14. Maaf

3.3K 345 7
                                    

Happy Reading

LABIRIN
14. Maaf

Helaan napas kembali keluar dari mulut Bintang. Gadis itu menatap kearah ponselnya, dia sudah mengetik sederet tulisan tanda permintaan maafnya pada Lintang. Hanya saja, Bintang tidak memiliki keberanian untuk mengirimnya. Dia hanya berani menatapnya saja dan membacanya berulang kali. Apakah kata kata maafnya dapat di terima oleh Lintang atau tidak?

Bintang mengacak rambutnya sendiri, dia bangkit duduk di atas tempat tidur. Tangan kanannya mengambil bantal lalu memeluknya, kenapa sangat sulit untuk mengatakan maaf pada Lintang?

Seharusnya, kemarin dia tidak mengatakan hal yang akan membuat Lintang kecewa. Hubungannya dengan Lintang sudah jauh lebih baik, dan dengan mudahnya Bintang mengacaukan itu?

"Lo bodoh banget sih Bintang!" teriak Bintang. Dia menenggelamkan wajahnya di bantal yang ia peluk. "Uninstal aja kebodohan gue! Tapi gimana caranya?"

Bintang mengangkat kepalanya, dia menghembuskan napasnya kasar. Matanya melirik ke luar jendela, masih sore. Bintang tidak menyangka, dia sudah seharian di dalam kamar. Bahkan Bibi yang bekerja di rumahnya saja mengantarkan makan untuknya.

"Gue emang bodoh." gerutu Bintang, dia mengambil ponsel miliknya saat merasakan getaran. Bintang pikir itu telpon dari Lintang, ternyata dari Dian.

"Halo," sapa Bintang malas.

"Lo dimana?"

"Rumah, kenapa emang?"

"Sini ke rumah Lintang. Bantu ngerjain skripsi."

"Kenapa gue harus bantu?"

"Ck! Tinggal dateng aja sih. Kita tinggu."

"Tapi--"

"Banyak makanan disini, lo gak bakalan nyesel."

Tut.

Bintang mendengus, dia melemparkan ponselnya asal. Dian benar benar menyebalkan. Kenapa di saat seperti ini, Dian menyuruhnya datang kerumah Lintang? Bintang berani bertaruh kalau dia akan kembali canggung ke Lintang.

***

Bintang keluar dari taksi yang mengantarnya kerumah Lintang. Bintang menghembuskan napasnya pelan, tangannya mencengkram tali tas yang ia bawa. Perlahan, Bintang berjalan masuk, dia membuka gerbang lalu masuk. Kenapa mendadak rasanya berbeda.

Bintang berdiri di depan pintu rumah Lintang, tangannya mengetuk pintu itu dengan perlahan. Bintang menunggunya dengan sabar walaupun jantungnya berdetak sangat cepat.

Pintu berwarna putih gading itu terbuka, terlihat Hanabi membuka pintu. Wanita itu tersenyum kearah Bintang. "Akhirnya dateng juga."

Bintang tersenyum. "Yang lainnya udah pada dateng?"

"Udah kok, kamu naik aja ke atas. Ke ruang keluarga."

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang