Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘
.
.
.
.Alden duduk di kursi menghadap seorang polisi, dia sedang di introgasi. Polisi bertubuh tegap nan gagah itu melirik Alden dengan mata malasnya. Sepertinya dia bosan melihat wajah Alden.
"Nama?" tanya polisi dengan tangan yang mulai mengetik.
"Al...."
Belum sempat menyebutkan nama secara lengkap, polisi langsung memotog pembicaraannya.
"Alden Putra Mahendra" Alden menghembuskan nafasnya, polisi yang sama seperti tahun lalu.
"Usia?" tanya polisi itu lagi.
"M..." baru saja mulutnya terbuka setengah senti, langsung di potong kembali.
"16 tahun"
"Alamat?"
"Ko..."
"Cukup!" kata polisi,
"Kronologis kejadian?"
"P....." Bahkan polisi itu tidak mengizinkan Alden berbicara sepatah kata.
"Tawuran antar pelajar dan percobaan pembunuhan" Alden melebarkan matanya.
"Ha?" Percobaan pembunuhan? Terlalu mengada-ngada.
"Nomor keluarga yang bisa dihubungi?" tanya polisi. Alden menatap kesal polisi itu, mengapa dia tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan atau setidaknya menjawab seadanya.
Terdiam, termenung dan meratapi nasib. Nasib apa yang akan terjadi nanti, yang jelas orang rumah pasti murka mendengar kabar ini. Lagi-lagi mereka menikmati angin malam di ruangan sempit, dan pengap beralaskan tikar tipis hampir koyak. Mereka yang berada dibalik jeruji besi Alden, Ruby dan Tobi. Sangat sial, mengapa harus mereka yang tertangkap.
"Nasib-nasib, feeling gue mengatakan kalau jam ini, detik ini si Botak pasti lagi berikan nama kebun binatang dan sumpahin gue mendengar kabar ini" kata Tobi menatap lampu yang remang-remang.
"Al, menurut lu kapan kita bebas?" tanya Tobi.
"Mana gue tau, yang jelas kak Feby murka di rumah"
Tobi merebahkan tubuhnya di tikar, dia kembali melihat lampu remang. Pikirannya sedang menjalar ke arah negatif, dia merasa ada yang tidak beres. Tapi tidak tau ntah apa. Alden yang sedari tadi memperhatikan kuku tangannya sekilas melirik tingkah Tobi.
"Lu lagi ngapain sih, Bi? Lagi bernostalgia?" tanya Alden.
"Gak lah, ngaco lu"
"Trus ape? Lu lihat setan ye?"
"Makin lama makin ngaco lu ya, eh lu tau gak sejarah penjara ini?"
Alden memutar bola matanya malas.
"Jangan mulai dah, cukup pikiran gue mengarah begaimana nasib kita setelah ini! Gak usah lu tambah buat mengingat sejarah penjara segala" ucap Alden ketus.
Lama mereka terdiam sampai akhirnya Tobi bangkit dan duduk di hadapan Alden yang bersandar pada tembok.
"Al, gue mau nanya boleh gak sih?" tanya Tobi kepada Alden, dia asik memeriksa kuku tangannya.
"Mmm...."
"Olifia udah gimana keadaannya?"
"Baik-baik aja"
"Beneran hamil?"
"Ya gitulah"
"Kenapa lu masih dekatin dia? Bukannya udah punya suami?" Alden menarik nafasnya dalam. Harus berapa kali dia menjelaskan kepada sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...