Alden memasang wajah kusut memperhatikan aktifitas Feby yang sibuk memasukkan pakian kedalam koper. Feby menatap dress biru mudanya.
"Al, ini kakak bawa gak?" tanya kepada Alden,
"Kak cuma pergi tiga hari, bukan pindah!" Alden menggeleng kepalanya, sudah 2 jam kakaknya packing tidak kunjung selesai. Bagaimana akan selesai, setelah dia menyusun baju kedalam koper tidak lama kemudian dia akan membongkar kembali dan menyusunya kembali.
Feby menghempaskan dressnya ke ranjang.
"Ini pertemuan perusahaan ternama, kakak harus memberikan penampilan terbaik" Feby memperagakan jalan bak model dihadapan Alden.
"Lu cuma karyawan, bukan boss!" sindir Alden. Wanita itu tersenyum lebar. Dia melipat kedua tangannya di dada.
"Sebentar lagi kakak akan naik jabatan" Ucap Feby.
"Serah dah"
"Tapi kakak harus tetap jaga diri, kalau ada yang macem-macem sama kakak bilang ke Alden. Detik itu juga Alden bunuh orangnya!" Feby tersenyum kecut menatap Alden. Dia berlari kecil dan memeluk tubuh Alden.
"Uuuuu.....sayang....." ucap Feby mengelus punggung Alden.
Feby pergi ke Medan selama 3 hari, dia ditunjuk sebagai perwakilan perusahaan untuk menghadiri pertemuan dengan beberapa perusahaan disana. Awalnya Alden tidak mengizinkan karena takut terjadi sesuatu kepada kak Feby, namun kesempatan ini tidak bisa dibiarkan, ini adalah kesempatan kak Feby agar bisa di angkat menjadi manager di perusahaan tempat dia bekerja.
Alden cemberut sedari tadi di depan pintu, sungguh dia sangat sedih. Kak Feby jauh dari sisinya, dia benar merasa sendirian.
Remaja dengan rambut ikal melambaikan tangannya di pagar, menyadari hal itu Alden mengalihkan pandangan ke objek lain, ia pura-pura tidak melihat.
"Woi bukain gerbang!" Teriak Ruby dari pagar.
"Woi...." panggil Ruby melambaikan tangan, remaja rambut ikal itu menghilang.
Alden tekejut mencari-cari dimana Ruby, anak itu menghilang?
"Woi!" Alden melirik kesana kemari namun tidak ada.
"Woi...." suara Ruby? Mata Alden mencari kesana kemari.
"Woi........" Teriakan itu kembali lagi Alden melirik ke atas pohon rambutan. Hmmmm monyet kembali ke habitat.
"Lebih cocokan disitu" kata Alden, meninggalkan Ruby yang memakan buah rambutan di atas pohon.
"Holla eperbadeh, babang tamvan is back!" kata Tobi yang sudah sampai dihalaman rumah Alden, ntah dari mana dia masuk. Alden melirik penampilan Tobi, pakai sendal jepit, celana boxer, kaga pakai baju, dan membawa ransel di punggungnya.
"Lu mau kemane? Daki gunung?" ledek Alden melihat penampilan Tobi yang mirip anak tiri yang dibuang dari KK.
Tobi menyengir
"Mau menguasai rumah ini selama tiga hari! Hahahaha " kata Tobi dengan percaya diri, dia masuk kedalam rumah Alden.
"Ruby mana? Kata adeknya mau kerumah lu" tanya Tobi berjalan beriringan dengan Alden.
"Tuh!" tunjuk Alden ke arah pohon rambutan,
"Astaghfirullah" Tobi mengelus dadanya.
"Apwa, Lwu mwae rawmbwuatan?" tawar Ruby berbicara dengan mulut yang penuh dengan rambutan. Mereka berdua menggeleng melihat tingkah anak yang sarapnya sedikit bengkok.
Hari sudah berlalu Alden, Tobi dan Ruby sedang main gitar di balkon.
Alden memainkan gitar sembari bernyanyi, Tobi menganggap meja sebagai gendang sedangkan Ruby bitbox dengan mulut congornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...