Sore ini Zia sedang berada di rumah Edwin. Dia sedang mengobrol dengan orang yang sering Miko panggil dengan panggilan Mbok Jum, Mbak Sasa, dan Mbak Mina. Menurut Zia, ketiga orang tersebut sangat mengasyikan.
"Saya pokoknya senang banget Mbak Zia jadi bagian keluarga ini. Setelah 6 tahun menjadi duda, akhirnya Pak Edwin bisa menemukan calon pengganti Istrinya yang dulu." Ucap Mbak Sasa dengan bibir tersenyum manis. Dia melirik Zia yang sedang mengiris bawang bombai.
"Saya belum menjadi bagian keluarga ini kok." Zia tersenyum anggun di depan ketiga asisten rumah tangga Edwin.
"Iya, tapi kelihatannya Pak Edwin sangat mencintai Mbak Zia." Balas Mbak Sasa, sambil menumis bawang bombai yang Zia potong tadi.
"Bener tuh Mbak kata Sasa. Malah Pak Edwin sering loh senyam-senyum sendiri sambil bergumam manggil nama Mbak Zia." Timpal Mbak Mina, ikut menggoda Zia.
"Masa sih?" Tanya Zia, malu-malu.
"Kalian itu malah menggoda Mbak Zia terus, tuh pipinya jadi merah." Mbok Inah menatap wajah Zia dengan bibir tersenyum penuh arti.
"Tante..." Candaan mereka bertiga berhenti ketika melihat Miko menghampiri Zia sambil mengucek kedua matanya.
"Mata Miko perih, Tan." Miko memperlihatkan kedua matanya yang memerah.
"Ini mata kamu kenapa?" Tanya Zia, panik. "Abis ngapain kok bisa gini?"
"Gak tahu, perih." Jawab Miko, sambil menitikkan air matanya. Zia meniup kedua mata Miko, lalu dia menggendongnya.
"Mas, ini mata Miko kok gini?" Zia menghampiri Edwin yang sudah rapi dengan setelan jasnya. Sore ini Edwin berencana ke rumah Zia untuk meminta izin kepada kedua orang tua Zia mengenai dirinya yang akan menikahi putri mereka.
"Mana papa lihat." Edwin mengambil alih Miko yang berada di gendongan Zia. Edwin menghela nafas kasar ketika melihat kedua mata putranya yang memerah.
"Abis ngapain kamu? Mata kamu kok merah, Mik?" Tanya Edwin, cemas.
"Gak tahu, aku tadikan lihat semut besar, aku pegang. Terus mata aku gatel, aku kucek mata aku, jadi merah deh." Jawab Miko, yang langsung di beri gelengan kepala oleh Edwin.
"Dasar bocah." Gumam Edwin, sambil menghela nafas kasar.
"Tante..." Miko merengek sambil menarik rok hitam Zia.
"Mau ke klinik buat periksa mata kamu?" Tanya Zia, lembut. Tidak seperti Edwin yang dingin.
"No, aku mau ketemu nenek. Nanti juga sembuh." Jawab Miko, sedikit ragu. Karena matanya benar-benar perih. Tapi disisi lain dia ingin segera bertemu dengan neneknya.
"Kalau gitu, ayo kita ke rumah nenek." Ajak Edwin, yang langsung di balas anggukan antusias oleh Miko.
***
Semua tetangga Zia yang sedang merumpi terbelalak kaget ketika melihat Edwin keluar dari mobil. Duda tampan itu terlihat sangat keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY 1 (TAMAT)
RomanceWARNING!! 21+ "Besok umur mu sudah 6 tahun, sayang. Apa yang kamu inginkan dari Daddy?" Edwin berjongkok di depan putra kebanggaannya. Miko, anak laki-laki itu menatap Daddy nya malas. Dia meletakkan heandpone mahal yang Daddy nya belikan sewaktu di...