35. Sedikit penjelasan.

32.3K 1.7K 6
                                    

Malam ini rekan kerja dan juga keluarga Edwin, seperti Joe, Kevin, dan Ema datang ke rumah lelaki itu. Mereka sedang mengadakan bakar-bakar di depan rumah. Depan rumah Edwin sangat luas, ada bunga-bunga yang mengelilingi air mancur. Di sudut ruangan Zia sedang duduk termenung. Rumahnya sangat ramai, banyak orang disini, namun hatinya benar-benar kosong.

"Mbak..." Zia terkesiap, kemudian dia tersenyum kepada Mbak Mina, pembantunya.

"Mbak kenapa? Kok gak ikut ngumpul sama yang lain?" Tanya Mbak Mina, dengan sopan. Tadi dia saat ingin pergi ke tempat penyimpanan barang bekas, atau yang biasa orang sebuat gudang, dia melihat majikannya sedang duduk termenung di pojokan kamar tidurnya. Pintu kamar itu tidak di tutup, mungkin lupa.

"Tidak kenapa-kenapa, ini juga mau kesana." Mbak Mina tersenyum, dia tahu hubungan antara kedua majikannya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Namun dia tidak punya kuasa untuk bertanya perihal itu, dia sadar posisinya disini adalah seorang pembantu.

"Kalau butuh apa-apa panggil saya ya Mbak?" Mbak Mina melihat gurat sendu di sudut mata majikannya.

"Iya, saya kedepan dulu."

Zia berjalan meninggalkan Mbak Mina sendiri, dia menghampiri semua orang yang sedang bersenang-senang disana. Bahkan Jeo dan juga Miko terlihat sangat bahagia ketika bermain kembang api.

"Aduh kakak ipar, aku cari-cariin dari tadi baru muncul." Ema menghampiri Zia yang sedang berdiri di depan pintu. Rasanya perutnya seperti di gelitik ketika Ema memanggilnya dengan sebutan kakak, padahal jelas-jelas dirinya dan perempuan itu lebih tua perempuan itu.

"Ada apa nyariin aku?" Tanya Zia, santai. Dia duduk di kursi teras sambil tersenyum manis ketika melihat Miko berlari meminta sosis bakar kepada Edwin.

"Haaa..., Gak apa-apa. Cuma mau ngobrol aja, gimana perasaan Mbak ketika sudah resmi menyandang status sebagai nyonya Zia Wijaya?" Ema terlihat antusias ketika bertanya itu kepada Zia.

"Alhamdulillah, senang." Jawab Zia, yang pasti berdusta. Sejak kejadian beberapa hari lalu saat Edwin tiba-tiba mengatakan bahwa dia menikahinya hanya untuk merawat anak lelaki itu, tentu Zia merasakan kecewa yang mendalam. Apa ini rasanya menikah dengan duda?

"Jangan seperti Mbak Hesti." Rahut wajah ceria Ema tiba-tiba pudar ketika menyembut nama seorang perempuan yang sama sekali tidak Zia kenal.

"Hesti?" Beo Zia.

"Iya, mantan istrinya tuh si duda yang mbak nikahi." Ema berceloteh dengan wajah kesal. Tentu hal itu membuat Zia bingung. Kenapa rahut wajah Ema terlihat sangat kesal ketika menyebut nama mantan kakak iparnya? Ada apa sebenarnya? Apakah mereka bercerai dengan cara tidak baik? Sehingga Ema membenci perempuan itu dengan sangat.

"Memangnya Mas Edwin dan Mbak Hesti bercerai karena apa?" Tanya Zia. Kalau suaminya tidak mau memberi tahu alasan perceraiannya dengan matan istrinya, mungkin Ema adalah orang satu-satunya yang akan dia jadikan sumber informasi.

"Dia...."

"Em, di panggil Kevin, katanya ikan bakar kamu sudah jadi." Edwin tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua. Zia mendesah pelan. Selalu begitu.

"Oke kakak ipar, aku kesana dulu." Ema pergi meninggalkan dirinya. Sepeninggalnya Ema, Edwin hanya diam tanpa suara di depannya. Suasana malam hari yang dingin begini, di campur diamnya suaminya itu membuat Zia tidak nyaman.

"Lain kali kalau ingin bertanya kepadaku saja." Ucap Edwin yang langsung berjalan pergi meninggalkan Zia sendiri.

"Bukannya aku sudah pernah bertanya perihal mantan istrimu tapi tidak kamu jawab, Mas?" Gumam Zia, pelan.

****

Sudah hampir 2 Minggu pernikahan Zia dan Edwin. Sejak kejadian semalam, Zia lebih banyak diam. Bahkan pagi ini Zia tidak bernafsu sarapan. Dia duduk di meja makan dengan pandangan kosong. Semuanya terlalu memuakkan. Bukan, bukan seperti ini pernikahan yang dia inginkan. Waktu pacaran dia di selingkuhi, apa iya ketika sudah menikah dia hanya di jadikan ibu pengganti? Malang sekali nasibnya. Ingin menangis dan mengadu kepada kedua orang tuanya, rasanya Zia tidak enak. Bagaimanapun masalah keluarganya adalah aib yang harus di tutupi.

"Ma, nanti ke mall ya? Aku mau beli robot-robotan." Miko meminum susunya sambil tersenyum kepada Zia. Anak itu.....

Zia memang kecewa kepada perkataan ayah dari anak itu. Tapi dia tidak membenci Miko. Yang salah itu ayahnya, untuk apa dia membenci anaknya?

"Iya." Jawab Zia, begitu singkat. Gerak gerik Zia sedari tadi diamati oleh Edwin.

"Aku berangkat kerja dulu, nanti aku transfer uang buat kamu belanja dan beliin Miko robot." Edwin berdiri dari posisi duduknya, dia mengecup kening sang istri dan tersenyum kepada anaknya. Setelah Edwin pergi, Zia menghela nafas pelan. Dia hanya mampu menatap punggung lelaki itu, tanpa berani berkata sepatah katapun. Ini masih pagi, tidak mungkinkan dia mencari keributan?

"Sana gih kamu siap-siap." Suruh Zia, sambil mencubit hidung sang putra.

Mbak Mina, Mbak Sasa, dan Mbok Jum saling tatap. Lalu mereka bertiga menghampiri Zia.

"Kenapa, Mbak? Kok sedih gitu?" Tanya Mbak Sasa, sopan.

"Kalian 'kan katanya kerja sama suami saya udah lama, pasti tahu mantan istri suami saya. Memangnya mereka berpisah itu karena apa?" Tanya Zia, dengan penuh harap. Dia berharap kepada ketiga pembantunya agar mau menjawab pertanyaan yang terus bersarang di kepalanya.

"Kami emang bekerja disini sudah lama, tapi kami tidak tahu persis apa penyebab tuan dan mantan istrinya dulu berpisah. Nyonya Hesti dan Tuan Edwin selalu bertengkar sejak pertama kali mereka menikah. Mbak Hesti selalu berteriak bahwa dirinya tidak bahagia menikah dengan Tuan. Sampai Mbak Hesti hamil dan melahirkan Mas Miko, suasana rumah masih tetap kacau, bahkan lebih. Keduanya memutuskan bercerai, saat sidang pengadilan berlangsung, hak asuh Mas Miko jatuh ke tangan tuan. Dulu Mbak Hesti sering kesini untuk menemui Mas Miko. Tapi Mas Miko hanya tahu bahwa Mbak Hesti itu saudaranya tuan. Karena Mbak Hesti tidak mau Mas Miko tahu bahwa dia itu adalah mamanya." Jelas Mbok Jum dengan rahut wajah sendu. Wanita paruh baya itu sampai meneteskan air matanya.

"Nyonya Hesti menutupi identitasnya, bahkan saat dulu mereka menikah, tidak ada awak media yang di undang atau diberi izin meliput pernikahan mereka. Tidak ada yang tahu bahwa Nyonya Hesti menikah dengan tuan, semua orang tahunya tuan sudah menikah dan memiliki seorang anak, yaitu Mas Miko. Awak media hanya tahu bahwa Tuan bercerai, tapi awak media tidak tahu siapa istri tuan." Tambah Mbak Mina dengan mimik wajah takut. Mungkin dia takut jika nanti Zia bertengkar kepada Edwin lagi.

"Sampai Mbak Zia datang. Rumah yang tadinya sepi kini kembali hidup. Mas Miko yang biasanya selalu menangis mencari ibunya, kini selalu terlihat bahagia. Itu semua karena kehadiran Mbak Zia. Bahkan Tuan terlihat sangat menyayangi mbak Zia. Tuan yang keras, pemarah, dan kasar menjadi lembut karena Mbak Zia. Entah apa permasalahan yang sedang menimpa kalian, kita bertiga hanya ingin yang terbaik untuk kalian." Mbak Sasa berkata sambil menatap takut-takut wajah Zia.

Zia mengusap wajahnya kasar. Dia belum puas dengan apa yang telinganya dengar. Dia ingin suaminya memperjelas semuanya lewat bibirnya sendiri.

"Ma, ayo." Suara sumringah dari arah tangga membuat Zia memasang wajah ramah. Sebenarnya dia lelah ingin istirahat di rumah, tapi membuat anak angkatnya bahagia dengan hanya menuruti permintaannya untuk pergi ke mall dan membeli robot tidak ada salahnya.

"Mama ambil dompet dulu."

HOT DADDY 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang