Kick

3.9K 263 11
                                    

Vomment!!

Hari sudah berganti menjadi malam sekarang. Semua orang di rumah sakit berlalu lalang karena kesibukan masing-masing. Setelah terakhir mengecek keadaan pasien yang lain, lisa berdiam diri di ruangannya. Keadaanya sekarang tak baik. Berjalan saja membuat nya harus sabar karena akibat tendangan dari Joon jae tadi. Sudah sepuluh menit ia berdiam diri di ruangannya tak mau bertemu siapapun. Matanya sembab karena menangis sedari tadi.

"Tenang kan diri mu bodoh! Jangan memikirkan itu lagi. Pasien mu sudah selamat. Sudah membaik!" Ucapnya pada dirinya yang mengacak rambutnya kasar.

"Atau jika master kim mendengar ini, tamatlah riwayat mu!"

Ya, di pikirannya saat ini adalah ucapan Joon jae padanya. Bahkan menjemput adiknya saja ia lupa. Sungguh, pria itu memang tak pernah sedikit mengerti. Lisa mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia mencoba bernafas pelan.

Suara ketukan pintu yang telah terdengar kesekian kalinya membuatnya geram. Rasanya, ia ingin memukulnya saja.

"Lisa~ya jangan seperti ini. Kau telah melakukan hal yang luar biasa. O! Kau berhasil melakukannya!" Kata Jisoo padanya. Membuat lisa yang geram berubah lagi. Ia menangis lagi di pelukan Jisoo.

"Aku sudah bilang bukan, lakukan keinginan mu asal kau yakin. Tidak akan ada yang menghalangi mu termasuk pak tua itu" Ujar ae ri yang juga memeluknya.

Lisa merasakan hangatnya pelukan itu. Sudah lama ia tak merasakan pelukan hangat dari sahabatnya.

"Awww" Ringis lisa saat melepaskan pelukannya ingin menuju duduk di sofa.

"Daliga wae geurae?" Ucap Jisoo dan ae ri bersamaan saat lisa memegang kaki nya.

Lisa tak mungkin memberitahunya. Bisa-bisa ia akan di tendang lagi oleh Joon jae. Sungguh ia tak mau itu.

"Ah a - aku tadi terjatuh." Jawabnya kikuk pada keduanya.

Namun, saat lisa berbohong, itu semua sudah jelas terlihat dengan raut wajahnya. Ayolah, mereka sudah bersahabat sejak dua tahun lebih. Ini membuat keduanya mengernyit menatap lisa.

"Ya! Agassi! Tidak ada gunanya untuk berbohong! Katakan lah ada apa pada kami!" Jisoo mengangguk mendengar ucapan ae ri. Sedangkan lisa di sana sudah takut pada mereka jika keceplosan mengatakannya.

"Lisa~ya, kami sudah mengenal mu sejak lama. Jika kau berbohong, itu jelas terlihat dari raut wajah mu bahkan dengan tingkah mu. Katakan lah!" Jelas Jisoo padanya.

Air yang tadinya sudah berhenti keluar, lagi-lagi keluar membasahi wajah lisa. Iya memang payah untuk berbohong pada mereka.

"Katakanlah dulu. Jangan membuang air mata mu" Lanjut ae ri mengusap air mata yang keluar dari kedua mata besar lisa itu.

"Ee - eonni, Joon jae soenbaenim sa - sangat marah padaku ketika mendengar aku mengoperasi pasien itu tanpa seizin nya bahkan dengan para a - ahli yang lain" Jawabnya sesegukan. Sungguh ini kesalahan besar bagi lisa memberi tahu kedua gadis itu. Karena pastinya mereka akan menegur Joon jae setelah ini.

"Mwo? Memarahi mu?" Ae ri seolah terkejut. Begitupun dengan Jisoo.

"Apa kaki mu di tendang oleh pria itu?" Sambung Jisoo pada lisa. Lisa meremas tangannya kuat untuk tidak mengatakan jika itu memang salah Joon jae.

Melihat lisa meremas tangannya kuat membuat Jisoo tak perlu ragu lagi jika itu ulah seniornya. Lebih tepatnya salah seorang ahli bedah torakoplastik. Ae ri yang melihat anggukan Jisoo seolah mengerti dengan itu.

My Doctor (Lizkook) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang