chapter; 6

146 30 24
                                    

-Meanwhile di basecamp-
-Niall's pov-

"Hai guys, The king of potatoes is hereee!!" aku berteriak sambil merebahkan diri di atas badan Harry yang sedang rebahan.

"Niall enyahlah dari badanku! Kau ini berat!!" teriak Harry sambil memukul-mukul badanku. Sialan kau Harry.

"Sakit tau Harry," erangku kesal sambil berpindah posisi ke sebelah Harry.

"Siapa suruh tiduran di badanku," jitakan Harry dibalas teriakan kesakitan dariku. Lengkap sudah penderitaanku sekarang.

"Bisakah kalian diam? Aku sedang berkonsentrasi," Louis menatapku dan Harry tajam.

"Kau hanya bermain game Lou," jawabku polos.

"Hei aku sedang berusaha mengalahkan Payno, Neil!!"

"Kau itu noob Louis, tidak mungkin bisa mengalahkan Liam" sahut Zayn sambil tertawa melihat cara bermain PS Louis yang sangat sotoy. Louis memang selalu punya caranya sendiri dalam bermain PS. Tapi menurutku caranya itu sangat aneh.

"Shut up your fooking mouth Zein!"

Tepat setelah Louis berteriak seperti itu, Liam berhasil mengalahkannya. Pertandingan boxing di PS itu memang selalu dimenangkan oleh Liam.

"Hahahahahahha, you're fooking losah!!" aku menirukan aksen bicara Louis sambil tertawa terpingkal-pingkal bersama Harry dan Zayn saat melihat Louis terkalahkan (lagi) oleh Liam.

"I'm still the winner Tommo!!" Liam berkata seraya meneguk sodanya.

"Shit!" Louis melempar PS controlnya kesal. Ia mengambil sebotol wine dari lemari bar.

"Oh c'mon, ini hanya permainan Lou.." kata Liam sambil tertawa melihat Louis yang merajuk padanya. Sedangkan Louis hanya menatap Liam malas.

"By the way, aku lapar" kataku sambil memegang perut indahku yang keroncongan.

Perjalanan dari Mullingar membuatku lapar. Apalagi aku belum makan malam kemarin.

"Ada roti bakar, telur, daging, dan kacang merah di dapur" jawab Zayn sambil mengambil PS control yang tadi di pakai Louis. "Ayo Liam, lawan aku," ia hendak bermain melawan Liam rupanya.

"Ah iyakah?" mataku berbinar mendengar ada makanan lezat di dapur. "Terimakasih Harry sudah memasak untukkuuu," aku memeluk Harry senang.

Harry menatapku bingung. "Bukan aku yang memasak, tapi---"

"Ah kau ini, selalu merendah untuk dipuji," potongku cepat.

Harry menghela nafasnya pelan. Lagi pula siapa lagi yang dengan senang hati memasakan makanan untuk kami selain Harry?

"Terserah kau saja."

Selanjutnya aku langsung beranjak dan segera menuju dapur. Saat sampai di dapur, aku mulai makan dengan lahap. Makanan ini sangat enak. Harry memang sangat jago dalam memasak. Kalian harus mencoba masakan Harry kalau ada kesempatan. Jika saja ada ada perempuan yang jago masak seperti Harry, fix aku akan menyukainya.

Omong-omong, aku jadi teringat gadis yang tadi ku tabrak di depan pintu. Siapa ya gadis itu? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Kenapa ia bisa ada disini?

Ia juga kenal denganku. Hei tunggu, memangnya siapa yang tidak kenal denganku? Aku kan sekarang sudah menjadi penyanyi terkenal bersama empat kentang idiotku. Aku Niall Horan yang super duper cute dan tampan.

Tapi, ekspresi saat ia melihatku sungguh menggemaskan. Mata hazelnya membulat saat ia menyebut namaku. Pipinya merona. Ia terlihat, cantik.

"Niall, kenapa kau senyum-senyum sendiri?" Liam menepuk pundakku.

what if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang