa lain yang mendengarkan obrolan itu langsung merapatkan posisi.
"Apa-apa?" tanya mereka.
"Gue ketemu sama Eksel, tapi gue cuek aja seolah-olah gak kenal" jelas Tobi menarik kopi milik Alden, dia meneguknya dan kembali menempelkan rokok di bibir.
"Trus...trus....?"
"Ya gitu aja, malas gue nyapa dia. Penghianat! Mau bantu malah kabur duluan" memang semua kecewa kepada KLANMAJGAR, dari pihak mereka juga belum ada memberi keterangan atau niat ingin bertemu. Setelah kejadian itu semua memang hilang seolah tak pernah terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...