DUA PULUH

5.9K 507 133
                                    

LINTANG!
***

Sudah dua minggu sejak kejadian dimana Bintang bernyanyi ditaman dan berakhir dirumahnya. Lintang berjalan tergesa gesa masuk kedalam rumahnya. Jantungnya berpacu dengan cepat, apa yang akan ia dapatkan jika dia memberitahu keluarganya?

"Mama, Lintang--"

Ucapan Lintang terhenti begitu saja saat melihat seluruh keluarganya berkumpul. Lintang menggenggam erat benda yang ia pegang ditangan kiri. Jantungnya semakin berdetak tidak karuan. Dia takut, bahkan sangat.

"Ada apa?" tanya Hanabi sambil menatap anak laki lakinya.

Lintang menelan susah salivanya. Kakinya benar benar terpaku, dia tidak dapat berjalan mendekati orang tuanya.

"Ada apa? Kenapa kamu gugup?" tanya Hanabi, dia bangkit lalu berjalan menuju anaknya. Dia yang melahirkan Lintang, jadi dia tau apa yang dirasakan oleh anaknya. "Lintang mau bicara?"

Mata Lintang berkaca kaca, dia menunduk, tidak berani menatap wajah Mama nya. Lintang yakin, dia akan membuat sang Mama bahkan seluruh keluarganya kecewa.

Hanabi yang melihat itu mendadak jadi panik sendiri, dia memegang kedua bahu Lintang. "Kenapa? Kok nangis?"

"Maaf." cicit Lintang, laki laki itu semakin menundukkan wajahnya. Genggaman tangannya semakin mengerat. "Maafin Lintang."

Hanabi mengerjap, dia menatap Lintang tidak mengerti. "Kenapa? Lintang gak buat salah kok."

Lintang menggeleng. "Mah," Lintang menatap wajah Hanabi penuh salah. "Maaf."

"Iya kamu kenapa? Kamu gak buat salah sama--"

"Mama, Lintang udah hamilin anak orang." Lintang menunduk, dia memejamkan matanya dengan erat.

"Hah?" semua orang menatap Lintang tidak percaya.

"Kamu jangan bohong, Lintang. Bagaimana kamu bisa hamilin anak orang?" tanya Devan, dia menatap anaknya tidak mengerti. Devan tidak marah karena dia dulu juga hampir melakukan hal yang sama seperti Lintang.

"Lintang gak bohong." bantah Lintang, dia meletakkan sebuah testpack keatas meja. "Itu buktinya. Lintang gak mungkin bohong."

Daffin mengambil testpack yang tadi diletakkan oleh Lintang. Dia menahan nafasnya beberapa detik saat melihat dua garis ditestpack itu. "Positif. Kamu hamilin anak siapa?"

"Lintang--"

"Kamu gak lagi ngerjain Mama kan?" Hanabi menatap anaknya dalam. Ingatan saat dia SMA dulu mengalir begitu saja diingatannya. "Ini bukan hari ulang tahun Mama."

Lintang menggeleng, dia semakin menangis. "Gak. Lintang gak bohong, Mah." Lintang merasa sangat bersalah pada sang Mama. "Maafin Lintang. Ini bukan kemauan Lintang."

Hanabi merasakan kepalanya terasa sakit, dia menatap anaknya dengan kening yang mengernyit. Masih belum percaya dengan apa yang dikatakan Lintang. Pandangan Hanabi semakin kabur, dia perlahan menutup matanya. Ingatan saat dia mengalami hal paling sulit saat SMA terus berputar dikepalanya.

"Mama!" teriak Lintang, dia menahan tubuh Hanabi agar tidak jatuh kelantai. Rasa bersalah Lintang semakin besar sekarang.

***

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang