Baby Boy

475 30 0
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘

.
.
.
.

Alden kocar kacir tidak jelas di depan pintu persalinan, sebenarnya Olif mengajaknya masuk kedalam. Namun dia cukup tau diri dalam hal ini, sama sekali tidak pantas. Bayu lah yang seharusnya berada di sampingnya, pria itu sedang dalam perjalanan dari Pontianak. Jadi Alden mendadak jadi pengganti suami siaga.

Tiba-tiba muncul wanita bertubuh profesional bak model papan atas berjalan tergesa-gesa ke arah Alden.

"Mana dia?" tanyanya. Alden mengerutkan kening heran, wanita itu tanpa basa-basi langsung bertanya. Alden memperhatikan sekeliling, oh ternyata wanita itu bertanya padanya.

"Ngomong sama saya?" tanya Alden.

"Dimana Olifia?" ucapnya dengan suara yang kurang mengenakkan di telinga. Wanita itu melipat kedua tangannya di dada, dia melirik penampilan Alden dari atas sampai bawah.

"Bocah!"

"Kamu pacar Olifa? Pintar ya, pasti kalian bersekongkol mau merampas harta suami saya kan? Manusia serakah!"

"Setelah anak ini lahir, saya jamin mas Bayu akan melempar Olif jauh-jauh dari kehidupan kami"

"Dan kamu, silahkan nikmati sampah tidak berguna itu!"

Alden heran dengan tingkah wanita ini, datang langsung mengomel tidak jelas. Cara bicaranya juga tidak menggambarkan paras yang cantik, omongannya pedas dan menganggap rendah orang lain. Kata penghinaannya juga sangat menyakitkan. Apa dia bilang? Merampas uang suaminya? Sangat memalukan.

"Mbak, kalau bukan mengingat kakak saya, mungkin lu udah gue seret sejak tadi!" ucap Alden, jika tidak suka itu wajar karena Olif merebut suaminya. Tapi apakah dengan cara merendahkan? Bahkan dia menganggap Olif sampah? Keterlaluan!

Dia tersenyum merendahkan. Alden memperhatikan raut wajahnya yang menindas, sudut bibir yang terangkat dan kepala dimiringkan sedikit.

"Lihat! Lihat! Anak sekolah cara bicaranya tidak menggambarkan anak terdidik, apa keluarga kamu tidak mendidik dengan baik?" terlalu memancing amarah Alden, bahkan dia tidak tau apa kesalahannya pada wanita itu. Yang membuat Alden naik pitam adalah kata keluarga, kata sensitif dalam hidupnya.

"Lu jangan bawa-bawa keluarga ya" ancam Alden, dia mulai marah dengan wanita itu.

"Kenapa? Kamu gak suka?" balasnya. Ingin rasanya Alden menampar, tapi dia sadar dengan siapa dia berhadapan.

"Gue menghargai derajat lu sebagai wanita! Jadi tolong jaga sikap, biar kita saling menghargai"

Dia terdiam mendengar ucapan Alden, melangkahkan kaki meninggalkan Alden dan duduk di kursi tunggu.

Cukup lama mereka berdua menunggu sampai akhirnya dokter Mira keluar dari ruang persalinan.

"Gimana, Dok?"

Ada raut wajah kecewa dari dokter Mira, bahkan Alden menyadari itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Alden, wajahnya mulai memucat.

"Semua normal, tapi Olif mengalami pendarahan" jawab dokter Mira.

"Anaknya bagaimana?" mereka berdua menoleh ke arah sumber suara, wanita itu lagi.

"Kamu siapa?" tanya dokter Mira.

Wanita itu memutar bola matanya, dia memperhatikan tanda pengenal dokter Mira.

"Apakah terlalu sulit menjawab pertanyaan saya, dokter Almira Yulia!" nada sombong itu membuat Alden tersenyum miris.

Dokter Mira enggan melirik wanita itu, bahkan mungkin dia menganggapnya tidak ada. Tentu dokter Mira sangat mengenal nyonya besar yang digandang pewaris rumah sakit ini, tapi dia harus tau batasan rumah sakit. Tidak bisa berkuasa seenak jidatnya.

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang