_@ Mansion Jeon_
Jimin mempersilahkan Jieun, masuk ke kamar Taehyung. Terlihat anak itu masih tidur.
Jimin menggeleng pelan, melihat gaya tidur putranya. Ia pun meraih bantal, yang berada diatas perut Taehyung.
Jieun memandangnya. Tidurnya begitu lelap. Ia tersenyum. Jika masih hidup. Pasti putranya sudah besar, dan semanis Taehyung. Ia usap lembut, rambut halus itu.
"Jiminnie. Bagaimana perkembangan kondisinya ??" tanya Jieun.
"Sejauh ini, semuanya masih normal. Kemarin ia baru saja, menjalani terapi syaraf. Taeby, mulai bisa melangkah, sedikit demi sedikit," jawab Jimin.
"Syukurlah, aku ikut senang mendengarnya. Pasti ia sangat kesakitan," ucap Jieun.
"Gwaenchana. Selama ada aku, ibunya, ia akan baik-baik saja. Sampai kapanpun, ia tetaplah putraku. Putra keluarga Jeon," jelas Jimin, dengan penekanan di akhir kalimatnya.
Jieun tersenyum sendu. Entah kenapa. Hatinya terasa tercubit, mendengar perkataan Jimin barusan. Namun ia menepis perasaan itu. Kembali ditatapnya wajah manis Taehyung.
"Taehyung pasti bisa berjalan lagi," ucap Jieun.
"Noona. Kalau boleh tahu. Kenapa, noona dan hyung, membuang putra kalian, ke panti asuhan ??" tanya Jimin.
"Sebenarnya.."
_Flashback On_
Setelah beberapa minggu, usai melahirkan. Ayah dari Junki, tuan Lee Donghae, memerintahkan sang anak, untuk membuang bayi mungil itu.
Tentu saja awalnya, Junki tidak terima. Biar bagaimanapun, bayi itu darah dagingnya. Sedangkan Jieun, menangis dalam diam, sambil menggendong putranya.
"Junki. Segera buang bayi itu !! atau kau kucoret, dari pewaris keluarga Lee," ancam Donghae.
"Appa, tapi.."
"Baiklah. Itu artinya, kau bukan putraku lagi," ucap Donghae.
"Baiklah, aku turuti permintaanmu ini, appa. Aku akan membuangnya," ucap Junki.
"Bagus,"
"Oppa, kau tega.." lirih Jieun.
"Maafkan aku, chagiya !! geunde, ini jalan terbaik, untuk hubungan kita berdua," balas Junki.
Maka. Jieun tak bisa membantah. Mereka berdua, membawa bayi itu pergi.
_Flashback Off_
"Jadi. Bahkan kalian berdua, belum sempat memberinya nama, saat kalian meninggalkannya ??" tanya Jimin.
"Nee. Kami sangat merasa bersalah, telah membuangnya. Tapi aku berharap, putraku masih hidup. Entah ia berada dimana," jelas Jieun.
"Suatu saat, kau pasti bertemu dengannya," balas Jimin. Jieun mengangguk pelan.
"Eunghh.." lenguhan Taehyung, mengalihkan atensi keduanya.
"Sayang, kau sudah bangun ?? butuh sesuatu ??" tanya Jimin.
"Se-sesak..appo," lirih Taehyung.
"Sebentar ya,"
Jimin pun meraih inhaler, yang ada diatas nakas. Lalu mengarahkannya pada Taehyung. Membantunya menghirup perlahan.
"Eotte ??" tanya Jieun, yang mengusap bahu Taehyung. Membuat anak itu menatapnya.
"Sedikit lega, bibi," jawab Taehyung.
"Taeby, sayang. Mulai hari ini. Bibi Jieun, akan membantu merawatmu juga," jelas Jimin.
"Jadi. Kalau Tae butuh bantuan, ada bibi disini. Kebetulan. Paman Junki, ada bisnis di Belanda, selama 2 bulan. Dan bibi, akan menginap disini," jelas Jieun.
"Jinjjaro ??" tanya Taehyung.
"Benar, sayang. Jadi, kau tak akan kesepian," jawab Jimin.
"Jiminnie. Ini sudah sore. Bagaimana, kalau kita memasak saja, untuk makan malam nanti !!" ajak Jieun. Jimin menatap jam dinding.
"Noona benar. Ayo ke dapur !!" ajak Jimin.
"Tae akan mandi sebentar," ucap Taehyung.
Jimin menuntunnya, menuju kamar mandi. Ia pun bersama Jieun, pergi ke dapur.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Cheonsa
FanfictionTaehyung. Seorang remaja yatim piatu. Tinggal di panti asuhan, sejak masih bayi. Hingga ia mendapatkan keluarga baru, yang menerimanya dengan setulus hati. "Taetae, kembalilah pada kami" "Taehyungie !! JANGAN !!" "Saranghae mom, d...