chapter; 5

147 29 32
                                    

-Naya's pov-

"Arghh tidak bisakah aku bersikap normal saat melihat mereka?!" aku menunjuk diriku sendiri di depan cermin.

"Bodoh kau Naya," aku mengacak rambutku frustasi.

Bisa-bisanya aku bersikap seperti tadi. First impressionku berjalan buruk. Shit. Seharusnya aku menyiapkan makanan mereka tadi, lalu makan bersama mereka. Bukannya malah diam mematung.

Bahkan aku juga sangat bodoh. Aku hanya mensnooze alarmku. Akibatnya alarmku berbunyi lagi dan Harry jadi marah padaku karena aku mengganggu tidurnya. Tapi bukannya meminta maaf, aku hanya diam saja tadi.

Tapi jujur, aku sangat amat nervous. Coba kalian bayangkan. Kalian berdiri tidak jauh dari idola kalian, lalu mereka sedang membicarakan kalian. Apa tidak gila? Itu sangat gila teman.

Aku benci diriku yang terus-terusan berfangirl dengan mereka. Padahal kan aku bekerja dengan, uhm maksudku aku bekerja untuk mereka. Itu artinya we are partners right?

Tok, tok.

"Naya, are you there? It's me Liam,"

What??!! Liam mengetuk pintu kamarku?! Aish Naya berhentilah berfangirl. Aku langsung membuka pintu kamarku.

"Hai Naya, namaku Liam Payne." Liam menjulurkan tangannya padaku. Mengajakku berjabat tangan. Aku melihatnya gugup.

"Hei, tidak usah nervous. Aku hanya manusia biasa Nay,"

"Ah, ya. Aku Naya Aprilla," kataku pelan sambil membalas jabatan tangan Liam.

"Nice to meet you Naya. By the way, terimakasih sudah membuatkan sarapan untuk kami, rasanya enak sekali. Biasanya Lou yang membakar rotinya, tapi selalu gosong hahahaha," Liam mengoceh lalu tersenyum manis.

Astaga, senyum yang biasa aku lihat di tv!!

"Hahaha, terimakasih kembali Liam"

"Karena kau belum sarapan, jadi aku bawakan masakanmu hehehe," Liam memberikan satu piring berisi roti, telur, daging, dan kacang merah buatanku.

"Aww, thank you dad," kataku senang. Namun detik selanjutnya aku merasa awkward. Dad? Apa-apaan kau ini Naya?

"Uhm, maaf. Maksudku, terimakasih Liam"

"Hei it's okay, aku kan memang daddy direction," Liam menyengir menunjukan deretan gigi putihnya. "Anyway kau mau makan dimana? Di ruang makan atau di balkon kamarmu?" tanya Liam.

"Balkon kamarku?" aku mengerutkan dahiku bingung.

"Kau tahu? Balkon kamarmu memiliki the best view Naya. Aku, Louis, dan Zayn dulu berebutan kamar ini lhooo," Liam masuk ke dalam kamarku lalu membuka pintu kaca yang langsung menuju kearah balkon. "Kau pasti belum melihatnya,"

Aku berjalan menuju balkon. Omg.. I'm speechless! Pemandangan kota London terlihat jelas dari balkonku. Aku bisa melihat Big Ben Tower dan London Eye dari sini.

"Liam, watta beautiful view!!" aku sedikit menjerit.

"Hahaha, sudah ku bilang kan?"

"Thank you..." dengan reflek aku memeluk Liam. Liam membalas pelukanku hangat.

"Sudah, ayo sarapan. Aku juga membawa makananku, kita sarapan bersama,"

Selanjutnya kami berdua sarapan sambil mengobrol ringan. Walaupun Liam lebih mendominasi percakapan. Aku tidak menyangka Liam yang asli lebih bawel dibanding saat aku melihatnya di tv. Ia orang yang sangat humble dan friendly.

what if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang