Devano terus mengekor di belakang Naura sembari memanggil nama Naura, namun tak sekalipun Naura meresponnya.
Naura tiba di satu minimarket kecil yang terletak di ujung kantin, ia kemudian memilih beberapa cemilan yang akan ia nikmati nanti.
"Gue ngga ditawarin sama loe nih mau jajan apa?" tanya Devano, ketika Naura tengah berdiri di depan lemari pendingin minuman untuk memilih minuman.
"Punya tangan kan? Lagian kan kalau kak Dev mau ya tiggal ambil. Gitu aja kok repot," Naura mengambil sebotol minuman coklat kesukaannya, kemudian memasukannya ke dalam keranjang.
"Yailah, galak amat sih Nau." Naura memilih menghiraukan Devano, dan berjalan meninggalkan Devano yang kini terfokus memilih minuman.
"Jeh! Malah ditinggal kan, dasar bocah!" kesal Devano saat melihat Naura yang sudah tak lagi di sampingnya.
Devano mencari Naura, yang kini ternyata telah berada di tempat snack. Ia segera menghampiri Naura, membuat Naura kembali menghela nafas panjangnya.
"Nitip," Devano meletakan minuman yang telah ia pilih di keranjang belanjaan Naura.
Naura hanya menoleh, tak merespon ucapan Devano.
Setelah selesai berbelanja, Naura segera menuju kasir yang tentunya disusul oleh Devano. Naura meletakan barang belanjaannya di atas meja kasir, kemudian mulai membantu pegawainya mengeluarkan satu persatu belanjaan dari dalam keranjang.
"Ini aja dek? Ada lagi yang mau ditambah dek?" tanya pegawai kasir yang kemudian mendapat gelengan dari Naura dan Devano secara kompak.
"Totalnya jadi 52.900 dek." jelas kasir, yang membuat Naura segera merogoh kantong yang terdapat di roknya.
Devano menahan tangan Naura, mencegah Naura untuk mencari uangnya. "Udah, gue aja yang bayar."
"Apasih kak? Aku aja. Lagian belanjaan kakak cuman satu, sisanya belanjaan aku. Aku aja yang bayar, ngga ada penolakan atau aku bakal ngambek lagi!" Naura mengancam Devano, membuat Devano hanya bisa pasrah menuruti keinginan Naura.
Sudah hampir dua menit Naura merogoh kantong celananya, namun hasilnya ia tak menemukan uang ataupun dompet miliknya.
Tiba-tiba, Naura teringat jika dompet dirinya ada di dalam tas yang ia letakan di ruang musik. "Astaga! Dompet aku ada di tas,"
Devano menengok ke arau Naura yang berbicara dengan suara pelan, yang terdengar samar-samar. "Kenapa Nau?"
"Kak, tunggu sini dulu ya, nanti aku balik lagi. Bentar ya mba," Naura kemudian bergegas ke arah pintu, namun dengan cepat Devano menarik tangan Naura dan menahannya.
"Mau kemana?"
"Ke ruang musik. Dompet aku ketinggalan di tas,"
"Tuh kan, gue udah bilang gue aja yang bayar. Ngeyel sih jadi orang!" Devano menjitak kepala Naura pelan.
"Eh jangan kak," Naura menahan tangan Devano yang kini telah mengeluarkan dompet miliknya dari dalam sakunya.
"Kenapa lagi?" Devano menaikan alisnya, menatap Naura dengan tatapan bingung.
"Aku aja yang bayar."
"Kelamaan Nau,"
"Ish kak, ini banyak belanjaan aku kak."
"Ya terus?"
"Aku aja yang bayar, ngga enak."
"Dienakin. Tadi berapa mba?" Devano kini telah menghadap ke kasir dan tak menghiraukan Naura yang masih memanggil-manggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of Love [COMPLETED]
RomanceBagi Naura, musik adalah segalanya membuat dirinya menjadi fokus untuk menggeluti seni musik. Harapan terbesarnya adalah masuk ke Sound Of Music School, sekolah musik favorite di Jakarta. Dengan jerih payahnya, Naura berhasil mendapatkan beasiswa da...