~ Ch 50 ~

559 44 0
                                    

_@ Mansion  Jeon_

Jimin  mempersilahkan  Jieun, masuk  ke  kamar  Taehyung. Terlihat  anak  itu  masih  tidur.

Jimin  menggeleng  pelan, melihat  gaya  tidur  putranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin  menggeleng  pelan, melihat  gaya  tidur  putranya. Ia  pun  meraih  bantal, yang  berada  diatas  perut  Taehyung.

Jieun  memandangnya. Tidurnya  begitu  lelap. Ia  tersenyum. Jika  masih  hidup. Pasti  putranya  sudah  besar, dan  semanis  Taehyung. Ia  usap  lembut, rambut  halus  itu.

"Jiminnie. Bagaimana  perkembangan  kondisinya ??" tanya  Jieun.

"Sejauh  ini, semuanya  masih  normal. Kemarin  ia  baru  saja, menjalani  terapi  syaraf. Taeby, mulai  bisa  melangkah, sedikit  demi  sedikit," jawab  Jimin.

"Syukurlah, aku  ikut  senang  mendengarnya. Pasti  ia  sangat  kesakitan," ucap  Jieun.

"Gwaenchana. Selama  ada  aku, ibunya, ia  akan  baik-baik  saja. Sampai  kapanpun, ia  tetaplah  putraku. Putra  keluarga  Jeon," jelas  Jimin, dengan  penekanan  di  akhir  kalimatnya.

Jieun  tersenyum  sendu. Entah  kenapa. Hatinya  terasa  tercubit, mendengar  perkataan  Jimin  barusan. Namun  ia  menepis  perasaan  itu. Kembali  ditatapnya  wajah  manis  Taehyung.

"Taehyung  pasti  bisa  berjalan  lagi," ucap  Jieun.

"Noona. Kalau  boleh  tahu. Kenapa, noona  dan  hyung, membuang  putra  kalian, ke  panti  asuhan ??" tanya  Jimin.

"Sebenarnya.."

_Flashback  On_

Setelah  beberapa  minggu, usai  melahirkan. Ayah  dari  Junki, tuan  Lee  Donghae, memerintahkan  sang  anak, untuk  membuang  bayi  mungil  itu.

Tentu  saja  awalnya, Junki  tidak  terima. Biar  bagaimanapun, bayi  itu  darah  dagingnya. Sedangkan  Jieun, menangis  dalam  diam, sambil  menggendong  putranya.

"Junki. Segera  buang  bayi  itu !! atau  kau  kucoret, dari  pewaris  keluarga  Lee," ancam  Donghae.

"Appa, tapi.."

"Baiklah. Itu  artinya, kau  bukan  putraku  lagi," ucap  Donghae.

"Baiklah, aku  turuti  permintaanmu  ini, appa. Aku  akan  membuangnya," ucap  Junki.

"Bagus,"

"Oppa, kau  tega.." lirih  Jieun.

"Maafkan  aku, chagiya !! geunde, ini  jalan  terbaik, untuk  hubungan  kita  berdua," balas  Junki.

Maka. Jieun  tak  bisa  membantah. Mereka  berdua, membawa  bayi  itu  pergi.

_Flashback  Off_

"Jadi. Bahkan  kalian  berdua, belum  sempat  memberinya  nama, saat  kalian  meninggalkannya ??" tanya  Jimin.

"Nee. Kami  sangat  merasa  bersalah, telah  membuangnya. Tapi  aku  berharap, putraku  masih  hidup. Entah  ia  berada  dimana," jelas  Jieun.

"Suatu  saat, kau  pasti  bertemu  dengannya," balas  Jimin. Jieun  mengangguk  pelan.

"Eunghh.." lenguhan  Taehyung, mengalihkan  atensi  keduanya.

"Sayang, kau  sudah  bangun ?? butuh  sesuatu ??" tanya  Jimin.

"Se-sesak..appo," lirih  Taehyung.

"Sebentar  ya,"

Jimin  pun  meraih  inhaler, yang  ada  diatas  nakas. Lalu  mengarahkannya  pada  Taehyung. Membantunya  menghirup  perlahan.

"Eotte ??" tanya  Jieun, yang  mengusap  bahu  Taehyung. Membuat  anak  itu  menatapnya.

"Sedikit  lega, bibi," jawab  Taehyung.

"Taeby, sayang. Mulai  hari  ini. Bibi  Jieun, akan  membantu  merawatmu  juga," jelas  Jimin.

"Jadi. Kalau  Tae  butuh  bantuan, ada  bibi  disini. Kebetulan. Paman  Junki, ada  bisnis  di  Belanda, selama  2  bulan. Dan  bibi, akan  menginap  disini," jelas  Jieun.

"Jinjjaro ??" tanya  Taehyung.

"Benar, sayang. Jadi, kau  tak  akan  kesepian," jawab  Jimin.

"Jiminnie. Ini  sudah  sore. Bagaimana, kalau  kita  memasak  saja, untuk  makan  malam  nanti !!" ajak  Jieun. Jimin  menatap  jam  dinding.

"Noona  benar. Ayo  ke  dapur !!" ajak  Jimin.

"Tae  akan  mandi  sebentar," ucap  Taehyung.

Jimin  menuntunnya, menuju  kamar  mandi. Ia  pun  bersama  Jieun, pergi  ke  dapur.

Tbc..

Uri  CheonsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang