Percaya aja sama apa yang kalian punya, jangan takut akan omongan orang yang menghina dan menjatuhkan kalian. Orang sukses adalah orang yang berani mengambil resiko terburuk dari apa yang ia keluarkan atau ciptakan.
~vch~Semua telah terduduk sempurna di tempat biasa, dengan posisi yang sedikit berbeda, namun tetap melingkar seperti biasa. Naura duduk diantara Devano di sebelah kanannya, dan Aldi di sebelah kirinya. (Aldi-Naura-Devano-Toran-Fatih-Nashwa-Anneth).
Sekitar 20 menitan terjadi keheningan diantara mereka lantaran semua terfokus pada ponsel mereka masing-masing, kecuali Aldi dan Naura. Naura terfokus untuk membaca novel yang ia punya, sedangkan Aldi beberapa kali terfokus memainkan gitar dan sesekali menatap Naura yang duduk di sebelah kanan.
"Guys, taro dulu dong hp nya." Devano memecah keheningan, membuat anggota tim lainnya langsung menghentikan aktivitas mereka, kecuali Naura. Naura masih terfokus dan terhanyut dalam dunia imajinasi novelnya.
Devano menoleh ke arah Naura yang masih terfokus membaca, begitupun dengan yang lain. Baru saja Devano ingin menepuk pelan pundak Naura, namun Aldi tengah mencoba memanggilnya.
"Nau, mau mulai diskusi nih." tak ada jawaban dari Naura, membuat Aldi menghela nafas beratnya.
"Nau," panggil Aldi sekali lagi, yang lagi-lagi tak mendapat jawaban.
"Mau dipanggilin sampai tahun kebo juga ngga akan nyaut," celetuk Devano, sontak membuat keempat teman Naura terkekeh mendengarnya.
"Anjir, tahun kebo dong." tawa Fatih pecah begitu saja. Memang diantara mereka, Fatih dan Nashwa memilih tingkat kerecehan yang sangat rendah jika dibandingkan dengan yang lain.
"Biasanya lebaran monyet, lah ini tahun kebo dong." celetuk Nashwa yang langsung membuat Fatih geli dan tertawa paling keras.
"Apasih kalian? Receh banget dah," ucap Anneth yang heran dengan tingkah Nashwa dan Fatih yang begitu receh.
"Tau, padahal cuman gara-gara tahun kebo sama lebaran monyet doang. Suka tidak jelas lah kalian!" Toran ikut mendukung ucapan Nashwa, membuat Devano dan Aldi hanya bisa menggelengkan kepalanya kala melihat tingkah konyol keempat bocah tersebut.
"Nau, asik amat sih bacanya." Aldi lagi-lagi berusaha memanggil Naura, namun tak kunjung mendapat jawaban dari Naura.
"Aldi abang gue yang paling ganteng kalau diliat dari ujung sedotan, dia tuh kalau udah baca ngga bakal respon sekitar. Percuma loe panggilin gitu." jelas Devano.
Aldi hanya menatap Devano dengan wajah datarnya, sejujurnya ia merasa kesal lantaran Devano seperti mengetahui segala kebiasaan Naura.
Devano dengan perlahan mengambil buku Naura, membuat Naura seperti tertarik kembali ke dalam dunia nyata dan meninggalkan dunia imajinasinya. Naura langsung menoleh ke arah Devano, dan menatap Devano dengan tatapan tajam dan juga mata yang melotot.
"Ihhhh! Kak Devano! Nyebelin banget sih, orang lagi serius baca juga!" kesal Naura yang berniat memukul Devano, namun sayangnya Devano seperti mampu membaca pikiran Naura.
Devano langsung menahan lengan Naura dengan tangan kanan miliknya, "Eits, mau gebuk gue? Oh, tidak bisa."
Devano menurunkan tangan Naura perlahan, namun ia tak melepas tangan Naura. Tangan kekar Devano masih terus memegang tangan mungil milik Naura, Naura sendiri tak masalah dengan itu. Hanya saja, ia masih merasa kesal lantaran kegiatan membacanya terganggu hanya karena ulah jahil Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of Love [COMPLETED]
RomanceBagi Naura, musik adalah segalanya membuat dirinya menjadi fokus untuk menggeluti seni musik. Harapan terbesarnya adalah masuk ke Sound Of Music School, sekolah musik favorite di Jakarta. Dengan jerih payahnya, Naura berhasil mendapatkan beasiswa da...