32 ~ Kacang

563 35 22
                                    

"Karena gue tau semua tentang loe," Naura bukannya baper, malah memasang wajah meledek.

"Bodo amat lah!" kesal Naura lantaran Devano yang selalu menggodanya.

"Yah, dia ngambek Jangan ngambek gitu deh," Devano menoel dagu Naura, membuat Naura dengan cepat langsung menepisnya.

"Nau, jangan ngambek dong." Devano menoel lengan Naura yang kini tengah duduk membelakangi dirinya.

"Apasih?! Ngga bisa diem banget!" kesal Naura yang terus dijahili oleh Devano.

"Nau, jangan ngambek lah. Bercanda gue,"

"Berisik!"

"Jangan ngambek Nau. Gue jajanin deh," bujuk Devano.

"Ngga mempan!"

"Gue beliin apapun yang loe mau deh. Gimana?"

"Percuma! Berisik ah, udah sana ngapain kek. Ngga usah ganggu orang mulu," Naura mengibas-ngibaskan tangannya seolah mengkode Devano untuk menjauh darinya.

"Gue beliin minuman coklat gimana?"

"Sama coklat batangnya juga, gimana?" tawar Naura, yang langsung berbalik menghadap Devano.

"Enak aja! pemerasan itu namanya."

"Mau dimaafin ngga?"

"Ya, mau sih. Tapi ngga gitu juga Nau,"

"Yaudah kalo ngga mau nurutin."

Devano menahan lengan Naura yang ingin kembali membelakangi dirinya, "Iya deh, iya. Gue beliin minuman coklat sama coklat batangnya deh,"

"Beneran?" tanya Naura memastikan, yang langsung membuat Devano mengangguk, membuat Naura langsung tersenyum kegirangan.

Mau tidak mau Devano harus menuruti apapun permintaan Naura, daripada Naura semakin mengambek dan akan semakin susah untuk membujuknya.

Kini terjadi keheningan diantara mereka. Devano fokus bermain ponsel miliknya dan Naura yang terfokus membaca novel kesukaannya. Sesekali Devano menoleh ke arah gadis di sampingnya, yang terfokus pada buku bacaan yang cukup tebal.

"Serius amat neng," ucap Devano, yang kini tengah menatap Naura yang sesekali raut wajahnya berubah begitu saja lantaran terlalu hanyut dalam dunia imajinasi dalam buku bacaannya.

Naura tak menjawab, ia terlalu masuk ke dalam dunia imajinasinya sehingga mengabaikan dunia nyata. Yap, itulah Naura kala membaca buku kesukaannya. Akan dengan mudah tak memperhatikan keadaan sekitar.

"Woi! Naura!" teriak Devano yang tak juga mendapat respon dari Naura.

"Adyla Rafa Naura Ayu!" teriak Devano yang memanggil nama Naura, namun tak kunjung mendapat jawaban dari sang pemilik nama.

"Kacang sekarang harganya naik ya?" pancing Devano yang lagi-lagi tak juga mendapat respon.

Devano yang kesal lantaran terus dicuekin, dengan nekat mengambil buku yang berjudul "Just a Memories" dari tangan Naura. Naura langsung menatap Devano dengan tatapan tajam, sedangkan Devano hanya memberikan sebuah cengiran.

"Orang lagi baca, jail banget sih! Balikin ngga bukunya?!" kesal Naura yang melotot ke arah Devano.

"Sok deh melototin mata gitu," Devano mengusap pelan wajah Naura. 

Plak! Naura memukul lengan Devano asal, membuat Devano hanya terkekeh melihat ekspresi wajah Naura yang sok galak seperti saat ini.

"Balikin kak," pinta Naura menunjuk bukunya.

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang