13. Apa dia mantan istrimu?

42.4K 2.7K 16
                                    

Edwin berjalan masuk kedalam ruang inap putranya. Disana dia bisa melihat Zia yang sedang mengajak putranya bicara. Zia mencium pipi Miko dengan sayang.

"Pokoknya kamu tidak boleh main sepeda sendirian lagi. Kalau kamu mau main sepeda, kamu harus ngajak Tante atau Daddy kamu." Zia memberikan petuah kepada anak bosnya. Bibirnya tersenyum senang dikala dia melihat Miko menganggukkan kepalanya.

"Anak pintar, Tante sayang banget sama kamu." Zia memeluk anak bosnya dengan penuh sayang.

Edwin yang sedang berdiri di ambang pintu tersenyum bahagia. Dia yakin, dia tidak akan salah memilih calon istri.

Derap langkah kaki Edwin yang sedang masuk kedalam ruang inap Miko mengusik kedua orang yang sedang duduk di sofa ruangan itu.

"Daddy...!!" Miko merentangkan kedua tangannya ke arah Daddy-nya. Hal itu membuat Edwin tersenyum, dia langsung membawa anaknya kedalam gendongannya.

"Udah Bapak urus administrasinya?" Tanya Zia, sambil menatap wajah Edwin.

"Sudah, Ayo kita pulang." Ajak Edwin, dia mengambil heandponenya yang berada di atas nakas ruangan anaknya.

"Yee..., Akhirnya aku boleh pulang juga. Daddy, Daddy, Daddy tahu? Aku tuh gak betah berada disini. Disini makanannya gak enak, terus bau obat-obatan, dan jarum suntiknya bikin tanganku berdarah." Adu Miko dengan tatapan sendu. Dia memperlihatkan tangannya yang bekas infus.

"Kasihannya anak Daddy." Edwin mengacak-acak rambut anaknya pelan. Zia tersenyum ketika melihat anak dan ayah di depannya akur.

***

Ema tersenyum kepada Zia dan Edwin. Dia langsung mengambil alih Miko dari gendongan Edwin ke gendongannya.

Zia merasa kikuk ketika melihat Ema, apa mungkin dia itu adalah mantan istri bosnya?

"Kemana Jeo dan Kevin, Em?" Tanya Edwin kepada adiknya. Kevin adalah suami Ema yang bekerja sebagai dokter bedah di rumah sakit milik keluarganya sendiri.

"Mereka sedang pergi ke kebun binatang untuk melihat harimau. Tadi malam Jeo tidak mau makan kalau hari ini dia tidak melihat harimau." Jawab Ema dengan malas. Anaknya yang satu itu kenakalannya melebihi Miko.

"Itu siapa? Masuk Mbak." Ema tersenyum ramah kepada Zia. Dia berjalan lebih dulu masuk kedalam rumah kakaknya.

"Dia itu Tante Zia, cantikkan?" Miko turun dari gendongan Ema. Dia berlari memeluk Mbok Jum dan lainnya.

"Hallo Mbok Jum, Mbak Mina, Mbak Sasa, dan lainnya." Miko menyapa asisten rumah tangganya. Dia duduk di meja makan dengan bibir tersenyum manis.

"Boleh aku minta jus mangga?" Tanya Miko, antusias. Matanya melihat salah satu asisten rumah tangganya sedang memakan buah mangga. Kelihatannya sih sangat enak.

"Boleh, tapi tanpa Es." Ema duduk di depan keponakannya. Dia sedang menatap keponakannya sambil tersenyum tipis.

"Jus tanpa Es mana enak." Protes Miko dengan bibir cemberut.

Edwin tidak memperdulikan adik dan anaknya yang sedang berdebat. Dia lebih fokus menatap Zia yang sedang berdiri di belakang Miko dengan rahut wajah di tekuk. Zia mengamati interaksi antara Miko dan juga Ema dengan wajah murung.

"Zi, saya ingin bicara sebentar dengan kamu." Edwin berjalan lebih dulu pergi ke taman samping rumahnya. Dia duduk di kursi kayu yang dekat dengan kolam renang.

Zia duduk di samping Edwin dengan wajah di tekuk. Bibirnya yang biasanya cerewet tiba-tiba memilih bungkam.

"Apa kamu sakit?" Edwin memegang kening Zia tanpa permisi. Sontak Zia langsung menyingkirkan tangan bosnya dari keningnya.

"Tidak, saya baik-baik saja." Jawab Zia, dengan wajah muram.

