Chika melempar tasnya ke sembarang tempat. Alden sudah sangat keterlaluan, mangapa dia memilih wanita itu? Padahal Chika lah kekasihnya.
"Huaaaaaaaaa......." tangis Chika di dalam kamar.
"Ndok, kamu kenapa toh?" kata mamanya yang membuka kamar mendapati anak gadisnya menangis di sudut ranjang.
"Mama...." Chika berhambur di pelukan mamanya. Anak bungsu ibu Rabiah memang anak manja, segala sesuatu yang dia inginkan harus di turuni.
"Kenapa toh? Kamu mau opo?" tanya mamanya, dia pikir anaknya sedang menginginkan sesuatu.
Namun salah, Chika terus menangis di dalam pelukan mamanya. Dia sangat kecewa kepada Alden, bahkan untuk tiga hari kedepan Chika akan menunjukkan sifat aslinya jika sudah ngambek. Tapi sayang rasa cintanya kepada Alden tidak berkurang walaupun pria itu sudah melukai hatinya.
"Mama, Chika minta duit?" Kata Chika menghapus air matanya.
"Untuk opo?"
"Chika mau beli, alat make up!"
Chika ingin memoles sedikit wajahnya agar Alden menyesal.
"Minjam punya kak Celia kamu aja" tawar mamanya.
"Gak mau!" kata Chika mengecutkan bibirmya.
"Yaudah, iya"
"Cemilan juga ya ma?" Chika menunjukkan ekspresi manjanya.
"Nanti kak Uki kamu marah, Chika gak boleh makan sembarangan"
"Chika ngambek lagi nih!" Mamanya memutar bola mata.
"Terserah kami lah ndok!" katanya meninggalkan Chika yang sudah tidak menangis.
Chika kembali merenung atas kejadian di koridor sekolah, bagaimana Alden datang membentaknya. Mengata-ngatainya wanita jahat, Chika kembali meneteskan air matanya.
"Chika bukan orang jahat....hiks" kata Chika disela tangisannya.
Chika menarik ponselnya, dia membutuhkan hiburan saat ini.
"Hallo"
"Dimana?"
"Bawa Chika jalan-jalan!"
"Tapi pake motor"
"Chika tunggu!"
Wanita itu merapikan pakaiannya, hari ini dia akan jalan-jalan bersama sahabatnya Imbra. Chika dan Imbra saling mengenal waktu kelas 1 SMP, saat itu Imbra menolong Chika dari pembullyan kakak kelas.
"Assalamulaikum" Chika berlari kecil membuka pintu.
"Yah, Imbra udah datang? Chika belom siap-siap!"
"Serah lu dah, lagian diluar mendung" kata Imbra menaiki anak tangga rumah Chika dengan santai.
Burrrr
Hujan turun dengan lebat.
"Yah, kok turun" kata Chika kecewa menatap luaran jendela.
"Trus lu mau protes? Lagian tumben amat ngajak jalan, biasa gue paksa juga kagak pernah mau"
Chika menyandarkan tubuhnya di kaca, menatap langit yang menurunkan rintikan air menyirami perkotaan.
"Hati Chika sama seperti kondisi langit saat ini, sama-sama menangis!" kata Chika.
"Lu kenapa?"
Chika menghapus air matanya yang menitikkanair mata.
"Kenapa?" tanya Imbra dengan nada khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Bersama Alden [Completed]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Alden Putra Mahendra, anak nakal yang suka mabuk-mabukan, merokok dan berjudi. Kehadiran seorang Olif dihidupnya membuat dirinya sadar, bahwa banyak yang jauh lebih payah dari pada hidupnya. Alden dengan tulus membantu Olifia menghada...