68~Berakhir?

622 54 74
                                    

"kepercayaan itu ibarat kaca. Sekali udah dijatohin bakal pecah, dan susah untuk disambung lagi. Kalaupun bisa, hasilnya ngga akan sama dan tetep akan keliatan bekas retakannya. Sama kayak kepercayaan aku ke kamu, susah untuk aku balikin lagi kayak awal!"
~vch~
.
.
.
Jangan lupa liat trailer part 69 buat yg penasaran wkwk

🎶🎶🎶

Seminggu berlalu, usai pertengkaran yang cukup hebat di Taman, Devano semakin menjadi overprotektif terhadap kekasihnya. Tak sedetikpun ia meninggalkan kekasihnya berkeliaran sendiri di sekolah, kecuali kala tengah jam pelajaran. Seperti saat ini, Devano tengah menunggu kekasihnya yang kini sedang berada dalam toilet wanita.

Bukannya Devano ingin mengekang, hanya saja ia tak ingin kekasihnya menemui Anneth yang nantinya akan membuat mentalnya lemah, ditambah dengan Cassie yang kerap kali memojokan gadisnya setiap kali mereka berpapasan.

"Udah?" tanya Devano kala melihat kekasihnya baru saja keluar pintu kamar mandi, kedua tangannya yang terlipat di depan dada, menyandar pada tembok samping toilet.

"Udah. Aku mau ke kantin, pengen jajan." rajuk gadisnya dengan manja.

"Yaudah, aku temenin." tanpa menunggu, Devano langsung menggandeng lengan kekasihnya. "Kenapa ngga mau jalan?" tanya Devano heran, melihat kekasihnya yang mematung.

"Kak, kamu over tau. Aku pengen ke kantin sama Uwa aja, aku butuh quality time juga sama temen." jelas gadisnya, merasa semakin risih dengan kelakuan kekasihnya.

"Yaudah, ajak aja Nashwa. Aku tetep temenin,"

Naura menghela nafasnya, menatap intens kedua manik hitam pekat milik kekasihnya. "Kak, ngga usah kayak gini. Aku ngga akan kenapa-kenapa,"

"Aku tetep ikut. Kamu ngga bisa aku tinggal sendirian, kamu terlalu nekat untuk ngelakuin hal yang harusnya ngga kamu lakuin." cerca Devano yang mengungkap alasannya enggan meninggalkan kekasihnya.

Naura mengerutkan keningnya, "Maksudnya?"

"Aku udah bilang untuk ngga usah nemuin Anneth dulu sampai situasi reda, aku percaya sama kamu dan aku minta kamu kalau kemanapun itu sama Nashwa. Tapi, minggu lalu kamu ngga nepatin itu. Udahlah, ayok jalan." Devano kembali menarik halus lengan kekasihnya, membuat Naura menghela nafasnya lantaran merasa Devano yang over.

"Dasar, overprotektif banget sih." dumel Naura dengan suara yang terdengar pelan.

"Aku masih denger, bee. Demi kebaikan kamu," ucap Devano yang ternyata mendengar dumelan sang gadis.

Naura yang tak bisa melawan sifat keras Devano, memutuskan untuk pasrah dan enggan beradu argumen untuk kesekian kali dengan kekasihnya. Lelah dengan adu mulut, lantaran selalu saja Naura lah yang akan kalah nanti nya.

"Jangan manyun gitu, ah. Nanti ngga gemesh lagi," ledek Devano yang kini langsung merangkul kekasihnya, membuat sorot mata kembali tertuju pada dua insan muda tersebut yang kini tengah menyusuri lorong lantai satu.

"Bodo,"

"Ngambek mulu deh. Gimana biar ngga ngambek mulu?" pancing Devano.

"Kasih aku kebebasan. Aku cape, seminggu ini kamu overprotektif banget, sampai ke toilet pun harus di ikutin." jujur Naura, membuat Devano sedikit tertegun.

"Itu juga demi kebaikan kamu, ngga usah manyun cuman gara-gara gitu, deh. Kamu kan masih bisa jalan sama Nashwa, tapi ---"

"Tapi, aku harus nemenin. Nyinyinyi, bosen dengernya!" dengus Naura, menirukan gaya bicara Devano yang selalu mengatakan hal berulang.

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang