52 ~ Diterima?

783 53 50
                                    

Tak ada guna nya dengan mengumbar suatu hubungan lantaran secara ngga langsung kita membiarkan privacy kita diketahui orang banyak dan secara ngga langsung meminta publik untuk ikut campur dalam urusan kita. Toh kita yang menjalankan hubungan, untuk apa diumbar layaknya tontonan drama yang akan menampilkan sed ending? Lebih baik menjaga sendiri hubungan dan membiarkan orang lain tahu dengan sendirinya, tanpa harus mengumbar demi memamerkan seolah kita pasangan paling serasi.
~vch~

🎶🎶🎶🎶

“Nau, ngapain duduk sendirian?” tanya seorang pria yang berhasil menaklukan hati Naura kala ia baru saja sampai di lantai dasar, hendak menuju dapur untuk sekedar minum lantaran tenggorokannya yang telah kering.

Naura menoleh ke asal suara, mendapati seorang pria bertubuh tinggi tengah berjalan ke arahnya. Ia mengulas sebuah senyum, sebelum akhirnya mengacak lembut rambut Naura dan duduk sempurna di sebelah Naura.

“Kakak sendiri ngapain turun? Udah selesai main gamenya?” tanya Naura balik yang merasa heran dengan kehadiran Devano yang tiba-tiba.

Yap, pria itu adalah Devano yang kini tengah menatap Naura intens, seolah terpikat dengan penampilan Naura yang mengenakan piyama yang serba pink, ditambah rambut panjang miliknya yang ia biarkan tergerai begitu saja. Wajah yang tak mendapat sentuhan makeup apapun, membuat dirinya terlihat lebih fresh dan berhasil membuat Devano terkagum dengan kecantikan gadis di sebelahnya itu.

“Kak?” panggil Naura sembari melambaikan tangannya di depan wajah Devano lantaran merasa tak mendapat respon dari Devano.

Lagi-lagi ia tak mendapat respon lantaran pikiran Devano yang seolah tengah berada di dunia lain dan hanya raganya yang berada di sampingnya, membuat Naura dengan reflek mendorong pelan tubuh Devano dan berhasil membuat Devano tersontak kaget.

“Eh, cantik.” celetuk Devano yang tak sadar akan dirinya yang keceplosan begitu saja, sukses membuat kedua pipi Naura memerah begitu saja layaknya tengah terkena paparan sinar matahari.

Devano terkekeh melihat perubahan raut wajah Naura, ditambah dengan semburat merah yang terlukis di kedua pipi Naura. “Ciee, belum apa-apa udah pake blush on aja.” ledek Devano yang langsung membuat Naura menutupi wajahnya dengan kedua tangan miliknya.

“Eh, kamu belum jawab loh ngapain disini sendirian? Lagi mikirin apaansih?” tanya Devano yang merasa penasaran, berhasil membuat Naura segera menoleh dan menatap ke arah dirinya.

“Nungguin Anneth sama Nashwa." jawab Naura yang membuat Devano hanya ber-oh ria. 

Yap, selesai membersihkan diri
tadi, Naura memang segera bergegas ke bawah lantaran mendapatkan pesan masuk dari Anneth yang mengatakan jika ia dan Nashwa sudah berangkat menuju kediaman Naura.

Naura memilih menunggu di ruang tamu, sembari menikmati alunan melodi yang ia dengar dari earphone miliknya sekaligus berpikir keras tentang apa jawaban yang akan diberikan pada Devano lantaran tak ingin menggantung Devano terlalu lama.

"Oh ya, kakak sendiri ngapain turun?" Devano tak menggubris pertanyaan Naura, ia memilih segera bangkit dari duduk dan berniat bergegas menuju dapur lantaran tenggorokannya yang sudah cukup kering.

“Kak,” panggil Naura yang merasa heran lantaran Devano yang tiba-tiba bangkit begitu saja, membuat Devano segera menoleh dan menaikan kedua alisnya bersamaan. “Mau kemana?” tanya Naura seolah merasa tak ingin ditinggal oleh Devano.

“Dapur, mau minum.” Naura mengangguk paham, memiliih beralih dan melayangkan kembali pikirannya dan perasaannya tentang apa yang sudah ia putuskan beberapa menit lalu.

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang