BINTANG
***Bintang, Lintang dan Diandra duduk bersebelahan disofa panjang ruang keluarga. Lintang tepat berada ditengah tengah Bintang dan Diandra. Didepannya ada sang Mama yang terus menatap mereka bertiga. Hanya menatap, tidak berbicara apapun.
Devan dan Daffin juga sama, hanya diam sambil menatap ketiga remaja yang seumuran itu. Daffin menatap Diandra, dia terlalu kecil untuk hamil ditambah umurnya yang masih berumur 16 tahun dapat membuat nyawa Diandra terancam. Dokter muda itu sengaja tidak masuk kerja untuk bertemu gadis yang hamil karena Lintang.
Keheningan diruangan itu membuat Bintang, Lintang dan Diandra menjadi salah tingkah. Bukan malu, tepatnya takut. Apalagi Lintang, dia yang paling takut diantara ketiganya. Bintang hanya diam karena dia sekarang tengah menetralkan rasa sakit dihatinya walaupun semuanya sia sia. Sedangkan Diandra, gadis mungil itu tengah memikirkan kata kata yang pas untuk berbicara.
"Kalian tidak ada yang ingin dibicarakan?" tanya Devan mampu menyentak ketiga remaja itu.
Lintang menatap Papa nya, hanya sebentar lalu kembali menunduk. Apa yang harus dibicarakan? Dia kemarin sudah membicarakan semuanya.
"Om, Tante maaf." Diandra akhirnya mengeluarkan suaranya, dia menatap Hanabi yang masih terlihat sangat muda. "Maaf karena buat kalian kecewa sama Lintang. Saya gak akan maksa Lintang biar tanggung jawab. Saya bisa mengurusnya sendiri kok."
"Gimana bisa lo ngurus sendirian? Lo mau jawab apa sama anak lo kalo dia tanya siapa Ayahnya?" tanya Bintang kesal, dia tau bagaimana rasanya tidak memiliki sosok Ayah. "Gue tau gimana rasanya, jadi lo gak usah aneh aneh."
"Tapi, gue--"
"Anak lo sama Lintang gak salah. Lo gak bisa hukum dia gitu aja." Bintang memotong, hatinya kembali berdenyut sakit. Matanya kembali memanas. "Gue emang suka bahkan cinta sama Ayah dari anak lo. Tapi, gue gak bisa biarin anak lo hidup tanpa Ayah. Lo mau anak lo dibully?"
Diandra menunduk, dia tidak bisa membalas ucapan Bintang yang seratus persen benar. Menyakitkan memang tidak memiliki seorang Ayah. Diandra mengatakan tidak butuh Lintang karena sedari kecil dia selalu bersama kedua orang tuanya. Dia tidak tau bagaimana rasanya hidup tanpa sosok Ayah.
Bintang menatap keliarga Lintang, dia menghapus air matanya lalu tersenyum. "Maaf Om, Tante, Kak, saya menganggu. Saya pamit pulang lebih dulu."
Tanpa menunggu balasan dari mereka, Bintang bangkit begitu saja. Lintang mengepalkan tangannya kuat kuat, dia bangkit lalu berlari menyusul Bintang. "Tunggu! Bintang! Jangan pergi gitu aja!"
Bintang berhenti, mereka berada diteras rumah keluarga Vernando. Kepala Bintang menunduk dalam, air matanya kembali meluncur. Rasa kecewa, sakit, marah dan sedih bercampur dihatinya. Bintang terisak kecil, tubuhnya memberontak saat merasakan pelukan hangat Lintang.
"Tolong, jangan tinggalin aku gitu--"
"Kalo gue gak ninggalin lo, lo mau apa? Gam mungkin gue liatin lo sama Diandra." Bintang berbalik, dia menatap Lintang dengan wajah penuh air mata. "Gue gak bisa, Lintang. Gue gak bisa."
Lintang mengangkat tangannya, menghapus air mata yang ada diwajah Bintang dengan lembut. "Aku juga gak bisa jauh jauh dari Bintang."
Hati Bintang rasanya seperti diremas kuat mendengar ucapan Lintang. Dia menggeleng. "Gue. Gue gak bisa liat orang yang gue cinta bahagia sama cewek lain."
Lintang menutup matanya mendengar ucapan Bintang. Hatinya diremas kuat dan kedua matanya memanas. Sebesar itukah rasa sakit Bintang? Lintang berjanji akan menyingkirkan Nico, Dery, Angel dan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINTANG [END]
Teen FictionLintang, Bintang dan Labirin. Setelah tujuh tahun tidak bertemu dan tiba tiba saja kembali di pertemukan. Lalu, bagaimana kisah mereka? *** Terdapat 2 Season Lintang (S1 end) Labirin (S2 end)