chapter; 13

132 27 15
                                    

HAPPY 27TH BIRTHDAY FOR MY DEAREST NIALL JAMES HORAN!!

I LOVE YOU TO THE MOON AND BACKKKK😭😋😻💗💗💗💖💖





~~~~~

-Niall's pov-

"Hei Niall, kau mau tidur di bilik yang mana?" tanya Liam sambil membereskan bilik tidurnya. Ya, kami sedang di bus tour menuju Skotlandia.

Tour akan terus berlangsung sampai akhir tahun, dan selama itu juga kami akan tinggal di dalam bus tour. Mungkin akan menginap satu malam di hotel saat kami sudah sampai di kota tujuan.

"Aku di sebelah kiri saja," jawabku seraya menunjuk bilik tidur pilihanku.

"Baiklah, kita berhadap-hadapan. Oh ya, aku tidur duluan ya? Kau jangan tidur terlalu larut. Good night Nialler," Liam menutup tirai bilik tidurnya setelah itu.

"Night dad, sleep tight.."

Selanjutnya aku menuju sofa di bagian belakang bus dan merebahkan tubuhku disana. Malam ini terasa sangat melelahkan. Tapi aku tidak berniat untuk tidur sekarang juga karena suatu hal yang mengganjal hatiku.

Hatiku benar-benar tidak mau diajak istirahat padahal badanku terasa sangat remuk. Hawa sesak masih memenuhi diriku saat melihat Naya dan Harry berpelukan tadi. Bahkan Naya sudah tidur berdua dengan Harry tadi malam dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.

"Arghh!!" aku menendang sofa lalu mengacak rambutku frustasi. Tidak pernah aku merasa sesesak ini saat melihat seorang gadis berpelukan dengan laki-laki.

Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku ini kenapa? Apakah aku cemburu? Tapi, cemburu hanya untuk orang yang memiliki perasaan cinta. Lalu, apakah aku mencintainya?

"Can't sleep Nialler?" tanya seorang gadis yang suaranya familiar untukku. Suara yang akhir-akhir ini sering membuat jantungku berdegup tidak karuan saat mendengarnya.

"Yeah, i don't feel so good.."

Ia menatapku dengan tatapan teduhnya. Mata hazelnya yang indah itu menatapku dalam. "You look so tired, you have to go bed now Niall" ia mengusap rambutku lembut. Aku menatapnya nanar.

"Uhm, ku rasa kau sedang butuh teman ya?" ia mendekatkan tubuhnya padaku. "Wanna get a hug?" tawarnya tulus.

Tanpa ba-bi-bu aku memeluknya erat dan pertahananku runtuh juga pada akhirnya. Aku menangis pelan dalam dekapan hangatnya.

"Menangislah sepuasmu Niall. Jangan pernah memendam emosimu sendirian," tangan mungilnya mengelus pundakku lembut.

"I'm just scared Naya,,"

"What are you scared for?"

"I.. don't know"

"Shh, i know your feeling Niall.."

Tidak. Kau tidak mengetahuinya Naya.

"It's okay to be scared Niall, itu wajar.. Tapi kau harus tahu, kau tidak perlu merasakannya sendirian. Find someone who can through it with you," ia tersenyum lembut seraya menghapus air mataku.

"Well, that's the hardest thing i thought" aku menghela nafasku pelan.

"Who says?"

"Uhm me?" aku mengernyitkan dahiku bingung.

"Well, kalau kau mengizinkan, aku ingin menjadi orang yang bisa kau cari saat kau merasa takut. And, i always be there for you" kalimat Naya sukses membuat jantungku seakan-akan pindah ke lambung. Astaga, apa aku tidak salah dengar?

what if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang