59 ~ Happy Born Day

796 48 38
                                    

"Kak, udah siap belum? Udah jam empat ini, kak. Nanti telah loh. Buruan, kak!" teriak Mama Nola dari bawah, memanggil Naura yang sedari tadi belum juga keluar kamar.

Yap, Devano merubah jadwal acara pengajian nya secara tiba-tiba. Kegiatan esok hari, mengharuskan nya untuk memajukan jam pengajian, dua jam lebih cepat.

"Si kakak ngapain sih, ma? Daritadi lama banget," oceh Papa Baldy yang kini menghampiri Mama Nola yang sedari tadi kesana-kemari seperti setrikaan.

"Biasa lah, mau keliatan perfect di depan pacar. Papa sama Mama kayak ngga pernah muda aja," celetuk Ney baru saja sampai di lantai bawah, dengan pakaian casualnya yang menambah kesan anak-anaknya sedikit menghilang.

"Apasih, Ney? Kamu yang daritadi ribet minta kakak pilihin baju. Yang ulangtahun pacar siapa, yang ribet siapa. Aneh!" oceh Naura yang kini menuruni anak tangga, merapikan rambutnya dan memasukan ponsel miliknya ke dalam tas.

"Udah-udah, jangan adu mulut gini. Abang mana?" tenang mama Nola yang enggan mendengar keributan di waktu yang sudah mepet ini, memilih menanyakan keberadaan Bevan yang sedari tadi belum menampakan batang hidungnya.

"Ngga tau, Ney daritadi sama kakak." jawab Ney yang kini terduduk di ruang keluarga, terfokus pada ponsel miliknya.

"Kakak liat dulu sana. Yang lain masuk mobil dulu, sekalian papa mau nyalain mesin." intruksi Papa Baldy demi menghemat waktu.

Naura menghela nafas beratnya, merasa tak enak dengan Devano yang mungkin telah menunggu kedatangan keluarganya. Pasalnya, The Baldys telah merencanakan sedari malam kemarin untuk membantu The Isda Family menyiapkan pengajian dalam rangka syukuran ulangtahun Devano dan kelulusan kakak Salsha, kakanya Devano.

Mama Nola dan Neona mengikuti arahan Papa Baldy, bergegas menuju halaman parkir rumah mereka dan menunggu dalam mobil. Sedangkan Naura, ia tengah menaiki anak tangga dan menuju kamar adik kesayangannya, Bevan.

Tok.... Tok.... Tok....

Tak mendapat jawaban dari Bevan, Naura memutuskan untuk langsung membuka pintu kamar adiknya yang tidak terkunci. Seketika emosinya tersulut lantaran mendapati adiknya yang tengah tertidur pulas dengan tenang, wajah tanpa dosa.

Naura yang geram melihat adiknya yang tertidur pulas, dengan segera melempar sisa bantal yang ada di atas kasur king size milik adiknya itu. "Bangun, Abang!"

Bevan yang merasa terganggu, meregangkan otot-otot miliknya dan kembali berbalik badan, berniat kembali ke alam mimpinya.

"Abang, ish! Udah jam berapa ini?! Buruan bangun, udah telat." oceh Naura yang kali ini mencubit pinggang kekar adiknya.

Bevan meringis kesakitan, "Aduh-aduh, sakit! Kakak apaansih?! Sakit!" dengus Bevan yang membuat Naura semakin emosi.

"Udah salah, bukannya buruan. Cepetan ----" ucapan Naura terpotong kala ia mendapati sebuah panggilan masuk, mengulas senyum kala mendapati siapa yang menelfon dirinya.

"Buruan keluar, kakak tunggu depan!" tegas Naura yang kini bergegas keluar, mengangkat panggilan telfon tersebut.

📞Call On📞

"Halo, kak. Kenapa?"

"Kamu dimana? Mau aku jemput?" tanya seorang dari sebrang sana.

"Di rumah. Ini nungguin si Bevan, bentar lagi jalan kok."

"Hm, yaudah. Hati-hati, sayang."

Naura memutus panggilan telfon secara sepihak, mendapati Bevan yang kini telah berjalan mendahului dirinya. Dengan sedikit berlari, Naura segera menarik Bevan menuju halaman rumah miliknya.

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang