ENAM

8.4K 698 80
                                    

MAMA NEKAT!
***

Daffin menutup pintu rumahnya dengan cepat saat dia merasa kalau salah satu pasien abal abal nya mengikuti dirinya. Pasien dirumah sakit yang baru ia datangi pagi ini benar benar aneh. Mereka datang beramai ramai seperti anak sekolah mau tawuran.

"Mereka semua emang harus disuntik mati." gumam Daffin saat dia melihat keadaan diluar rumah orang tuanya lewat jendela. Ada tiga orang perempuan yang mengikuti dirinya.

Daffin bergidik, dia menutup gorden jendela dekat pintu lalu berlari menuju ruang keluarga. Dia yakin, ada Mama nya disana. Daffin langsung melemparkan tas kerja miliknya kesembarang sofa, lalu dirinya duduk disebelah Hanabi.

Hanabi yang melihat gelagat aneh Daffin mengernyit walaupun dia tau apa yang dialami putra sulumgnya itu. "Kamu kenapa? Dikejar lagi?"

Daffin mengangguk, dia memeluk lengan kanan Hanabi dengan erat. "Mereka harus disuntik mati, Mah. Masa ngikutin Daffin mulu."

Hanabi terkekeh, dia mengacak acak rambut Daffin gemas. "Jangan disuntik mati. Kasian." Hanabi meletakkan majalah yang tadi ia pegang keatas meja. "Kenapa udah pulang?"

"Jadwalnya sampe jam segini doang." ujar Daffin, dia menyenderkan kepalanya dilengan Hanabi. Sangat nyaman.

Hanabi mengangguk mengerti. "Mau anterin Mama jemput Lintang. Sekalian jalan bertiga, Papa pulang malem."

Daffin mengangguk. "Daffin ganti baju dulu."

"Kamu ngga cape kan?" tanya Hanabi memastikan, dia takut anaknya kelelahan karena mengurus banyak pasien.

"Ngga kok. Mama tenang aja." Daffin beranjak, dia mengambil tas kerja miliknya lalu berjalan menuju lantai dua.

Hanabi tersenyum, dia ikut beranjak untuk bersiap siap menjemput Lintang. Laki laki itu belum hafal jalan kesekolah, alhasil Lintang harus diantar jemput untuk sementara.

Sebenarnya, Hanabi ingin memiliki anak perempuan. Hanya saja, kedua anaknya sudah tidak ingin menginginkan seorang adik. Alasannya sama, mereka takut Hanabi lebih fokus ke bayi barunya. Kedua anaknya itu selalu menolak, alhasil Hanabi hanya bisa mengangguk. Walaupun dia menginginkan bayi perempuan yang bisa ia urus sedari kecil. Dia tidak pernah merasakannya.

Menjadi satu satunya wanita didalam keluarganya, membuat Hanabi benar benar diperhatikan. Kata lainnya, dimanja walaupun ketiga laki laki yang ia cinta sangat manja padanya. Terkadang, Hanabi pusing sendiri saat dirinya mengalami batuk. Devan, Daffin dan Lintang akan sangat khawatir. Lalu berujung ke rumah sakit walaupun ada satu orang Dokter dikeluarganya. Hanabi memaklumi, mereka panik.

"Lintang pulangnya jam berapa, Mah?" tanya Daffin saat mereka berdua sudah berada didalam mobil.

"Sepuluh menit lagi bel kayaknya." ujar Hanabi sambil melihat jam yang ada diponselnya.

Daffin mengangguk mengerti. "Kita mau jalan kemana?"

"Ke mall gimana? Sekalian cari hadiah buat Papa. Seminggu lagi Papa ulang tahun." Hanabi menatap Daffin yang sepertinya sedikit tidak setuju.

"Ke mall?" Hanabi mengangguk. "Ngga ada tempat lain, Mah? Nanti Daffin sama Lintang dikejar kejar gimana?"

"Ada Mama. Kamu tenang aja. Kalo minta foto, bayar lima puluh ribu. Pasti laris manis." Hanabi terkekeh saat mengucapkan ide gilanya.

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang