DUA SATU

5.6K 506 53
                                    

LINTANG, BINTANG DAN DIANDRA
***

"Maaf." cicit Diandra pada Bintang yang berdiri didepannya. Gadis itu terlihat lebih kecil dibandingkan dengan Bintang yang memang tubuhnya tinggi. Wajahnya tertunduk dalam, tidak berani menatap wajah Bintang.

"Maaf? Maaf buat apa? Gue rasa, lo gak punya salah sama gue." ujar Bintang, dia duduk dikursinya lalu menyuruh Diandra agar duduk disebelahnya.

Diandra ragu, dia bahkan tidak mampu menatap wajah Bintang. Kedua tangannya saling meremas kuat, rasanya dia ingin menangis sekarang juga saking takutnya. Namun, melihat Bintang yang terus menyuruhnya agar duduk disebelahnya membuat Diandra dengan terpaksa duduk disebelah Bintang.

"Kenapa? Lo gak punya salah sama gue. Bahkan kita baru aja deket kan?" tanya Bintang, dia tersenyum tipis.

Jangan. Jangan perlihatkan senyuman seperti itu. Diandra akan semakin bersalah jika melihat wajah Bintang yang terlihat sangat baik kepadanya. Mata Diandra memanas, dia semakin tidak karuan sekarang. Apa yang harus Diandra lakukan?

"Diandra. Lo gak papa?" tanya Bintang khawatir saat melihat mata berkaca kaca milik Diandra.

"Seharusnya gue yang tanya kek gitu." batin Diandra berbicara. Bagaimana mungkin Bintang yang sebaik ini akan mendapatkan rasa kecewa dan sakit yang begitu besar.

Hati Diandra terasa diremas kuat, dia tidak akan bisa mengatakan hal yang sebenarnya pada Bintang. Lintang dan Bintang saling menyukai dan kenapa dia hadir ditengah tengah mereka berdua? Diandra bodoh. Kenapa dia harus pindah kesini? Kalau dia tidak pindah kesini, dia tidak akan pernah menyakiti dua orang yang saling menyukai itu.

"Gue..gue mau minta maaf." cicit Diandra, dia sekarang benar benar menangis sekarang.

"Ya lo punya salah apa? Lo--"

"Maaf karena gue udah hadir antara lo sama Lintang." Diandra memotong.

Bintang mengernyit, dia bingung dengan ucapan Diandra. Bukannya mereka tidak pernah dekat sama sekali? Kenapa Diandra hadir diantara dirinya dan juga Lintang?

"Maksud--"

"Gue hamil anaknya Lintang."

Tangan Bintang yang awalnya akan memegang bahu Diandra terhenti begitu saja. Dia begitu kaget, tidak percaya. Ucapan Diandra yang terdengar lirih namun begitu jelas ditelinganya.

"Huh?" Bintang bingung, dia merasakan denyutan sakit saat dia diselingkuhi namun ini jauh lebih sakit. Wajah Bintang terlihat sangat bingung namun dari matanya terlihat Bintang sangat kecewa dan sakit.

Diandra memejamkan matanya, takut kalau Bintang akan memakinya karena sudah membuat benteng antara mereka berdua. "Gue..gue minta maaf. Itu bukan kemauan gue. Lintang ngelakuin itu karena dia dibawah pengaruh obat perangsang."

Cairan bening mulai menetes dari pelupuk mata Bintang. Gadis itu dengan cepat menghapus air matanya yang menetes. Rasanya begitu sakit. Hatinya baru saja sembuh lalu kembali terluka, bahkan lebih besar.

"Lo..lo gak bohong?" tanya Bintang bergetar, tubuhnya lemas.

Diandra menggeleng. Dia sekarang benar benar menatap Bintang. "Gue gak bohong. Maaf. Maaf karena gue udah hadir diantara lo sama Lintang. Setelah ini, gue mau pergi kok. Gue gak akan ganggu kalian berdua. Kalian berhak bahagia, dan gue bakal ngurus bayi ini sendiri. Gue--"

"Siapa yang nyuruh kamu pergi." kedua gadis itu lamgsung menatap kearah pintu. Sejak kapan Lintang berdiri disana?

"Gue gak berhak ada diantara lo berdua. Sejak awal gue udah salah pindah kesini. Dan gue juga akan semakin bersalah kalo gue tetep ada diantara kalian berdua." Diandra menunduk, hatinya merasa bersalah. Dia tidak mencintai Lintang. Hanya Bintang yang berhak bersama dengan Lintang.

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang