⚠️ – boyfriend x boyfriend.
Please, read at your own risk!!
~~~~~
-Niall's pov-
"Hei Zayn, kau lihat baju crazy mofosku?" tanyaku sedikit berteriak.
"Ada di tumpukan box di ruang pakaian Niall," teriak Zayn dari kamarnya.
"Di sebelah mana?!!" aku semakin berteriak.
"Astaga Niall, kalau mencari sesuatu gunakan matamu dengan baik!!" Zayn malah mengomeliku.
Ck. Dimana baju kesukaanku itu? Aku sudah mengacak-acak box dan koper yang ada disini namun tetap tidak menemukannya. Aku tidak akan memaafkan diriku kalau sampai baju itu hilang karena baju itu pemberian Directioner. Argh.
"Ada yang bisa ku bantu?" suara seorang gadis membuatku terkejut. Aku membalik badanku dan semakin terkejut karena ia adalah gadis yang tadi pagi ku tabrak.
"Uhm, kau yang tadi pagi..." kenapa aku mendadak jadi kikuk seperti ini?
"Ya, maaf ya tadi pagi aku menabrakmu," katanya sambil sedikit tersenyum.
Tapi ku rasa ia tidak benar-benar tersenyum padaku. Matanya memerah seperti habis menangis.
"Ah ya tidak apa," aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Aku merasa sangat canggung sekarang. "Malahan aku yang seharusnya minta maaf karena aku yang menabrakmu."
Ia tersenyum simpul. "Kau sedang mencari apa? Mungkin aku bisa membantumu," ia menawarkan bantuannya lagi.
"Ah ya. Aku sedang mencari baju crazy mofos," kataku. Ia menaikan sebelah alisnya dalam beberapa detik.
"Ada di box hijau itu," selanjutnya ia berjalan masuk ke dalam ruang pakaian ini lalu segera membuka box hijau yang ia maksud. Dan.. "This is your crazy mofos t-shirt," katanya sambil memberikan baju itu padaku.
"Hei, bagaimana kau bisa tahu kalau bajuku ada di box itu?!" tanyaku kegirangan.
"Well, tadi pagi aku mencari handuk pink milik Harr-- uhm maksudku Mr. Styles disini dan aku tidak sengaja melihat baju crazy mofosmu,"
Jawabannya membuatku terdiam. Aku sedikit bingung dengan kalimatnya. Mengapa ia menyebut Harry dengan sebutan Mr. Styles? Wait.. Jangan-jangan ia adalah Kanaya Aprilla? Asisten pribadi One Direction?
"Apakah kau Kanaya Aprilla? Asisten pribadi kami?" tanyaku. Ia sedikit terkejut mendengar pertanyaanku.
"Uhm, yes I am." Jawabnya pelan. Ia menunduk sebentar lalu detik selanjutnya tersenyum ramah padaku.
"Astaga, ku kira asisten pribadinya berumur 30 tahunan," kataku sambil tertawa.
Jujur saja, saat Mr. Claffin memberitahu kami kalau kami akan mempunyai asisten pribadi ku kira ia akan berusia 30 tahun ke atas. Kenapa aku berfikir seperti itu? Well, kalian tahu betapa kanak-kanaknya One Direction kan? Mungkin jika asisten kami berusia jauh lebih tua di atas kami, kami akan sedikit lebih disiplin.
"Kalau kau mau, aku akan datang sekitar 15 tahun lagi" katanya sambil tertawa.
"Jangan. Pada masa itu, One Direction sudah terlalu tua untuk memiliki asisten pribadi,"
"Ya ku rasa kau benar,"
"By the way, terimakasih telah memasakan makanan yang enak dan membantuku mencari baju." Aku tersenyum tulus.

KAMU SEDANG MEMBACA
what if...?
Fanfiction[Completed] -- "What if... I call you that you're a Draiocht?" "What is that Niall?" "In Irish we say Draiocht for a magic!!" "Am i a magic for you?" "Yeah, everything about you is magic, Naya. Do you agree Harry?" "Yeah, I do Niall. But, we have...