SEMBILAN BELAS

6.4K 585 46
                                    

MAKIN ROMANTIS?
***

"Kita mau kemana sih? Gak usah jauh jauh. Gue lagi males jalan jalan." Bintang sedikit mendongakkan kepalanya agar dapat menatap wajah tampan Lintang.

Lintang tersenyum, dia menatap wajah cantik Bintang dengan pandangan memuja. Tangannya ia letakkan dikedua pundak Bintang. "Nanti Bintang juga tau. Bintang pasti suka kok."

Bintang mendengus lirih, dia mendongakkan wajahnya agar menatap langit sore. Warnanya sudah berubah menjadi jingga dan Bintang menyukainya walaupun Bintang lebih menyukai langit malam. Bintang kembali memfokuskan pandangannya ke Lintang. "Terus itu gitar buat apa? Lo gak mau nyanyi buat gue lagi kan?"

Bukannya Bintang terlalu percaya diri atau bagaimana. Hanya saja, dia masih merasa malu karena Lintang menyanyi diruang musik. Dia tidak tau perasaannya bagaimana. Hanya saja, Bintang merasa sangat senamg dan nyaman. Bintang juga merasa selalu ingin dekat dengan Lintang.

"Pede banget." cibir Lintang sambil terkekeh kecil. Dia melirik Bintang sekilas lalu kembali menatap kedepan.

Bintang kembali mendengus, dia juga bingung. Dia bingung karena Bintang tidak tau dimana dia sekarang. Yang ia lihat hanya taman yang benar benar sepi, tidak ada orang sama sekali. Hanya mereka berdua. Bintang menatap Lintang curiga saat pikiran buruknya terlintas diotaknya. "Lo gak bakalan apa-apain gue kan?"

Lintang langsung menatap Bintang, dia tersenyum geli. Lintang menggeleng. "Gak. Aku gak akan ngerusak perempuan yang aku cinta."

Bintang bernafas lega, dia mengernyit karena tepat didepannya hanya ada sebuah semak belukar yang tidak terawat sama sekali. Mungkin dia sudah berada diujung taman. Bintang menatap kesekeliling, matahari semakin menghilang dan udara dingin menyambut kulitnya. "Serem, Lintang. Balik aja yuk."

Lintang menggeleng, dia menyingkirkan semak belukar itu dan menyuruh Bintang masuk. Bintang ragu, dia hanya berdia ditempatnya membuat Lintang gemas. "Udah gak papa. Gak ada apa apa kok. Aku jagain."

Bintang menatap dalam mata Lintang, tidak ada kebohongan. Bintang mengedikkan bahunya acuh, dia berjalan masuk dan langsung terperangah melihat apa yang ada didepannya. Bintang berjalan semakin masuk, tangannya menyentuh balon balon yang menancap ditanah. Bintang menariknya satu lalu memainkannya.

Mata Bintang kembali menatap kesekitar, banyak tanaman yang dihiasi dengan lampu neon berwarna warni. Gadis itu berjalan mendekat, matanya benar benar berbinar. Dia benar benar terpesona dengan kejutan dari Lintang.

Sudah sebulan ini Lintang menjadi semakin romantis padanya. Selalu saja ada kejadian kecil yang membuat Bintang semakin baper. Bernyanyi, memberikannya hadiah, memperlakukan Bintang layaknya seorang putri. Kalau begini, Bintang semakin mencintai Lintang. Laki laki yang katanya baru mencintai seorang gadis itu bisa memikirkan hal seromantis itu. Apa itu keturunan?

Bintang langsung menggelengkan kepalanya. Keturunan apanya? Bukannya keluarga Lintang psikopat semua? Bagaimana mungkin seorang psikopat bersikap romantis?

"Bintang, gak usah terlalu asik." Bintang tersentak kaget saat mendengar ucapan Lintang. Gadis cantik itu nyengir, merasa bersalah.

"Maaf, maaf. Jadi, lo mau ngelakuin apa?" tanya Bintang, dia sedikit mengernyit saat melihat Lintang sudah mendudukan tubuhnya diatas kursi.

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang