Zia meringis pelan ketika melihat ketiga pembantu rumahnya terlihat sibuk. Berbagai bahan makanan dan juga bumbu dapur berantakan di lantai bawah. Zia menelisik kearah anaknya yang sedang bermain tepung. Kapala Zia terasa ingin pecah gara-gara sang putra terus berlarian sambil membawa tepung.
"Ma, buatin donat ya?" Miko berjalan kearah Zia yang sedang sibuk sendiri. Pagi ini dia harus berangkat kerja.
"Nanti kalau Mama udah pulang kerja ya?" Zia mengusap pipi Miko, lalu dia berjalan ke ruang makan yang disana sudah terdapat sang suami. Edwin yang sedang sibuk dengan heandponenya hanya melirik sang istri tanpa menyapanya.
"Dad, aku mau donat buatan mama." Miko menghampiri Daddy-nya yang sedang mengerjakan sesuatu lewat heandponenya.
"Nanti mama buatin sayang, tapi setelah mama pulang kerja." Zia mencoba memberi pengertian kepada sang anak. Dia harus kerja. Zia memiliki cita-cita sebagai perempuan karir, dia tidak perduli dengan statusnya yang sudah menikah. Rumahnya memiliki 3 pembantu, dia juga sudah memenuhi tugasnya sebagai seorang istri dan ibu. Sedari subuh dia sudah bangun untuk menyiapkan semua kebutuhan sang suami. Mulai dari menyiapkan pakai kerja, kopi, hingga berkas-berkas yang suaminya butuhkan. Setelah selesai mengurus suaminya, Zia beralih mengurus sang anak. Dia memandikan Miko, membuatkan sang anak susu, hingga mendengarkan celotehan anaknya di pagi hari.
"Kamu mau kerja?" Edwin menatap Zia dengan ekspresi wajah yang sulit di baca.
"Ya iyalah, Mas. Lagi pula di rumah kan udah ada Mbok Jum, Mbak Mina, dan Mbak Sasa yang bisa ngurus rumah sambil jagain Miko." Zia menjawab pertanyaan suaminya dengan santai. Dia mengoleskan selai coklat keatas roti milikinya. Terdengar helaan nafas kasar yang masuk kedalam Indra pendengaran Zia. Rahang Edwin terlihat mengetat, pertanda bahwa lelaki itu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Aku itu menjadikan kamu istri untuk menjaga anakku! Kalau kamu juga bekerja sepertiku dan tidak mengurus Miko, buat apa aku menikahimu?!" Bentak Edwin, hingga membuat Miko maupun Zia kaget. Mbok Jum yang mendengar ada keributan diantara mereka berdua memilih untuk membawa Miko pergi. Zia menunduk, dia mengusap air matanya yang jatuh membasahi kedua pipinya. Baru sebentar dia resmi menjadi istri seorang pengusaha kaya Edwin Wijaya, dia sudah di perlakukan seperti ini. Bahkan Bayu, mantannya itu tidak pernah membentaknya. Bayu memang berselingkuh di belakangnya, tapi dia tidak seperti Edwin yang melukai hatinya begitu dalam.
Lelaki itu mengatakan untuk apa dia menikahinya kalau dia juga bekerja dan tidak merawat Miko, anaknya? Berarti lelaki itu tidak tulus mencintainya. Dia hanya menjadikan dirinya sebagai pengasuh Miko.
"Oh, jadi kamu menikahiku hanya untuk menjadikan diriku pengasuh anakmu?" Tuduh Zia, dia sampai berdiri dari posisi duduknya. Hatinya benar-benar hancur ketika mendengar kalimat menyakitkan itu keluar dari bibir suaminya.
"Bukan seperti itu, kamu salah paham. Aku...."
"Terserah!" Zia berjalan pergi dari ruang makan. Dia kembali menaiki tangga rumah lelaki itu. Hatinya benar-benar seperti dicabik-cabik. Zia membanting dirinya keatas kasur. Air matanya tumpah begitu saja. Ini semua salahnya, dia terlalu terburu-buru dalam memilih pasangan.
****
Hari ini Edwin sama sekali tidak fokus bekerja. Dia terus kepikiran tentang Zia di rumah. Perempuan itu sepertinya sangat marah kepadanya. Edwin tahu, ucapannya tadi sangat keterlaluan. Tapi dia tidak sengaja mengucapkan kata itu. Dia terlalu terbawa emosi.
Edwin benar-benar merasa frustasi. Dia merasa gagal menjadi suami karena baru sebentar menikah Zia, dia sudah melukai hati perempuan itu.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Edwin menjambak rambutnya sendiri sambil menunduk. Dia tidak mau kehilangan Zia seperti dia kehilangan istrinya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY 1 (TAMAT)
RomanceWARNING!! 21+ "Besok umur mu sudah 6 tahun, sayang. Apa yang kamu inginkan dari Daddy?" Edwin berjongkok di depan putra kebanggaannya. Miko, anak laki-laki itu menatap Daddy nya malas. Dia meletakkan heandpone mahal yang Daddy nya belikan sewaktu di...