"Lalu kenapa kamu sedari tadi diam?" Edwin menatap wajah Zia dari samping. Dia tidak tahu dengan sikap Zia yang tiba-tiba berubah. Sepertinya dia tidak mempunyai salah kepada perempuan di sampingnya. Lalu apa yang membuat perempuan itu sampai mendiamkannya? Sebelum sampai ke rumah, Zia terlihat baik-baik saja. Bahkan saat di dalam mobil tadi dia sempat bergurau bersama dirinya dan juga Miko.

"Udah ada perempuan tadikan yang ngejaga Miko? Saya mau pulang, badan saya lengket, saya mau mandi dulu." Zia ingin beranjak dari kursi panjang yang dia duduki. Tapi tangannya segera di tahan oleh Edwin.

"Maksud kamu apa? Coba ngomong yang jelas sama saya. Zi, saya itu bukan laki-laki yang memiliki kepekaan tinggi untuk mengerti semua perubahan sikap kamu. Kalau kamu gak ngomong, saya juga gak akan tahu kenapa sikap kamu berubah kepada saya? Apa saya mempunyai salah kepada kamu?" Tanya Edwin dengan rahut wajah bingung. Dia tidak merasa memiliki salah kepada Zia, tapi kenapa perempuan itu tiba-tiba mendiamkannya? Rasanya ini begitu membingungkan.

"Apa perempuan tadi adalah mantan istri bapak?" Tanya Zia Thu the poin. Dia tidak mau berbasa-basi hingga membuat dadanya terasa sakit karena menahan gejolak api cemburu yang merasuki hatinya.

"Perempuan? Ema maksudmu?" Tanya Edwin, ragu.

"Entah siapa namanya, yang pasti perempuan yang bersama Miko di ruang makan." Jawab Zia, dia berdiri membelakangi Edwin.

"Dia adik saya, bukan mantan istri saya." Entah mengapa jawaban yang Edwin berikan membuat bibir Zia tertarik kesamping, hingga membentuk sebuah senyuman. Sekarang dia merasa malu sudah menuduh bosnya yang tidak-tidak.

"Kak, bisakah kau memberi tahu kepada putramu itu bahwa dia tidak boleh minum es? Aku sedang ingin menyusul Mas Kevin dan juga Jeo. Mas Kevin kerepotan karena tingkah Jeo. Jeo tidak mau di ajak pulang." Ema terlihat sangat sibuk. Dia menatap Edwin dan juga Zia bergantian.

"Biar saya yang memberi pengertian kepada Miko." Zia berjalan cepat menghampiri anak bosnya yang sedang merengek meminta jus mangga kepada para asisten rumah tangganya.

"Apa dia itu calon istrimu?" Tanya Ema sambil menaiki turunkan kedua alisnya.

"Bukan urusanmu." Edwin hendak berjalan masuk kedalam rumahnya, namun....

"Ku kira kau akan balikan kepada perempuan iblis itu." Kekeh Ema, hal itu membuat Edwin menggeram tidak suka.

Di ruang makan, Zia sedang memberi penawaran kepada putra bosnya. Dia mencoba membujuk Miko agar tidak meminta es lagi.

"Mangga tanpa es enak kok sayang. Atau kamu mau Tante buatin salat buah mangga?" Bujuk Zia, Miko tetap diam sambil menekuk wajahnya.

"Sepertinya Miko tidak seneng Tante berada disini, Tante Zia pulang ya?" Baru saja Zia ingin beranjak pergi, Miko sudah memanggilnya.

"Tidak apa-apa aku tidak makan jus buah mangga, yang penting Tante Zia tidak pergi." Ucap Miko sambil menatap punggung Zia. Bibir Zia tersenyum, lalu dia berbalik memeluk Miko.

"Ah, Tante sayang kamu." Zia memeluk Miko dengan sangat erat.

"Ayo kita buat salat buahnya bareng-bareng Tante." Ajak Miko dengan semangat 45. Zia mengangguk, Zia sedang sibuk mengupas buah mangga, sedangkan Miko sedang mencuci buah kiwi, stroberry, anggur, dan juga buah-buahan lainnya sebagai campuran buah mangganya.

"Nyucinya pakai sabun ya sayang, biar kumannya hilang." Ucap Zia, memberi tahu Miko.

"Siap Tante." Jawab Miko sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Rumah ini terasa hidup semenjak ada Nyonya Zia." Mbok Jum terlihat sangat senang semenjak ada Zia. Tuannya yang sering marah-marah menjadi baik semenjak Zia ada.

HOT DADDY 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang