2,7+ words!🎉
don't forget to give vomments, ok? xixixi
hope you enjoy, happy reading!💗💗
luv, Nx
⚠️ – harsh words & fighting.
Please, read at your own risk!!~~~~~
-Naya's pov-
Aku menyeka keringat yang membasahi dahiku. Ternyata menjadi tim pendamping The Boys saat interview lumayan melelahkan. Hari ini The Boys ada beberapa interview untuk film dokumenternya. Film itu sangat meledak di pasaran sampai The Boys sendiri kebanjiran interview yang harus dipenuhi demi menjawab rasa penasaran dari para Directioners.
Kali ini aku menjadi tim pendamping Zayn, Liam, dan Louis. Sedangkan Niall dan Harry sudah menyelesaikan interview mereka sebelum ini. Jadwal mereka memang sengaja dipencar agar bisa memenuhi semua list interview.
Aku mengambil tempat di bagian sudut kiri mimbar. Tidak on frame kamera tentu saja karena tugasku hanya menemani mereka. Saat interview sedang berlangsung, ponselku bergetar menandakan ada pesan masuk. Aku segera membukanya takut ada sesuatu yang penting, dan ternyata memang penting. Bukan isi pesannya, tapi si pengirim pesannya. Salah satu orang penting di hidupku.
From : Hazz❤
"Babe, nanti setelah interview tunggu aku di dressing room ya, aku ingin makan siang denganmu hehehe😂"Tanpa basa-basi, jariku segera mengetik balasan untuknya.
To : Hazz❤
"Okay, nanti aku langsung kesana😉"From : Hazz❤
"See you after interview. Ily, H x"Wow, sepertinya Harry tidak keluar dari roomchatku. Ia langsung membalasnya sedetik setelah aku mengirim balasan. Senyumku juga merekah saat membaca tiga huruf di akhir pesannya. Harry benar-benar sebucin itu.
Setelah puas berbalas pesan dengan Harry, aku langsung memasukan ponselku ke dalam saku dan kembali fokus pada interviewnya. Sialnya, ada salah satu wartawan yang menanyakan kemana perginya Harry saat perayaan after-party perilisan film.
Detik itu juga ku rasakan semua wartawan dan pers sedang melihat ke arahku. Mungkin mereka mengira aku bisa memberikan jawaban pertanyaan salah satu wartawan tadi. Ku lihat Zayn, Liam, dan Louis yang menatapku cemas dari mimbar. Aku tersenyum kikuk pada mereka semua.
Pikiranku terusik tentu saja. Bayangan kejadian hari itu kembali terputar secara otomatis di dalam kepalaku. Aku tahu aku sudah menyelesaikan masalah hari itu dengan Harry. Aku juga mengatakan kalau aku sudah memaafkannya. Tapi jujur saja, hati kecilku masih mengingat betapa sakitnya melihat Harry berdansa dengan gadis lain. Ah ayolah Naya, bersikaplah professional.
"Yeah, waktu itu Harry ikut pulang dengan keluarganya ke hotel. Well, kalian tahu sendiri Harry itu family man sekali," Liam akhirnya membuka suara saat aku tidak kunjung memberikan jawaban.
Aku menghembuskan nafas lega. Ku ucapkan terimakasih pada Liam dengan gerakan mulutku. Ia benar-benar menyelamatkanku. Liam memang pandai berimprovisasi. Ia mengatakan hal yang tidak membuat pers penasaran lagi. Karena tidak mungkin kami mengatakan bahwa Harry pergi bersenang-senang di club bersama gadis yang bukan pacarnya. Itu bisa menghancurkan reputasi Harry.

KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...