19. Keunikan mereka berdua.

32.2K 2.5K 33
                                    

Malam ini Zia ingin datang ke rumah Dara, sahabatnya. Dia ingin membantu atau sekedar mendengarkan curhatan sahabatnya itu yang besok akan melangsungkan pernikahannya. Namun saat dia lewat di depan rumah Edwin, dia melihat calon suaminya itu duduk di teras sendiri sambil memainkan heandponenya. Gak takut apa dia kalau di culik tante-tante? Kan dia ganteng.

Zia membelokkan motornya ke halaman rumah Edwin. Dia tidak mau egois, bagaimanapun dia juga salah disini. Dia sudah berpelukan dengan mantan kekasihnya tapi tidak meminta maaf kepada Edwin.

Zia menggantungkan tangannya di depan Edwin, Bibirnya tersenyum di depan lelaki itu.

"Ah lama." Zia langsung mengambil tangan Edwin, dan menciumnya.

"Kamu nyium tangan aku?" Terlihat jelas wajah terkejut Edwin ketika tiba-tiba Zia mencium tangannya.

"Udah cocok belum jadi istri Bapak Edwin?" Cengir Zia, dia duduk di kursi samping calon suaminya. Mereka hanya terhalang oleh meja saja.

"Tumben malam-malam kesini?" Edwin menatap Zia dengan tatapan lembut. Zia terdiam, apa dia sanggup melukai hati laki-laki setampan dan sebaik Edwin?

"Dih Gr banget, aku tuh tadinya mau ke rumah Dara. Dia kan besok mau nikah, aku mau bantu-bantu disana. Eh malah ngelihat kamu ngalamun di luar sendiri. Gak takut di culik tante-tante?" Goda Zia, sambil menaik-turunkan alisnya.

"Zi, Calon suami kamu ini bukan bocah lagi. Ngapain takut di culik tante-tante?" Edwin mengusap rambut Zia dengan lembut.

"Oh iya, aku lupa. Kamu kan udah Om-om." Zia menanggapi ucapan Edwin dengan candaan.

"Haaa..., Bercanda. Biasa aja dong ekspresi wajahnya. Kamu mau ikut aku ke rumah Dara gak? Mayan, makan gratis di sana." Zia menumpang dagunya sambil menatap wajah tenang calon suaminya.

"Zi, Calon suami kamu ini orang kaya, gak perlu kamu minta makan kesana." Edwin menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat kelakuan Zia. Perempuan di depannya selain cantik dia juga humoris. Tapi terkadang dia mampu membuat emosinya naik ke atas ubun-ubun.

"Bercanda, mau ikut gak?" Zia beranjak dari tempat duduknya dengan cengiran khas miliknya. Edwin mengangguk, mereka berdua berjalan menuju rumah Dara yang terletak di samping rumah Edwin.

Mereka berdua terlihat sangat serasi. Meski Edwin adalah seorang duda anak satu, tapi lihatlah tubuhnya...., Edwin memiliki lengan kekar, badan tegap, hidung mancung, rahang tegas, dan parahnya lagi, dia punya dada bidang yang sering di idam-idamkan oleh perempuan manapun.

Perempuan jaman sekarang nyarinya laki-laki yang memiliki dada bidang, katanya sih biar enak di buat sandaran. Emang benar?

Perempuan jaman sekarang lebih banyak nyari laki-laki yang memiliki perut six pack, istilahnya sih ya roti sobek. Katanya biar lebih menggoda. Maksudnya lebih menggoda itu gimana? Perempuan jaman sekarang itu memang aneh.

Kedatangan Zia langsung disambut hangat oleh kedua orang tua Dara.

"Aduh Zia, ini siapa?" Mama Dara menatap Edwin dan Zia bergantian.

"Mama itu masih aja di tanya-tanya, sudah pasti calon menantu kita. Calon suami kamu kan, Zi?" Sahut Papa Dara. Mereka berdua sudah menganggap Zia sebagai anak mereka sendiri.

"Iya Tante, Om, kenalin, ini Mas Edwin, calon suami aku." Zia memperkenalkan Edwin dengan kedua orang tua Dara.

Mama Dara terdiam, keningnya berkerut seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Calon suami? Bukannya kamu itu sama Bayu ya?" Mama Dara bertanya kepada Zia dengan alis terangkat satu.

"Itu dulu Tante, sekarang Zia udah sama saya." Jawab Edwin, sopan.

Terlihat jelas bahwa sekarang suasananya berubah sangat canggung ketika mama Dara menyebut nama Bayu di depan mereka. Papa Dara yang memang memiliki kepekaan yang sangat tinggi, menyuruh Zia dan Edwin masuk kedalam rumah.

"Mama ini, Zia sama Nak Edwin kok gak di suruh masuk. Kalian ayo masuk, Om sama Tante mau ngurus makanan buat besok." Suruh Papa Dara, ramah. Zia dan Edwin mengangguk, kemudian mereka masuk ke rumah Dara.

"Mama ini gimana? Lihat dong ekspresi mereka tadi, mungkin Zia ada masalah sama pasangannya dulu, terus dia pacaran sama yang ini. Mama kayak gak pernah muda saja." Papa Dara menyenggol lengan istrinya.

"Mama jadi gak enak sama mereka." Sesal Mama Dara.

***

Zia duduk di pinggir kolam ikan milik Dara. Tadinya Zia ingin menemui sahabatnya itu, namun mau bagaimana lagi? Sekarang ini Dara sedang di pingit. Semacam di kasih bobok, terus kunyit, dan kayak lulur gitu. Katanya biar besok kalau wajahnya di rias, wajah Dara terlihat bersinar, gitu.

"Kamu tidak ingin menikah seperti Dara?" Tanya Edwin tiba-tiba.

Zia terdiam, dia menatap suaminya dengan ekspresi wajah bingung. "Maksudnya?"

"Ya nikah, kamu tidak mau cepat-cepat nikah? Gak pengen ngerasain di pingit kayak sahabat kamu itu?" Jelas Edwin. Kedua manusia beda jenis kelamin itu sedang duduk termenung di pinggir kolam ikan. Mereka berdua ingin duduk di dalam rumah karena udara di luar sangat dingin. Namun mau bagaimana lagi? Di dalam rumah Dara hampir semua orang pada sibuk mondar-mandir kesana kemari. Semua itu membuat Zia kurang nyaman. Apa lagi dia duduk berdua dengan Edwin. Banyak kaum wanita melirik calon suaminya itu.

Emang sebegitu tampannya 'kah calon suaminya? Sampai semua orang tergila-gila kepadanya.

Zia akui, calon suaminya memang tampan. Tapi apa harus di lihat secara terang-terangan begitu?

"Ya mau sih, tapi aku santai. Lagian aku merasa, aku masih muda. Nikah nanti-nanti gak masalah." Zia menanggapi pertanyaan Edwin dengan santai. Tapi tidak dengan lelaki itu.

"Iya, kamu nikahnya nanti-nanti karena kamu masih muda. Lah aku?" Terlihat jelas wajah gusar di rahut wajah Edwin.

"Kamu kenapa?" Zia benar-benar tidak tahu dengan perubahan wajah Edwin. Tadinya laki-laki itu biasa saja. Tapi sekarang kenapa? Tuh orang moodnya berubah-ubah terus kayak perempuan yang lagi PMS.

"Kamu harus ingat, kamu tuh menjalin hubungan dengan duda anak satu. Kalau kamu nunda-nunda terus pernikahan kita, keburu aku tua." Edwin menghela nafas kasar, mendengar ucapan Edwin, Zia ingin sekali tertawa.

Jadi calon suaminya itu sadar kalau dia sudah tua?

"Sadar umur juga dia." Gumam Zia, pelan.

"Maksudnya?" Tanya Edwin yang tidak terlalu dengar gumaman yang keluar dari bibir Zia.

"Nikah? Emang pernah kamu ngomong nikah sama aku? Masa iya aku ngajak kamu nikah duluan. Malu dong, harga diri. Mana ada perempuan ngajak nikah laki-laki duluan, gengsi dong." Zia bersandar pada lengan Edwin. Wajahnya terlihat semakin cantik ketika sinar bulan menyinari wajahnya.

"Jadi kamu mau nikah sama aku?" Tanya Edwin, persis seperti ABG yang baru pertama kali mengajak pasangannya menikah. Padahal dia itu adalah seorang duda anak satu, catet, dia seorang duda anak satu. Lalu kenapa kelakuannya saat ngajak perempuan nikah seperti ABG labil? Dasar laki-laki aneh.

"Kalau aku tidak mau nikah sama kamu, mana mungkin aku terima lamaran kamu. Dasar Bos Gesrek." Zia memukul lengan Edwin, pelan. Malam ini Edwin merasa bahagia, dia memeluk Zia dengan sangat erat.

Ini lah mereka, keunikan mereka membuat mereka berdua bersama. Mereka kemarin habis bertengkar, lalu tanpa ada kata maaf, mereka kembali akur dan tertawa bersama.

Apa ini yang di namakan jodoh?



#HALLO KAK, INI YANG BACAKAN LUMAYAN, KENAPA GAK MAU NGASIH VOTE? CERITA SAYA KURANG MENARIK ATAU BAGAIMANA? BISA DI KRITIK KALAU MEMANG CERITANYA MONOTON. TERIMAKASIH SUDAH BACA CERITA SAYA 🙏🙏

HOT DADDY 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang