DUA BELAS

7.7K 678 27
                                    

BERANGKAT BERSAMA
***

Devan menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur. Dia lelah, ingin beristirahat sekarang. Memeluk Hanabi sepertinya menyenangkan. "Hana--"

"Kamu ngapain disini? Kan kamu aku suruh tidur dikamar tamu." Hanabi memotong, dia menyilangkan kedua tangannya didepan perut. Menatap Devan dengan wajah datar dan juga sebelah alisnya yang terangkat.

"Jangan gitu dong. Nanti ngga ada yang bisa dipeluk." Devan merengek membuat Hanabi memutar bola matanya malas.

"Salah sendiri." ketus Hanabi, dia menunjuk pintu keluar.

"Kan bukan salah Devan. Salahin aja Pak Alex, Hana. Dia dalangnya." Devan mencoba membuat Hanabi berfikir ulang namun sepertinya Hanabi tidak peduli. "Devan bunuh--"

"Ngga usah bawa bunuh bunuhan. Kamu kan udah janji ngga akan bunuh orang lagi." Hanabi kembali memotong, dia menatap Devan dengan tajam.

"Ya udah, biarin Devan tidur disini atau ngga Devan bunuh Pak Alex." Devan tersenyum misterius.

Hanabi menghela nafas. "Ya udah, aku tidur di kamar--"

"Eh..apaan! Ngga! Kamu tidur disini!" Devan memotong, dia menarik tangan Hanabi saat istrinya itu akan berjalan keluar kamar.

"Katanya kamu mau tidur disini. Ya udah, aku tidur dikamar tamu." Hanabi menatap Devan bingung.

"Ya Hana temenin biar ada yang bisa dipeluk." Devan menatap Hanabi dengan pandangan memohon. "Hana tidur disini, ya? Ya? Janji ngga usilin Hana."

Hanabi menatap kedua mata Devan, laki laki itu terlihat serius membuat Hanabi mengangguk. Devan tersenyum senang, dia menggeser tubuhnya kesisi kanan tempat tidur dan Hanabi disisi kiri. Mereka berdua berbaring saling berhadapan.

"Jangan ganggu!" Hanabi mengingatkan.

"Iya, sayang. Iya." Devan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Dia memeluk pinggang Hanabi erat sedangkan Hanabi meletakkan wajahnya didada Devan. Mereka berdua saling menghangatkan.

***

"Mama! Lintang berangkat pakai mobil sendiri." setelah mendapatkan jawaban dari Hanabi, Lintang dengan santainya masuk kedalam mobil miliknya sendiri.

Laki laki yang tengah mendengarkan musik dari headset miliknya itu mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Bintang. Hari ini, dia ingin berangkat bersama dengan Bintang. Dia juga yakin, Bintang tidak akan menolak ajakannya.

Tidak butuh waktu yang lama, Lintang sampai didepan gerbang rumah Bintang. Laki laki itu keluar dari mobilnya lalu berjalan masuk. Belum sempat dia menekan bel, dari dalam rumah terdengar keributan yang cukup keras.

"TERSERAH MAMA MAU APA! YANG JELAS, BINTANG NGGA AKAN MAU IKUT MAMA!" terdengar sangat jelas kalau itu adalah suara Bintang.

"KAMU HARUS IKUT BINTANG! MAMA SAMA PAPA KAMU--"

"AYAH BINTANG UDAH NGGA ADA. TERSERAH MAMA. SAMPAI KAPANPUN BINTANG NGGAK AKAN PERNAH NGAKUIN ORANG YANG UDAH BUNUH PAPA!" Lintang sudah bersiap masuk, namun pintu sudah terlebih terbuka.

Bintang maupun Lintang sama sama kaget tapi tidak sekaget Bintang. "Bintang, tadi--"

"Ayo!" Bintang memotong, gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu menarik tangan Lintang dengan terburu buru.

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang