Sore ini Zia sudah boleh pulang. Dia tersenyum senang dikala melihat putranya menyambutnya di depan pintu rumahnya. Zia berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya. Hal itu disambut baik oleh Miko, anak laki-laki itu langsung menghambur kedalam pelukannya.
"Aku kangen sama mama." Miko memeluk mamanya dengan sangat erat.
"Aduh anak mama, nenek sama kakek mana?" Tanya Zia kepada anaknya. Kemarin dia menitipkan putranya kepada kedua orang tuanya. Jadi wajar jika dia mempertanyakan kehadiran kedua orang tuanya di rumahnya.
"Nenek sama kakek baru aja pulang." Jawab Miko, terdapat rahut wajah kecewa di wajah cantik Zia.
"Mama sama Papa baru aja pulang, mereka mau pergi ke kondangan." Jawab Edwin, dia menghampiri istri dan anaknya sambil membawa tas yang berisi baju kotor Zia.
"Oh, emang sih bulan ini lagi musim orang nikah." Zia menggandeng tangan anaknya untuk masuk kedalam rumah.
"Mbak Zia..." Mbak Mina menghampiri Zia bersama Mbok Jum dan Mbak Sasa.
"Aduh Mbak, Mbok itu sampai khawatir sama keadaan Mbak Zia dan jabang bayi, Mbok takut kalian kenapa-napa." Mbok Jum tersenyum senang dikala melihat majikannya kembali ke rumah ini.
"Haa...., Aku gak apa-apa kok Mbok." Cengir Zia. Dia sangat senang karena dia selalu berada di sekeliling orang yang sangat sayang terhadapnya. Sekarang ini Zia sedang berada di gazebo rumahnya. Dia sedang tersenyum menatap ikan-ikan kecil di depannya. Sore ini langit sangat indah, dia menikmati siluet senja yang sebentar lagi menghilang, berganti dengan malam.
"Sayang, jika nanti mama Zia sama Daddy mempertemukan kamu dengan Mama kandung kamu bagaimana?" Zia bertanya kepada Miko yang sedang tidur di pangkuannya. Mereka berdua sedang berada di ayunan yang terdapat di gazebo rumah ini.
"Aku gak ketemu mama kandung aku gak apa-apa kok, Ma. Aku sayang sama mama Zia." Miko mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah sang mama. Zia tersenyum, menurut artikel yang dia baca di internet ketika dia belum resmi menjadi istri Edwin, artikel itu berbunyi bahwa anak tiri sulit untuk menerima ibu sambung. Namun yang dia rasakan itu berbeda, anak sambungnya sangat hangat dan juga menyayanginya. Jika dia sakit, Miko akan setia menemaninya dan akan mengecek suhu badannya setiap saat.
"Tapi kamu harus bertemu dengan dia sayang. Ibu kandung kamu yang udah mengandung dan melahirkan kamu." Zia mencoba memberi pengertian kepada anaknya. Sedangkan Edwin hanya melihat interaksi keduanya dalam diam. Dia bingung harus memberi pengertian seperti apa kepada anaknya. Dia takut anaknya menyalahkannya karena tidak mempertemukan dia kepada Hesti sedari dulu.
"Tapi dia udah ninggalin aku sama Daddy." Suara Miko terdengar parau. Apa dia sedang menahan tangisnya?
"Dia tidak meninggalkan Miko dan Daddy, tapi dia memiliki sebuah urusan yang harus dia selesaikan. Sehingga dia meninggalkan kalian." Zia memandang langit-langit sore yang mulai menggelap.
"Apa sekarang urusan mama kandung aku udah selesai? Sehingga dia ingin bertemu denganku dan Daddy?" Miko bangun dari posisi tidurnya. Dia duduk di samping sang mama.
"Entahlah, itu urusan orang dewasa. Suatu saat kamu akan tahu semuanya." Zia memeluk anaknya dari samping. Dia menatap suaminya seakan memberi isyarat untuk suaminya yang gantian memberi pengertian kepada anaknya.
Edwin mendekat kepada istri dan anaknya, "Anak Daddy tersayang, Daddy minta maaf karena Daddy tidak memberi tahu kamu tentang siapa sebenarnya ibu kandung kamu sedari dulu. Daddy minta maaf karena sering membuat kamu menangis karena meminta bertemu dengan ibu kandungmu. Bukankah di ulang tahunmu dulu kamu ingin bertemu dengan ibu kandungmu?" Edwin mengusap lembut rambut sang anak. Miko mengangguk ketika mendengar pertanyaan dari Daddy-nya.
"Besok setelah Daddy pulang kerja, kita ketemu ibu kandung kamu. Daddy akan mewujudkan keinginan kamu saat ulang tahun dulu, yaitu bertemu dengan ibu kandungmu." Edwin menangkup wajah sang anak. Matanya memerah ketika melihat wajah polos anaknya.
"Maaf Daddy selalu membuat kamu diejek sama teman-teman kamu gara-gara kamu tidak pernah diantar sekolah sama mama kamu." Edwin menempelkan keningnya di kening anaknya.
"Maaf, gara-gara Daddy kamu sering di sebut anak haram. Kamu bukan anak haram, Nak. Kamu anak mama dan Daddy." Edwin tidak sanggup menahan air matanya. Dia menangis dengan kening masih menempel di kening putranya. Edwin menunduk, tidak ada yang salahkan kalau seorang lelaki menangis? Edwin menangis karena mengingat laporan dari para pembantunya bahwa anaknya sering diejek anak haram gara-gara tidak pernah diantar oleh mamanya. Tidak hanya itu, Edwin sering mendapati anaknya pulang dengan keadaan menangis gara-gara teman-temannya tidak mau lagi berteman dengannya karena dia tidak punya mama. Katanya anaknya itu anak haram. Edwin sering mengamuk jika anaknya di bilang anak haram, nyatanya dia membuat Miko itu dengan keadaan Sah.
Zia ikut memeluk anak dan suaminya. Dia tidak menyangka anaknya mengalami pembullyan di sekolahnya.
"Anak mama hebat." Puji Zia, sambil mencium pipi anaknya.
***
Pagi ini Zia tersenyum ketika melihat anaknya sudah rapi dengan baju sekolahnya. Zia menghampiri anaknya sambil membawa kotak bekal dan satu botol minuman yang berisi susu.
"Mama udah siapin kamu bekal, karena mama tahu kamu akan bangun kesiangan setelah menonton tom and Jerry bersama Daddy kamu tadi malam." Ucap Zia, sambil merapikan rambut sang anak. Edwin yang sedang memakan nasi goreng tersenyum ketika melihat wajah fress anaknya.
"Ganteng banget anak Daddy, udah siap berangkat sekolah belum?" Goda Edwin, sambil mencium gemas pipi sang anak.
"Daddy gak pakai lipstikkan waktu nyium aku?" Tanya Miko, antisipasi. Dia menatap Daddy-nya horor.
"Gak, memangnya kenapa?" Tanya Edwin, bingung.
"Karena kemarin waktu aku sama nenek pergi jenguk dedek bayi yang baru lahir di rumahnya, aku di cium sama tante-tante sampai lipstik mereka nempel di pipiku. Dan aku tidak suka itu. Seketika pipiku ada noda merah seperti di gigit lebah." Adu Miko, sambil menekuk wajahnya. Zia dan Edwin yang mendengarnya tertawa keras.
"Kenapa kamu gak menghindar?" Tanya Zia, tertarik dengan topik yang anaknya itu bawa.
"Tante-tante itu main nyosor kayak bebek, Ma. Jadi aku gak bisa menghindar." Miko menghela nafas kasar, dia melirik Daddy-nya yang menatapnya geli.
"Resiko orang ganteng emang kayak gitu, Mik. Kamu kan gen Daddy, ya pasti banyak yang naksir." Ucap Edwin, dengan percaya diri.
"Banyak yang naksir? Ibu-ibu?" Tanya Zia, sambil tersenyum geli.
"Itu sih Miko, kalau aku ya cewek-cewek cantik lah." Edwin menatap istrinya kesal, tapi kemudian dia meringis ketika Zia mencubit lengannya.
"Udah sana berangkat kerja sekalian antar Miko ke sekolah, entar telat anak aku." Suruh Zia sambil mengambil bekal dan tas suaminya.
"Mik, nanti bekalnya di makan ya sayang?" Suruh Zia, sambil menggandeng tangan anaknya sampai keluar rumah.
"Iya, Ma. Aku berangkat sekolah dulu." Miko mencium tangan mamanya dan langsung masuk kedalam mobil.
"Kerja yang benar, jangan lupa pulang cepat." Zia meraih tangan suaminya dan menciumnya.
"Iya, hati-hati di rumah." Edwin mencium kening istrinya, lalu berjongkok sambil mengusap perut sang istri. "Daddy pergi kerja dulu sayang."
®®®
UDAH MENUJU ENDING YA KAK...., JANGAN LUPA VOTE DAN COMMEN, TERIMAKASIH 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY 1 (TAMAT)
RomanceWARNING!! 21+ "Besok umur mu sudah 6 tahun, sayang. Apa yang kamu inginkan dari Daddy?" Edwin berjongkok di depan putra kebanggaannya. Miko, anak laki-laki itu menatap Daddy nya malas. Dia meletakkan heandpone mahal yang Daddy nya belikan sewaktu di...