65 ~ Bubar?

659 50 132
                                    

"Team itu dilandasin kepercayaan dan kerjasama, bukan dengan kebohongan dan saling merahasiakan satu sama lain."
.
.
.
Attention! Jangan lupa baca note dibawah yak :)

🎶🎶🎶

"Dek, adek! Bangun, dek." seorang wanita yang telah berpakaian rapi, tengah berusaha membangunkan anak lanangnya yang sangat susah bangun pagi.

Sekali lagi, wanita itu mencoba menggoyangkan tubuh sang putra yang kini tengah tertidur pulas. "Dek, bangun dek! Katanya minta dibangunin pagi, sekarang udah dibangunin malah ngga bangun-bangun."

Yap, memang benar jika semalam Devano meminta pada sang mama untuk dibangunkan lebih pagi. Pasalnya, hari ini ia akan melakukan aktivitas bersama anggota team nya di salah satu caffe ternama, mengganti jadwal kemarin yang dibatalkan sepihak oleh Aldi.

Tak mendapat respon dari sang putra, tak membuat Mama Iis kehabisan akal. "Dek, kamu ngga mau bangun? Naura udah di bawah loh, dek."

"Ehmm.." gumam Devano yang kini hanya membalik badan, tanpa membuka kedua matanya.

Mama Iis menarik guling yang akan dipeluk oleh Devano, berusaha keras membangunkan putra kesayangannya itu. "Di bawah ada Naura, dek. Bangun buruan!"

"Iyaaaaa, lima menit lagi." Devano kembali mengambil bantal guling di sebelahnya, memeluk erat dan kembali berniat berlabuh dalam alam mimpi kembali.

"Si Adek, ngga kasian apa sama cewenya disuruh nunggu di bawah?"

Seketika Devano kembali mencerna ucapan sang Mama, merasa ada salah pendengaran pada telinganya. "H-hah? Siapa yang datang, ma?"

"Naura, dek. Buruan bangun makanya!" ulang Mama Iis, sembari menahan tawanya kala melihat Devano langsung terduduk dan berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi.

"Kok Naura ngga bilang ke adek yak, kalau dia mau ke rumah? Kan adek janji mau jemput dia, kok jadi dia yang kesini?" tanya Devano yang bermonolog sendiri, membuat tawa Mama Iis pecah.

"Alemong deh, wak. Denger nama Naura aja, langsung bangun lu. Buruan sana mandi dulu, dek." Mama Iis mengusap dan merapikan sedikit rambut Devano yang acak-acakan lantaran baru bangun.

"Entar, adek mau ke bawah dulu." cengir Devano, membuat Mama Iis menggelengkan kepalanya.

"Naura ngga ada di bawah, anak ku." jelas Mama Iis daripada Devano keburu ke bawah dan semakin bingung lantaran tak mendapati kekasihnya.

"Lah, terus dimana?"

"Di rumahnya lah,"

Devano mengerutkan keningnya, "ini gue yang bego atau gue dikerjain sih? Perasaan tadi si Mama bilang ada Naura," batin Devano.

"Tadi Mama bingung gimana bangunin kamu, yaudah mama sebut aja nama Naura. Eh, langsung bangun. Berarti lain kali, harus pakai nama Naura dulu ya, wak biar bangun." jelas Mama Iis sembari tertawa kecil.

Devano memanyunkan wajahnya, merasa kesal dengan sang mama yang seolah menganggu waktu tidurnya. "Sekarang jam berapa?"

"Jam 9 lewat 20, dek."

"Astaga! Masih pagi, ma, terus ngapain bangunin adek? Ini kan sabtu, ma." oceh Devano.

"Lah, kemaren lu yang minta dibangunin jam 9. Muda-muda kok udah pikun sih, dek?"

Devano menggaruk kepalanya yang tak gatal, mencoba mengingat kejadian semalam saat dirinya baru saja sampai rumah kediaman orangtuanya.

🎵Flashback On🎵

The Sound Of Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang