Malam ini Zia dan Edwin masih berada di rumah Ema. Mereka tidak bisa pulang karena Miko tidak mau diajak pulang. Sekarang Zia sedang menemani Jeo dan Miko belajar matematika di kamar Jeo. Keduanya saling tatap sinis jika salah menjawab pertanyaan dari Zia.
"5 + 6 itu hasilnya 11." Miko menatap tajam Jeo yang duduk di sampingnya.
"Hasilnya itu 1." Protes Jeo, sambil melipat kedua tangannya kedada.
Tuk...
"Mana bisa begitu?" Miko memukul kepala Jeo menggunakan pensil yang dia pegang.
"Bisa, kan 5 + 6 hasilnya 11, satu di tulis di buku kamu, satu lagi di tulis di buku aku, jadi aku bacanya 1." Zia meringis ketika mendengar jawaban keponakannya. Dia sampai memukul keningnya sendiri.
"Sabar yaallah." Zia mengusap dadanya pelan.
"Sekarang kalian hafalin huruf abjad 1 sampai 20, kalau kalian benar, nanti pas kalian tidur Mama bacain dongeng." Mendengar kata di bacain dongeng, keduanya langsung bersemangat.
"Bacain dongeng timun mas ya, Ma?" Miko menatap mamanya sambil mengedipkan matanya berulang kali.
"Iy..."
"Jangan Tante, bacain kancil yang ketahuan nyuri timunnya pak tani aja." Potong Jeo, semangat.
"Bukan kancil yang nyuri timunnya pak tani, tapi kamu yang suka nyuri ayam goreng aku." Miko menatap Jeo dengan aura permusuhan.
"Aku minta, bukan nyuri." Bela Jeo, yang tidak terima di tuduh mencuri ayam goreng milik Miko.
"Kapan kamu bilang minta?"
"Setiap aku ngambil ayam goreng kamu, aku tanya dalam hati, Mik, minta ayam gorengnya. Kan kata kamu kalau orangnya diam, berarti boleh." Jawab Jeo dengan bangga.
"Aku diam karena aku gak dengar."
"Salah sendiri tuli."
Melihat pertengkaran kedua anak laki-laki itu, membuat kepala Zia seketika pusing.
"Untung mereka bukan saudara kembar yang tinggal satu rumah, bisa mati berdiri aku karena ulah mereka yang terus berantem." Gumam Zia, sambil menghela nafas berat.
***
Edwin sedang duduk di sofa ruang keluarga rumah Ema dan Kevin. Dia sedang berunding dengan Ema dan Kevin masalah Hesti.
"Kamu yakin mau mempertemukan Miko kepada Mbak Hesti? Kamu yakin mau memberi tahu Miko kalau Mbak Hesti itu sebenarnya adalah ibu kandungnya?" Ema sedikit kurang setuju dengan pemikiran kakaknya. Terlihat jelas rahut wajahnya yang semula ceria menjadi muram.
"Mau bagaimana lagi? Umur Hesti tidak lama lagi, aku tidak mau menyesal karena tidak mempertemukan dan memberi tahu Miko bahwa Hesti itu adalah ibu kandungnya. Lagi pula Miko sudah lama menantikan moment seperti ini, dia ingin tahu siapa ibu kandungnya." Edwin mencoba untuk tidak egois. Bagaimanapun anaknya wajib tahu ibu kandungnya. Mau seberapa rapat rahasia di simpan, pasti akhirnya terbongkar juga. Sekarang Miko masih kecil, dia masih sedikit bisa di bohongi. Tapi kalau nanti Miko sudah beranjak remaja, dia yakin, anaknya itu pasti akan mencari tahu sendiri siapa ibu kandungnya? Dan dia tidak mau hal itu terjadi. Dia tidak mau anaknya tahu tentang ibunya dari mulut orang lain. Dia mau anaknya tahu tentang ibu kandungnya dari mulutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT DADDY 1 (TAMAT)
RomanceWARNING!! 21+ "Besok umur mu sudah 6 tahun, sayang. Apa yang kamu inginkan dari Daddy?" Edwin berjongkok di depan putra kebanggaannya. Miko, anak laki-laki itu menatap Daddy nya malas. Dia meletakkan heandpone mahal yang Daddy nya belikan sewaktu di...