chapter; 59

98 15 70
                                    

Dallas. June, 2018.

Lampu dalam stadium American Airlines Center meredup perlahan seiring dengan petikan gitar Harry yang mengalun lembut. Ia akan menyanyikan sebuah closing song untuk solo tournya malam ini. Harry menghembuskan nafasnya sesaat demi menetralkan rasa gugup yang tiba-tiba saja menyelimutinya.

Harry mengunci tatapannya pada seorang perempuan berambut brunette yang selama sebulan ini ia temani 24 jam penuh karena sedang berada di titik terendah hidupnya. Perempuan itu berada di seat VIP. Bibir Harry perlahan melengkung kecil membentuk bulan sabit ketika melihat seorang anak laki-laki sedang menggenggam erat tangan kanan perempuan tadi sembari menatapnya hangat.

Matanya menatap nanar melihat hanya ada dua orang belahan jiwanya disana. Hatinya tersayat karena itu adalah pemandangan yang akan ia lihat pada sisa hidupnya. Tidak ada lagi separuh jiwa anak laki-laki itu. Harry menggeleng pelan menepis rasa sesak yang tiba-tiba saja timbul. Namun itu hanya membuat pikirannya semakin dipenuhi rasa bersalah. Ia merutuki kebodohannya karena baru datang didetik-detik terakhir. Seandainya sejak awal ia bisa berperan menjadi ayah yang baik maka ia akan melihat tiga malaikat di hadapannya sekarang.

"Daddy!!"

Harry tersentak dari lamunannya. Hawa hangat dengan cepat menjalar dalam diri Harry, bersamaan dengan senyumnya yang merekah perlahan begitu melihat malaikat kecil pelengkap anak laki-lakinya berlari kecil dari arah toilet lalu menggenggam tangan kiri perempuan tadi di ikuti wanita berpakaian putih ala baby sitter. Ia menghembuskan nafasnya lega saat sadar bahwa yang ia lihat dan pikirkan tadi hanyalah sebuah visual dari rasa bersalahnya. Ia hanya tidak bisa berhenti dihantui perasaan menyesal yang membuatnya memiliki bayangan mengerikan seperti tadi.

Dua malaikat kecilnya dengan semangat mendadahkan tangannya sembari memanggil-manggil Harry dengan gerakan bibir mereka. Harry tidak bisa menyembunyikan raut senangnya sekarang. Meskipun cairan bening juga memenuhi matanya. Lengkap sudah 'rumahnya' sekarang di hadapannya. Melihat tiga orang belahan jiwanya menontonnya perform secara live tentu saja membuatnya bahagia.

"Before I start to sing, I just wanna say thank you for little angels because you guys come to see me and i can't tell how glad I am to see you here tonight in your birthday. Happy birthday for anyone who celebrate it today.." ucap Harry seraya menyengir pada kedua anak berlawan jenis yang sedang berjingkrak kesenangan karena Harry mengucapkan selamat ulang tahun pada mereka meskipun secara tersirat.

Kedua anak itu memeluk perempuan berambut brunette tadi senang sambil terus mengatakan "Daddy tahu ulang tahun kami mom!!"

"Yeah maybe this is gonna be a little long speech but yeah,.. Listen, I know I'm not your perfect prince like in your fairytale. I'm just Harry, from Holmes Chapel, Cheshire, England. I'm human too and I made a lot of mistakes, yeah I know you know that. But, I'm really trying to do my best to not doing any mistakes again. I know this is hard for me for you, but we have to try. Second chance is not really bad if we want to try to make it better. If you tell me to go, i could never ever do it 'cause we are home. Wherever we go, we always come back to each other from the unexpected ways.." Harry mengambil nafasnya sejenak.

what if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang