TIGA SATU

5.3K 519 63
                                    

KAU GILA!
***

Lintang mendorong tubuh Diandra sampai perempuan itu jatuh terduduk disofa ruang keluarga rumahnya. Bukan hanya ada mereka berdua, tapi ada kedua orang tua dan juga Kakak Lintang. Lintang menatapnya, sangat datar membuat ketiga orang itu heran dibuatnya. Sedangkan Diandra sendiri sudah menunduk dengan takut.

"Lintang, kau kenapa?" tanya Hanabi lembut. Walaupun begitu, jantungnya berdebar cepat. Dia takut ucapan Brian benar benar terjadi.

"Dia lagi hamil, Lintang." Daffin berucap, dia tidak berani mendekati Diandra.

Lintang masih menatap Diandra datar, aura intimidasinya begitu kuat membuat semua orang bergidik takut. Bahkan Devan sampai tidak bisa berbuat apa apa karena aura Lintang yang terlalu mendominasi ruangan itu.

"Pah," panggil Lintang, dia menatap Devan yang juga tengah menatapnya. "Bisa kembalikan dia ke keluarganya?"

Semua menatap tidak percaya pada Lintang. "Kenapa dikembalikan?"

"Dia gak sepolos dan sebaik yang kita kira. Semua ini adalah rencananya. Mulus sekali." cibir Lintang, laki laki itu membuka ponselnya. "Lintang tidak tau dia hamil beneran apa gak. Kalau dia hamil, dia tidak akan berniat membunuh anaknya sendiri."

Lintang meletakkan ponsel miliknya diatas meja setelah dia membuka sebuah video. Lintang sudah merekam semua kejadian saat dikantin. Lintang tidak bodoh untuk tidak merekam bukti. Dia memerlukannya untuk kejadian seperti sekarang ini.

Hanabi, Devan dan Daffin memperhatikan video yang ada diponsel Lintang. Memperhatikannya dengan serius. Entah dimana Lintang merekamnya, namun video itu terlihat jelas.

Lintang menarik tangan Diandra menuju kamar milik perempuan itu, Lintang tidak akan mau satu kamar dengan jalang bodoh seperti Diandra itu. Jika hanya ada Diandra di dunia ini, lebih baik dia menjomlo saja. Lintang membiarkan keluarganya melihat bagaimana kelakuan Diandra.

"Kita lihat hukuman apa yang cocok buat lo." ucap Lintang dingin setelah dia menghempaskan tubuh Diandra ke atas tempat tidur. Lintang berjalan menuju pintu untuk menguncinya. Lalu, Lintang berjalan menuju jendela, menutup gorden membuat kamar itu terlihat gelap.

Diandra meringsut takut diatas tempat tidur. Lintang yang biasanya polos dan manja, sekarang berubah menjadi menyeramkan. Diandra melihat gerak gerik Lintang yang tengah melihat lihat isi meja belajarnya. Diandra tidak bodoh, dia pintar. Bahkan saking pintarnya, dia lebih memilih menjadi seorang jalang untuk Lintang. Cih! Sangat murahan.

Diandra rasanya ingin kabur sekarang, namun saat dia melihat kearah pintu, kuncinya tidak ada. Sial. Diandra tidak bisa kabur sekarang.

"Ternya lo suka ngegambar." ujar Lintang saat dia melihat tiga buku gambar. Dia mengambil salah satunya lalu membukanya, wajahnya terlihat terkejut namun terkesan yang dibuat buat. "Kenapa lo ngegambar hal yang gak mungkin terjadi?"

Lintang meletakkan buku gambar itu dengan asal, dia mengambil kuas yang ada dimeja belajar. "Lo sering halu ya bisa hidup bahagia sama gue?"

Diandra bangkit dari atas tempat tidur saat melihat Lintang berjalan mendekat kearahnya. Lintang menyeringai saat melihat Diandra ketakutan. Tubuh perempuan itu bergetar hebat sampai sampai, Diandra tidak mampu berbicara. "Kenapa lo kabur? Gak perlu ada yang ditakutin."

LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang