49 ~ Dijemput

577 40 20
                                    

Sang mentari menyapa, menarik paksa Naura untuk keluar dari alam mimpinya. Perlahan Naura membuka matanya, berusaha beradaptasi dengan sinar mentari pagi yang sudah menyorot melalui celah-celah gorden kamar miliknya.

Jam sudah menunjukan pukul 10.00 pagi, Naura segera beranjak turun dari kasur dan menuruni anak tangga untuk mengisi perutnya yang sudah cukup lapar. Yap, sudah biasa bagi Naura jika weekend ia akan bermalas-malasan seperti saat ini, tak heran jika ia disebut sebagai anak mageran lantaran dirinya yang malas melakukan aktifitas pagi kala libur.

Baru saja ia sampai di depan ruang makan, ia sudah dikejutkan oleh kehadiran mama Iis dan juga Devano yang telah terduduk sempurna di meja makan.

"Loh, kok?" tanya Naura heran, berhasil membuat mama Nola, mama Iis, dan Devano segera menoleh ke arah dirinya yang kini masih berantakan layaknya bangun tidur.

"Ya ampun kakak! Kamu bukannya mandi dulu, main turun aja. Ngga malu apa ada Devano?" tanya mama Nola yang menggelengkan kepala melihat anak gadisnya yang masih kucel, dengan wajah bantal dan rambut yang masih acak-acakan.

"Ya, mana aku tau kak Devano mau kesini. Lagian mama juga sih, bukannya bangunin kakak." oceh Naura yang kini langsung beranjak duduk di samping bangku Devano yang masih kosong.

"Kakak aja yang kebo, orang tadi jam 9an Ney udah bangunin kok." celetuk Neona yang entah sejak kapan sudah bergabung di ruang makan.

"Halah, bohong aja. Palingan juga tadi kamu banguninnya abang doang," ucap Naura kesal.

"Eh, enak aja! Aku bangunin kakak tau, tapi kakaknya ngga mau bangun-bangun. Heran deh, kakak kalau tidur kenapa sih kayak orang mati?" tanya Neona polos, membuat Devano yang tengah menyantap sandwich yang dibuatkan oleh mama Nola, langsung tersedak begitu saja.

Uhuk! Uhuk!

"Adek, makanan nya pelan-pelan dong. Minum dulu, minum," ucap Mama Iis terlihat panik, langsung menyodorkan segelas air putih kepada Devano.

"Enak aja, kalo ngomong ngasal banget sih. Kamu aja yang bangunin nya ngga bener," tuduh Naura yang sedang berdebat dengan Neona, membuat Devano hanya menatap dan memperhatikan pertikaian dua saudara tersebut.

"Aku ngomong kenyataan loh. Kakak tuh kalau tidur ngga ada cakep-cakepnya, buluk iya." ledek Neona yang langsung memeletkan lidahnya.

"Kamu kali yang tidurnya buluk. Aku mah kalau tidur tuh cantik, kaya putri tidur. Keliatan anggun gitu," ucap Naura sembari beranjak berdiri, memperagakan penampilan anggun layaknya seorang putri.

"Ada gila-gilanya ya lu kalau baru bangun tidur?" celetuk Devano yang langsung membuat Naura tersadar jika sedari tadi ada Devano, ia segera duduk dan tak lagi beradu debat dengan Neona.

"Biasa kak, dia kalau bangun tidur otaknya masih seperempat. Nanti kalau udah fresh, udah setengah otak dia." jawab Neona seolah mewakilkan, membuat Devano tertawa puas kala mendengarnya.

"Heh, apaan?! Kamu kali yang otaknya ngga pernah full, udah deh Ney masih pagi ini, ngga usah cari ribut!" tegas Naura yang langsung membuat Neona menjulurkan lidahnya, meledek Naura dan seolah tak peduli dengan ucapan Naura.

"Kurang ajar ya kamu! Jadi adek ngeselin banget sih," kesal Naura.

"Kakak kali yang ngeselin," balas Neona yang langsung membuat Naura melototkan matanya.

"Eh, udah-udah! Kalian nih ya, kalau ketemu ribut mulu. Pusing mama dengernya! Neona sekarang buruan ke kamar, siap-siap!" suruh mama Nola yang langsung membuat Neona bergegas pergi, tak lupa ia juga meledek Naura sesekali sebelum benar-benar pergi.

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang