Mencari Bantuan

335 28 0
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya berikan dukungan kamu terlebih dahulu. klik bintang dan jangan lupa comment juga ya, happy reading!❤❤❤😘

.
.
.

Alden menuruni anak tangga dengan malas, seperti biasa hari senin upacara bendera. Dia menunggu kedatangan Ruby di teras rumahnya. Tidak lama terdengar suara motor memasuki gerbang rumah. Alden mengunci pintu rumahnya lalu menaiki motor Ruby.

Sudah tidak seperti dulu, biasanya kantin ilegal adalah markas mereka selama upacara. Namun kini warteg mang Dadang menjadi tongkrongan mereka bersama Diot dan Guyur.

"Kalian gak upacara lagi? Apa jadinya negeri ini" tanya mang Dadang ketika melihat kedatangan Ruby dan Alden.

"Bacot lu, buatin kopi" ucap Ruby duduk di kursi.

"Mang, nasi gurihnya satu" kata Alden, karena tadi dia tidak sempat makan. Kak Feby juga sangat pagi sekali berangkat ke kantornya.

"Hai sahabat...." suara Didot menghebohkan suasana warteg.

Guyur yang berjalan di sampingnya kesal, dia langsung mendorong tubuh Didot.

"Kaya Kekeyi aje lu" ucapnya, dia mendahului Didot dan duduk disebelah Alden.

"Iri bilang sahabat" kata Didot, Guyur memberikan ekspresi jijik saat mendengarkan perkataan Didot.

Mereka berempat bersenda gurau di warteg, memang berbeda namun tidaklah menjadi suatu masalah. Teman yang lain sudah memaksa-maksa mereka untuk kembali gabung tetapi itu semua di Alden, Alden memberi kekebasan untuk para sahabatnya jika ingin kembali. Dia bukan benci tapi dia hanya mau fokus ke Olif saja, jika bergabung lagi mungkin waktunya bersama Olif akan terganggu atau berkurang. Lagian hanya untuk beberapa bulan lagi, Ruby, Didot, dan Guyur sudah paham dan menerima keadaan.

"Bang, nasi remes satu" Mereka berempat menoleh ke arah sumber suara, suara yang tidak asing bagi mereka.

"Vino!" Ruby langsung berdiri saat mengetahui siapa yang datang, anak itu menoleh ke arah mereka. Matanya melebar dan kegugupannya dapat dilihat.

"Wah....wah....wah...., para bajingan disini" kata seseorang yang muncul dari belakang Vino. Mengetahui siapa yang datang wajah Vino langsung berubah menantang, tepatnya meremehkan.

"Anak kunyang!" kata Guyur yang kesal.

"Tepatnya anak Babon Afrika, Gur" sambung Didot.

"Suatu kebetulan banget ya" katanya menatap Alden.

"Lu mau cari perkara disini?" tanya Ruby mengepalkan tangannya. Alden yang tidak ingin cari masalah di pagi buta ini menarik tangan Ruby agar duduk kembali. Emosinya masih sangat labil, belum terkontrol seutuhnya.

"Udah, Rub" ucap Alden, Ruby memukul meja dan duduk dengan wajah kesalnya.

Alden tidak ingin mencari masalah kepada siapapun, dia hanya butuh ketenangan. Imbra? Alden tau apa maksud dan tujuannya, anak itu pasti mengolok-ngolok.

"Udah ngaku kalah lu?"

"Btw, gue sama Chika semakin dekat dan rencana malam minggu ini gue mau ungkapin perasaan gue. Lu mau ikut sebagai saksi? Biar gue pesankan satu kursi lagi. Oh ya gue lupa, elu kan miskin mana bisa masuk restoran bintang lima" Ledeknya.

"HAHAHAHAHAHA....." dia dan sahabatnya tertawa ngakak. Ruby menyenggol lengan Alden, dia tidak terima jika sahabatnya direndahkan kaya gini.

"Oh ya satu lagi, guys lu semua tau. Dia hamilin jalang, makanya di suruh tanggung jawab dan sekarang harus siap siaga jadi papa muda, hahahaha...."

30 Hari Bersama Alden [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang