Pagi ini tidak ada yang sepesyal bagi Zia. Semuanya terasa hambar. Kata-kata mamanya yang menyuruhnya untuk cepat menikah membuat kepalanya pusing. Zia meremas kertas kerjanya dengan pikiran kacau. Dia berjalan cepat keluar dari kantor. Siang ini dia harus segera menjemput Miko di rumah Joy. Anak laki-laki itu sedang memamerkan sepatu barunya kepada sepupunya. Pagi tadi, sebelum Daddy-nya berangkat ke kantor, Miko menyuruh Daddy-nya untuk mengantarnya terlebih dahulu ke rumah Joe.
Tadi sebelum Edwin pergi bersama Luwis untuk memeriksa bangunan proyek hotel, Edwin menyuruh Zia untuk menjemput Miko. Katanya anak laki-laki itu sangat merindukannya.
Zia masuk kedalam Taxi online yang sudah dia pesan melalui aplikasi milikinya.
"Ke perumahan cempaka, Pak." Suruh Zia. Dia menghela nafas kasar dikala melihat Febi, teman sekolah SMP-nya dulu mengaploud tes pack yang memiliki garis dua. Pertanda perempuan itu sedang hamil. Tapi tunggu, bukannya dia sudah memiliki dua anak? Lalu sekarang....
"Apes banget hidupku." Gumam Zia, sambil menyandarkan kepalanya di kursi penumpang.
***
Edwin yang sedang mengobrol dengan Luwis di warung bakso kaki lima menolehkan kepalanya ke samping kanan ketika mendengar ucapan seseorang. Edwin meneguk ludahnya dengan kasar.
"Iya, percuma pacaran sampai lima tahun kalau endingnya cowoknya malah nikah sama cewek lain." Ucap cewek yang memakai baju merah bermotif bunga. Dia membalas perkataan temannya.
"Iya, istilahnya tuh Dek Lesti cuma ngejagain jodoh orang." Kekeh cewek yang berambut pendek.
"Iya, kayak Risky billar. Udah dekat lama, Eh ceweknya malah nikah sama yang lain. Emang benar apa kata orang, yang ngasih perhatian sama coklat, kalah sama yang berani akad dan ngasih seperangkat alat sholat."
Luwis yang sedang menikmati baksonya terusik dengan tatapan kosong Edwin. Luwis tidak bodoh, Edwin pasti memikirkan ucapan perempuan-perempuan itu.
"Ed, " Panggil Luwis, ragu. Edwin menghela nafas kasar. Dia mendorong mangkuk baksonya dengan tidak berselera.
Dia ingin segera menghalalkan Zia, tapi dia takut di tolak mentah-mentah oleh perempuan itu. Karena sewaktu dia mengungkapkan ingin membicarakan tanggal pernikahan mereka, Zia terlihat sangat kaget.
Edwin berfikir akan sangat memalukan ketika dia nanti di tolak langsung oleh Zia. Perempuan itu masih muda, pasti dia ingin berkarir dulu.
"Aku pulang dulu. Mau jemput Miko. Siapa tahu Zia belum jemput dia. Bukannya kantor lagi banyak kerjaan yang terbengkalai akibat liburanku dengan dia?" Ucap Edwin, Luwis mengangguk. Setelah Edwin pergi, Luwis baru tahu kalau baksonya dan bakso Edwin belum di bayar.
"Kamvret, kalau mau pergi ya pergi aja. Mau pergi kok ninggalin hutang segala." Umpat Luwis, kesal.
***
Zia duduk di sofa rumah Ema sambil bermain heandpone miliknya. Dia menatap sendu Kevin yang sedang bermain dengan Miko dan Joy. Kevin menggendong Joy dan Miko secara bergantian. Mereka bermain pesawat terbang.
Ema merangkul pundak Zia dari samping. Entah apa yang membuat calon kakak iparnya itu sedih?
"Zi, "Panggil Ema, lembut.
"Enak ya Mbak kalau punya keluarga harmonis seperti ini?" Zia tersenyum samar di depan Ema.
"Kelihatannya Mas Kevin sayang banget sama anaknya." Lanjut Zia.
Ema cukup tersentak kaget ketika mendengar ucapan Zia. Apa mungkin....?
Ema tahu, Zia ingin segera menikah lewat kata-katanya. Tapi kakaknya yang duda anak satu itu tidaklah lelaki peka. Dia kemarin bicara lewat Vidio call, katanya dia mau mengajak Zia menikah tapi takut di tolak. Padahal pernikahan ini bukanlah pernikahan yang pertama untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY 1 (TAMAT)
Любовные романыWARNING!! 21+ "Besok umur mu sudah 6 tahun, sayang. Apa yang kamu inginkan dari Daddy?" Edwin berjongkok di depan putra kebanggaannya. Miko, anak laki-laki itu menatap Daddy nya malas. Dia meletakkan heandpone mahal yang Daddy nya belikan sewaktu di...