Ruby vs Ara

505 45 3
                                    

Kejadian itu sudah seminggu berlalu kesedihan Olif sudah mulai pulih, jika dipertanyakan kedekatan mereka sudah pasti semakin dekat. Hampir setiap hari Alden dan Olif selalu bersama, Olif selalu memohon agar Alden menemaninya.

Jam istirahat sudah berbunyi, seluruh kelas sudah sepi. Para siswa mengisi daya ke kantin, termasuk gerombolan Alden yang mengisi daya ke kantin ilegal. Olif menjadi satu-satunya wanita yang selalu nongkrong disana, mereka semua mengetahui kedekatan Alden dan Olif. Jadi membuat mereka semakin akrab dan dekat, begitu pula dengan Ruby yang sudah menerima kehadiran Olif namun dia tetap tidak ingin terlalu dekat dengan wanita itu, dia hanya berbicara seperlunya selagi itu penting.

Saat semua siswa ke kantin, tiga orang remaja wanita sedang sibuk membolak-balikkan buku pelajaran matematika, hari ini kelas Chika mengadakan ulangan harian.

Salma mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar.

"Aduhhhhh......, Mohon....Tuhannn.....untuk kali ini saja.....beri aku kekuatan untuk menjawab ulangan....." katanya dengan nada dari lagu Sheila On Seven hari bersamanya.

Chika membolak-balikkan bukunya dengan kasar sehingga bentuknya sudah keriting.

"Haduhhh....., dari tadi Chika udah berusaha memahami tapi kok gak masuk-masuk juga" dia menghempaskan kelapanya ke meja, pelajaran matematika adalah pelajaran yang hampir tidak disukai siswa, jika sudah menyukai sudah dipastikan dia anak jenius. Chika memicingkan matanya menatap Ara yang dari tadi bermain game, Chika bangkit dari duduknya mendekati Ara.

"Ra, kok kamu udah santai aja? Emang udah paham semua? Ajarin dong!" kata Chika.

"Gue sih udah pinter dari lahir, jadi gak perlu belajar" jawab Ara dengan sombong, Chika memutar bola matanya.

"Pinter ngakal-ngakalin namanya! Tapi boleh juga lah, gue ngikut!" sambung Salma, Ara sudah membuat contekan di balik rok sekolahnya. Mengetahui hal itu Salma juga mengikuti jejak sesat. Chika menghembuskan nafas kasar, percuma dia buat contekan! Mana bisa membolak balikkan rok, posisi dia berada di depan meja guru, bisa-bisa pak Akbar naik nafsu melihat dia.

Chika berdiri memasang kacamata anti radiasinya.

"Mau kemana bu bupati?" tanya Salma.

"Cari inspirasi!" kata Chika menghempaskan sambut pendeknya bak model papan atas mangalahkan Gigi Hadid.

Salma dan Ara bengong.

"Cari inspirasi?"

"Nyari hidayah kali" kata Ara melanjutkan game cacingnya.

Chika berusaha fokus di taman belakang sekolah, matanya benar-benar fokus membaca setiap tetesan tinta di atas kertas putih. Namun sia-sia, dia tetap tidak paham seorang yang hanya sekedar membaca tanpa memahami akan sia-sia. Chika mengebuskan nafasnya kasar sehingga membuat poninya sedikit tergeser.

Chika terkejut ketika menemukan sepasang kaki berdiri di depannya, perlahan tapi pasti dia mengangkat kepala dan....

"Alden...."

Alden tersenyum lalu duduk di samping Chika, Alden disibukkan mengajarkan rumus matematika kepada Chika.

Chika mengacak rambutnya frustasi.

"Susah tau Al, otak Chika gak bisa menerima sejak tadi. Chika gak suka matematika!!!" ucap Chika, walaupun sudah Alden yang mengajarinya namun tetap sama, oon!  Alden tersenyum hajil melihat Chika yang cemberut.

"Jangan cemberut, jadi makin imut" goda Alden mencubit pipinya, Chika tersenyum malu. Dia melampar buku pelajarannya ke atas rumput, kedua tangannya langsung memeluk Alden dengan erat.

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang