Edwin sedang memikirkan permintaan putranya tadi. Dua hari lagi adalah ulang tahun putranya. Dan sudah sekian kali putranya meminta seorang ibu kepadanya. Namun dirinya hanya bisa bungkam.
Banyak pembantu disini, tapi putranya sama sekali tidak mau dekat dengan mereka. Miko selalu pulang bermain dengan keadaan menangis. Dia sering terbangun dari tidurnya dan berteriak menyebut nama ibu.
"Seandainya ibu mu itu bukan iblis, mungkin Daddy akan mempertemukan kamu dengan dia." Edwin mengusap wajahnya kasar. Dia tersiksa dengan permintaan putranya.
Edwin tahu, putranya mendambakan kasih sayang seorang ibu. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain bungkam.
Edwin mendengar kegaduhan di luar. Telinganya tidak tuli, itu teriakan putranya yang sedang menangis.
"Biarkan aku pergi, aku ingin ke rumah Tante Ema. Aku ingin tidur disana." Teriak Miko. Dia mendorong para pembantunya yang menghalangi jalannya. Tapi sayang, tenaganya tidak sebanding dengan tenaga para pembantu rumahnya.
"Diam di tempat, atau Daddy akan menghukum mu." Suara tegas dan mengimindasi milik Edwin membuat Miko menghela nafas kasar.
Edwin memang sangat kasar. Dia sadar itu. Tapi dia melakukan itu untuk mendidik putranya agar tidak manja.
Mata elang Edwin menatap mata indah milik putranya. Pahatan wajah sempurna milik Miko, dia dapatkan dari wajah Edwin.
"Masuk, atau Daddy...."
Saat semua pembantunya lengah, Miko berlari. Dia tidak mendengarkan ancaman Deddy-nya. Baginya dikasari Daddy-nya itu sudah biasa.
"Dasar bodoh, kenapa kalian bisa lengah!!" Bentak Edwin, kepada semua pekerja yang bekerja di rumahnya.
Semua orang berlari mengejar Miko. Malam ini Miko beruntung, gerbang rumahnya masih terbuka.
Kedua kaki Miko berlari kencang, dia menoleh kebelakang sebentar. Daddy dan para pekerja di rumahnya, sedang mengejarnya.
Saat dia kembali menatap kedepan, matanya melihat motor melaju kencang kearahnya.
Brak..., Brak...
"kamu tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit?" Tanya perempuan berambut panjang kepada Miko. Tubuh Miko bergetar, dia masih shock karena hampir tertabrak motor tadi.
"Daddy bilang apa sama kamu?! Dasar anak nakal." Edwin menarik paksa tangan putranya yang masih tertunduk di pinggir jalan.
Miko hanya diam, kejadian tadi masih terngiang di kepalanya.
"Bisa anda bersikap lembut kepada anak kecil?!" Suara lantang perempuan di depannya, membuat Edwin jengah. Dia mengeluarkan dompet dari saku celana bahannya.
Beberapa uang berwarna merah, Edwin sodorkan di depan perempuan yang berhasil menolong putranya.
"Terimakasih sudah menolong putraku. Tapi kamu tidak berhak memarahiku, ini adalah caraku untuk mendidiknya." Bukannya menerima uang yang Edwin berikan, justru perempuan itu malah menepis tangan Edwin.
"Apa ini cara orang kaya berterimakasih kepada orang yang sudah menolong anaknya? Kalau memang iya, maaf Pak, saya tidak butuh uang bapak." Perempuan itu menatap iris mata Edwin, tajam.
Edwin tidak habis fikir dengan perempuan di depannya, baru kali ini ada orang yang menolak di beri uang.
"Adek, kalau mau nyebrang lihat-lihat ya, takutnya kejadian tadi keulang lagi. Tante pulang dulu." Perempuan itu berjongkok di depan Miko, kemudian dia berjalan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY 1 (TAMAT)
RomanceWARNING!! 21+ "Besok umur mu sudah 6 tahun, sayang. Apa yang kamu inginkan dari Daddy?" Edwin berjongkok di depan putra kebanggaannya. Miko, anak laki-laki itu menatap Daddy nya malas. Dia meletakkan heandpone mahal yang Daddy nya belikan sewaktu di...